Ibrah Kehidupan #66: Ibnu Umar, Penegak Sunnah, Hindari Cekcok (-4, habis).

0
965
Foto Ilustrasi diambil dari Republika

KLIKMU.CO

Oleh: Kyai Mahsun Jayadi*

Kegigihan Abdullah bin Umar dalam Memelihara Sunnah.Abdullah bin Umar (Ibnu Umar) Radhiyallahu ‘Anhuma adalah orang yang bersemangat dalam melaksanakan sunnah Rasulullah saw. Hampir tidak ada yang dilakukan Rasulullah saw kecuali beliau pun akan melakukannya baik untuk sesuatu yang masuk akal maupun yang tidak diketahui hikmahnya.

Karena beliau sangat yakin bahwa keberkahan itu ada dalam menapaki jalan yang telah ditempuh Rasulullah saw. Dan Ibnu Umar, adalah salah satu sahabat yang sangat gigih mengikuti sunnah Rasulullah saw dalam semua kondisi. Bahkan pernah beliau istirahat di bawah pohon di dekat Madinah dengan berdalilkan bahwa Rasulullah saw pernah tidur di situ.

Hal ini diriwayatkan oleh Ibnu Bazzar dengan sanad yang baik/hasan. Padahal tidurnya Nabi Muhammad saw di bawah pohon tersebut tidak termasuk sunnah yang harus diikuti.

Demikianlah, Ibnu Umar, begitu semangatnya dalam melaksanakan semua hal-hal yang pernah dilakukan Rasulullah saw sebagai bentuk kecintaannya kepada beliau. Sehingga sebagian ulama ketika tidak terdapat hadits yang marfu’ maka mereka akan kembali melihat perbuatan Abdullah bin Umar Radhiyallahu anhuma untuk kemudian berdalilkan dan menjadikan beliau sebagai hujjah. Bahkan mata rantai sanad paling kuat atau yang disebut silsilah dzahabiah (mata rantai emas) oleh para ulama hadis adalah : dari Malik dari Nafi’ dari Ibnu Umar dari Nabi saw.

Misalnya dalam sholat jenazah tidak disebutkan secara tegas dalam hadits-hadits marfu’ tentang “angkat tangan” pada setiap takbir, namun Abdullah bin Umar pernah mengerjakan sholat jenazah dengan mengangkat tangannya, karena beliau adalah sosok sahabat yang selalu menegakkan sunnah maka kemudian para ulama bersandar kepada perbuatan beliau sehingga mensyariatkan mengangkat tangan pada setiap takbir sholat jenazah.

Demikian pula masalah mengangkat tangan dalam sholat Ied pada saat takbir 7 kali di rakaat pertama dan 5 kali di rakaat kedua tidak didapatkan hadits Rasulullah saw, namun kembali para ulama berdalilkan dengan perbuatan Abdullah bin Umar.

Abdullah bin Umar (Ibnu Umar) sangat bergairah ketika panggilan jihad berkumandang. Namun sungguh suatu keanehan, ia juga anti kekerasan, terlebih ketika yang bertikai adalah sesama golongan Islam.

Kendati berulangkali mendapat tawaran berbagai kelompok politik untuk menjadi khalifah, namun tawaran itu ditolaknya.

Hasan ra meriwayatkan, tatkala Utsman bin Affan terbunuh, sekelompok umat Islam memaksanya menjadi khalifah. Mereka berteriak di depan rumah Ibnu Umar, “Anda adalah seorang pemimpin, keluarlah agar kami minta orang-orang berbaiat kepada anda!”

Namun Ibnu Umar menyahut, “Demi Allah, seandainya bisa, janganlah ada darah walau setetes pun tertumpah disebabkan aku.” Massa di luar mengancam, “Anda harus keluar, atau kalau tidak, kami bunuh di tempat tidurmu!” Diancam begitu Ibnu Umar tak tergerak. Massa pun bubar.

Sampai suatu ketika, datang lagi ke sekian kali tawaran menjadi khalifah. Ibnu Umar mengajukan syarat, yakni asal ia dipilih oleh seluruh kaum Muslimin tanpa paksaan. Jika baiat dipaksakan sebagian orang atas sebagian yang lainnya di bawah ancaman pedang, ia akan menolak, (sudah pasti syarat ini takkan terpenuhi). Penolakan Ibnu Umar ini karena ia ingin netral di tengah kekalutan para pengikut Khalifah Ali bin Abi Thalib dengan Muawiyah bin Abu Sufyan.

Sikap itu diungkapkannya dengan pernyataan, “Siapa yang berkata, ‘marilah shalat’, akan kupenuhi. Siapa yang berkata ‘marilah menuju kebahagiaan’ akan kuturuti pula. Tetapi siapa yang mengatakan ‘marilah membunuh saudara kita seagama dan merampas hartanya’, maka saya katakan, tidak!”

Ibrah dari Kisah ini :

Ibnu Umar dikaruniai usia lanjut dan mengalami saat pintu-pintu keduniaan terbuka lebar bagi kaum Muslimin. Harta melimpah ruah, jabatan beraneka ragam, dan angan-angan manusia melambung tinggi.

Namun, kekuatan psikologisnya yang luar biasa mampu mengubah “racun” menjadi kehidupan yang zuhud dan wara’.

Ibnu Umar telah mengamalkan salah satu ayat al-Qur’an, surat An-Nur ayat 37, “yaitu orang-orang yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan jual beli dari mengingat Allah, menegakkan shalat, menunaikan zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang. Kader 1912 bagaimana dengan kita?

*Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Surabaya

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini