Kebebasan Manusia dalam Tradisi Teologi Sunni

0
548
Tiras Medan

Oleh: Khusnun Nihaya *)

KLIKMU.CO

Manusia sering diartikan sebagai makhluk sosial, makhluk rasional, makhluk religious ataupun animal symbolicum. Hal itu ada pada diri manusia, manusia sendiri juga memeiliki kehendak dalam memilih dan memilah, layaknya memilih agama, memilih untuk bermasyarakat atau tidak, dan sebagainya. Kehendak memilah memilih sering diartikan sebagai suatu kebebasan manusia. Di mana kebebasan yang dimiliki manusia dalam segala aspek.

Tetapi, akal manusia sering saja menghantui mengenai kebebasan yang bebas sebebas-bebasnya. Sering saya temui di laman Facebook, banyak ribuan orang bebas dalam berpendapat atau berekspresi ataupun memilih agama, tetapi justru sebagai ajang intoleransi dalam beragama. Dengan lontaran kata-kata yang tidak sewajarnya di laman itu menjadikan manusia sebagai makhluk yang tidak lagi ingin bebas, tetapi secara tidak langsung ingin menuhankan dirinya sendiri dan tidak memedulikan sekitarnya.

Pemaknaan kebebasan sering diartikan untuk bebas sebebas-bebasnya, bebas dalam aturan hukum negara, Tuhan, dan sebagainya. Dalam bahasan Djohan Efendi, manusia diberi kebebasan oleh Tuhan, berarti manusia harus bertanggung jawab untuk mengisi kebebasan itu dengan warna yang bermakna (Zubair, 1994). Maka, dalam hal ini apapun perbuatan yang dilakukan manusia memiliki beban tanggung jawab yang harus dilaksanakan.

Kehendak manusia dalam bertindak atau dalam menentukan sesuatu yang dia pikirkan dapat dipengaruhi dalam keadaan sosialnya. Budaya ataupun masyarakat memegang peran penting dalam kehidupan manusia juga (Barker, 2000). Seiring berkembangnya dunia teknologi di era globalisasi ini membuat manusia ingin kebebasan yang tiada tara. Kebebasan tersebut juga sering disalah gunakan, misal saja untuk membunuh seseorang karena sakit hati akan ucapan yang di lontarkan oleh salah satu orang, hal itu sering orang-orang artikan sebagai kebebasan manusia, dalam hal ini justru sebuah tindak kriminal karena telah membunuh manusia dan tidak menghargai suatu kebebasan orang lain juga.

Melihat dari segi Teologi yaitu sebuah wacana nalar agama, spiritual dan juga Tuhan. Banyak anggapan bahwa teologi ini merupakan disiplin ilmu mengenai Tuhan saja, tetapi dasarnya teologi merupakan sebuah disiplin Ilmu yang membahas mengenai Tuhan dan juga hal hal kecil yanng menyangkut mengenai ciptaan dari Tuhan. Teologi memiliki banyak sekali sekte salah satunya sekte Ahlusunnah Wal Jama’ah yakni sebuah sekte yang tidak berat sebelah.

Melirik dari hasil teologi Ahlusuunah Wal Jama’ah atau sering disebut Teologi Sunni berpandangan bahwa perbuatan manusia adalah hak atau kebebasan dari diri manusia, namun sebelum mengeksekusi suatu perbuatan, manusia masih memiliki akal, maka semua perbuatan harus dicerna terlebih dahulu.

Teologi Sunni merupakan teologi yang lahir karena perpecahan umat pada kala itu, hingga seiring berkembangnya waktu terbentuklah teologi ini, yakni teologi yang tidak berat sebelah secara akal atau secara hukum Tuhan.(Abidin,2012) banyak ungkapan bahwa Teologi Sunni ini adalah implementasi penengah dari teologi Mu’tazilah dan Syiah.

Teologi Sunni merupakan sebuah teologi yang mana cara berpikir pandangannya secara rasio dan juga hukum Tuhan. Dalam menentukan sesuatu atau memutuskan sesuatu teologi Sunni tidak pernah berat sebelah, tetapi justru mempertimbangkan dari akal dan Hukum Tuhan berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah. Seperti halnya kisah dari Hasan Al-Bashri, yang mana Teologi Sunni tidak langsung mengkafirkan seseorang yang berdosa, tetapi berpandangan bahwa semua perbuatan yang dilakukan manusia tidak dapat diungkapkan sebagai sebuah kekafiran tetapi semua perbuatan yang dilakukan manusia memiliki pertanggung jawaban yang harus di emban.

Suatu kebebasan diatur oleh suatu hukum, hal itu dilakukan agar antar manusia satu dengan lainnya memiliki kebebasan yang harus di hargai antara satu dengan lain memiliki hak masing-masing atau dapat diungkapkan salin Toleransi antar satu dengan lain. Kebebasan antar satu orang ke orang lainnya yakni sama, yaitu kebebasan untuk hidup, bermasyarakat, memilih agama dan lain sebagainya. Jika kebebasan itu disalahgunakan maka setiap manusia juga harus menerima konsekuensi tanggung jawab atas apa yang dia perbuat.

Disini teologi Sunni menawarkan bahwa kebebasan atau hak manusia dilakukan harus dicerna terlebih dahulu oleh akal, dan tidak menyimpang dari hukum Tuhan, Negara ataupun hukum Alam. Teologi Sunni percaya bahwa tidak ada kebebasan yang tidak dicerna oleh akal terlebih dahulu, karena Tuhan memberikan akal pada manusia bukan untuk membuat suatu ketidakadilan atau ke Intoleransian antar satu dengan lainnya, tetapi untuk membuat manusia berfikir akan apa yang dilakukannya harus memiliki tanggung jawab yang juga harus dipegang.

Menurut teologi Sunni, Tuhan menciptakan semua yang ada di bumi hingga struktur terkecil di bumi, Dia ciptakan untuk manusia, agar manusia dapat berpikir mengenai semua hal karena manusi memiliki hak atas keseluruhan tetapi semua yang dilakukan manusia juga berdampak akan dirinya dan kehidupannya, maka apapun tindakan yang dilakukan harus dipertanggungjawabkan. (*)

 

*) Mahasiswa S-1 Pogram Studi Aqidah dan Filsafat Islam Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, PD IPM Surabaya 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini