3 Makna Penting Tahun Baru Islam di Masa Pandemi

0
424
Ilustrasi diambil dari rumaysho.com

KLIKMU CO-

Oleh: dr. Tjatur Prijambodo, M.Kes*

Assalaamu ‘alaikum warohmatulloohi wabarokaatuh

Beberapa saat lagi, kita akan menyongsong tahun baru 1 Muharram 1443H (Hijriah) di tengah pandemi Corona. Tahun Baru Islam kali ini insyaa Allah jatuh pada Selasa,10 Agustus 2021.

Tahun baru Islam merupakan momen untuk HIJRAH. Semangat hijrah merupakan perpindahan dari keadaan yang tidak baik ke keadaan yang lebih baik. Tahun baru Hijriah selalu mengingatkan umat Islam pada momen bersejarah hijrahnya Rasulullah dari Makkah ke Madinah. Dalam kehidupan nyata, hijrah bisa bermakna perpindahan dari kemungkaran kepada ketakwaan, dari keterbelakangan kepada kemajuan, dari yang mudharat kepada yang manfaat, dari peradaban jahiliyah ke peradaban yang bermartabat, juga dari gaya hidup tidak sehat menjadi gaya hidup sehat.

Paling tidak ada tiga makna penting yang dapat diambil dari tahun baru Islam.

Pertama, hijrah mengingatkan umat pada sikap istiqomah atau teguh pendirian Nabi Muhammad SAW yang tetap berjuang menyebarkan Islam, meski menghadapi berbagai rintangan, hambatan dan ancaman.

Dalam konteks pandemi saat ini, jangan pernah berhenti menyampaikan kebenaran tentang kondisi sesungguhnya, jangan capek melawan berita hoaks yang mendominasi. Jangan menyebar berita hoaks.

_“Dan siapa di antara mereka yang mengambil bahagian yang terbesar dalam penyiaran berita bohong itu baginya azab yang besar.”_
(QS An Nur 11)

Sampaikan kebenaran walaupun mungkin pahit. Sampaikan hal yang obyektif tentang virus Corona, vaksin, pengobatan dan pencegahan, secara jujur dan apa adanya, dengan basis data dan informasi yang bisa dipertanggungjawabkan.

Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat.”
(QS Ibrahim 27)

Kedua, hijrah cermin kecerdasan pemikiran Nabi dalam perjuangan dakwahnya, menyebarkan agama Islam.

Dalam konteks pandemi saat ini, dalam menyampaikan kebenaran dibutuhkan strategi yang tepat. Apabila menjawab hoaks, tidak perlu terbawa emosi, tapi menyangkalnya dengan data yang akurat, dari sumber yang jelas.
Bukan web bodong, tapi web resmi. Bukan dari asumsi atau pendapat pribadi, tapi keputusan dari institusi resmi seperti PB IDI (Ikatan Dokter Indonesia), PAPDI (Perhimpunan Dokter Penyakit Dalam), PDPI (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia), MUI (Majelis Ulama Indonesia), dll yang sudah ditinjau dari berbagai kajian ilmiah dan fiqh agama.

Untuk mengajak masyarakat memperoleh informasi yang benar, tidak harus dengan memaksa, sampaikan dengan cara yang ihsan, tidak perlu menyalahkan sana-sini. Kemas informasinya dengan jujur dan menarik. Terus menyampaikan pentingnya menerapkan Protokol Kesehatan dengan bahasa yang mudah dipahami, mudah dimengerti, sehingga bisa dijalankan dengan baik.

Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik, dan bantahlah mereka dengan cara yang baik._
_Sesungguhnya tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.
(QS An Nahl 125)

Ketiga, hijrah bermakna berpindah dari keadaan yang tidak atau kurang baik, menuju keadaan yang lebih baik.

Dalam konteks pandemi saat ini, ikut berperan menurunkan jumlah masyarakat terkonfirmasi positif, meningkatkan jumlah pasien sembuh, meningkatkan cakupan vaksinasi, dan meningkatkan kuantitas maupun kualitas ibadah.

***

Pandemi ini tidak akan berakhir hanya dengan debat kusir di WAG, Twitter, FB, atau medsos yang lain. Pandemi ini tidak akan berakhir hanya dengan memaki ke sana ke mari. Dan pandemi ini jelas tidak akan berakhir hanya dengan menyalahkan orang lain.

Pandemi ini butuh langkah nyata, langkah konkrit. Apabila ada yang sedang isolasi mandiri, bantu dengan memenuhi kebutuhannya. Apabila ada yang dirawat di rumah sakit, bantu dengan menguatkan hatinya dan berdoa untuk kesembuhannya. Keadaan saat ini harus menjadi lebih baik dari kemarin. Tetap jalankan Protokol Kesehatan dengan baik. Ingatkan dengan baik, apabila ada yang lalai.

Saat ini, hal itu yang dibutuhkan. Sudah bukan jamannya lagi berdebat tentang ada tidaknya virus Corona, bukan pula jamannya berdebat tentang darimana virus ini muncul. Yang jelas Corona adalah makhluk ciptaan Allah yang tetap tunduk pada sunah-Nya. Sunatulloh, Virus ini akan masuk ke tempat dimana dia bisa masuk. Dia akan berkembang sesuai masanya. Dan dia mati, jika dibunuh secara benar. Tentu semuanya tidak lepas dari campur tangan (takdir) Allah.

Tidak luput dari pengetahuan Tuhanmu biarpun sebesar zarrah (atom) di bumi ataupun di langit. Tidak ada yang lebih kecil dan tidak (pula) yang lebih besar dari itu, melainkan (semua tercatat) dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).”
(QS Yunus 61)

Takdir baru diketahui setelah kejadian, maka berikhtiar lah yang terbaik, agar takdir kita juga baik.Jadilah bagian dari solusi di pandemi ini, bukan sebaliknya. Mari bersama-sama menjadi pemenang di era pandemi ini.

Wallohu a’lam bishshawab.

*Dosen FK Universitas Muhammadiyah Surabaya

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini