Arief Budiman Konsisten dengan Keputusan Kolektif-Kolegial

0
393
Eks Ketua KPU RI Arief Budiman. (Foto Pramono)

KLIKMU.CO – Rapat Pleno Anggota KPU RI Rabu (14/4/2021) telah menyepakati Ilham Saputra sebagai Ketua KPU RI definitif. Sebelumnya Ilham Saputra menjabat Plt Ketua KPU RI sejak 15 Januari 2021.

Kesepakatan ini diklaim telah sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum, khususnya pada pasal 10 ayat 5 yang menyebutkan Ketua KPU, Ketua KPU Provinsi, dan Ketua KPU kabupaten/kota dipilih dari dan oleh anggota KPU.

Dengan adanya keputusan ini, Arief Budiman resmi tidak menjabat ketua KPU RI lagi. Sebelumnya Arief Budiman harus menerima sanksi etik yang diberikan DKPP. DKPP dianggap gagal paham dalam melihat substansi etik pada perkara yang dipersoalkan kepada mantan anggota KPU Jatim itu.

Anggota KPU RI Pramono U. Thantowi mengatakan, Arief Budiman patut diberi penghormatan yang tinggi. Bagi Pramono, Arief Budiman layak menerimanya karena telah berhasil memimpin KPU dalam menyelenggarakan Pemilu 2019 yang sangat kompleks serta Pilkada 2020 di tengah pandemi yang sangat berat.

“Dalam momen-momen krusial, Mas Arief menunjukkan kualitas leadership dan integritas plus keteladanan,” kata Pramono.

Pramono mengakui memang tidak semua orang merasa senang. Termasuk ketika Arief Budiman mesti berselisih paham dengan DKPP yang mempersoalkan penandatanganan surat pengantar untuk menyampaikan keputusan presiden mengenai pembatalan pemecatan Evi Novida Ginting sebagai Komisioner KPU RI.

“Tapi, ya namanya banyak orang, pasti maunya macam-macam. Ada yang mendukung, ada yang mengecam. Biasa saja. Tapi ia tidak terlalu pedulikan semua itu. Ia konsisten dengan keputusan kolektif-kolegial,” terang mantan ketua Badan Pengawas Pemilu Banten itu.

Perpisahan Arief Budiman dengan anggota KPU RI lainnya. (dokumen KPU)

Menurut Pramono, Arief Budiman juga juga bukan tipikal orang yang ingin menyenangkan semua pihak. Jika ada yang senang dengan sikapnya, ia tidak besar kepala. Sebab, bukan itu tujuannya.

Sebaliknya, jika ada yang tidak suka dengan sikapnya, ia juga tidak merasa perlu untuk berpura-pura saat bertemu muka. “Baginya, integritas bukan sekadar pemanis kata untuk dipidatokan. Yang jauh lebih penting adalah diterapkan dalam pikiran dan tindakan. Sayang, tidak semua orang bisa begitu,” tandasnya. (AS)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini