Catatan Oase Kehidupan #254: Memotret Narasi Besar Indonesia

0
930
Foto Indonesia diambil dari wikipedia

KLIKMU.CO

Oleh: M Isa Anshori*

Lyotard merupakan pemikir era postmodernis yang menunjukkan ketidakpercayaan terhadap meta narasi atau narasi besar. Selama ini, ilmu pengetahuan ilmiah atau sains, diklaim sebagai satu-satunya jenis pengetahuan yang valid. Namun sains tidak dapat melegitimasi klaim tersebut, ternyata aturan main sains bersifat inheren, serta hanya ditentukan oleh konsensus para ahli dalam lingkungan sains itu sendiri. Modus legitimasi narasi besar ini sudah tidak dapat dipertahankan lagi.

Lyotard melihat bahwa filsafat sebagai suatu pemaksaan kebenaran. Ia melawan Marxisme karena menganggap Marxisme sebagai salah satu narasi besar. Ia menyarankan untuk kembali ke “pragmatika bahasa” ala Wittgenstein, yaitu mengakui bahwa masyarakat memang hidup dalam berbagai permainan bahasa yang sulit untuk saling berkomunikasi secara adil dan bebas. Bagi Lyotard, sains terbukti hanyalah salah satu permainan bahasa di antara banyak permainan, satu jenis pengetahuan di antara aneka pengetahuan lainnya. Ia menafsirkan pendapat Wittgenstein, yakni bahasa memang bukan suatu gejala tunggal, melainkan merupakan gejala historis, karakter dasarnya bersifat lokal dan spesifik. Tidak dapat menghakimi suatu permainan bahasa dengan ukuran bahasa lain.

Lyotard merumuskan bahwa postmodernis adalah era narasi kecil, sistem pemikiran plural, delegitimasi, intensifikasi dinamisme, serta upaya tak henti untuk mencari pembaharuan. Ia berpendapat bahwa narasi besar itu buruk, sedangkan narasi kecil itu baik. Narasi akan menjadi buruk bila berubah menjadi filsafat sejarah. Narasi besar diasosiasikan dengan program politik atau partai, sementara narasi kecil diasosiasikan dengan kreativitas lokal. Kunci dari narasi kecil adalah menciptakan ide-ide baru, tidak ada distingsi metode saintifik atau narasi saintifik, tidak ada narasi besar yang dihubungkan dengan sains, yang ada hanyalah rangkaian narasi kecil yang ikut menciptakan dan mengusahakan verifikasi ide-ide baru. Tidak ada konsensus besar, yang ada adalah sebuah konsensus atas rangkaian aturan permainan lokal dan pergerakan-pergerakan yang diciptakan dalam permainan lokal. Sains di era postmodernis adalah rangkaian permainan bahasa lokal dengan aturan-aturan heterogen yang mencari perbedaan pendapat, dengan tujuan menciptakan ide-ide baru, bukan mencari konsensus, melainkan mencari disensus.

Nah memotret pergulatan pertarungan gagasan dalam situasi kekinian, kita tak melihat adanya sebuah narasi besar yang berupaya membangun ide ide baru, yang terlihat warnanya adalah adanya pemaksaan kehendak. Saya Indonesia, saya Pancasila adalah contoh gagasan memaksakan kehendak yang merupakan penyimpangan dari postmodernisme. Apalagi kemudian ditindaklanjuti dengan instrumen kalau tidak sama dengan saya, anda bukanlah bagian dari saya.

Indonesia dengan kebhinekaannya dan penghormatan terhadap keragamannya adalah sebuah narasi besar dengan disensus yang diharapkan melahirkan gagasan keadilan, gagasan kemanusiaan, gagasan tentang kesejahteraan dan gagasan tentang kemakmuran. Sayangnya narasi besar itu telah menyimpang dan hampir hilang.

Indonesia sebagai narasi besar tentang gagasan baru keadilan, kemakmuran, kemanusiaan dan kesejahteraan yang menghormati keberagaman harus diselamatkan dari nalar kepunahan yang diracik oleh mereka yang tak berjiwa dan berwawasan kedepan.

Sebagai bagian dari narasi narasi yang melahirkan gagasan baru tentang Indonesia yang berkeadilan, Indonesia yang sejahtera, Indonesia makmur dan Indonesia yang berperikemanusiaan, ada kewajiban bagi kita semua yang berjiwa besar dan berwawasan Indonesia yang bermartabat, maka tahun 2019 adalah sebuah milestone menjadikan Indonesia sebagai bangsa besar yang lahir dari narasi besar para pendiri bangsa. Selamatkan Indonesia dengan memberikan kepemimpinan kepada mereka yang memahami gagasan besar bangsa ini diproklamasikan.

Semoga tahun 2019 kita diberikan pemimpin yang baik dan amanah menjaga Indonesia sebagaimana narasi besar para pendiri bangsa… Aamien.

Assalamualaikum wr wb..

Surabaya, Desember 2018

*Anggota Dewan Pendidikan Jawa Timur

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini