Abdul Mu’ti: Muhammadiyah Posisikan Negara sebagai Muamalah Duniawiyah

0
11
Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Prof Dr Abdul Mu’ti MEd mengisi materi dalam Darul Arqam Top Manager Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan Aisyiyah, Sabtu (29/6/2024) lalu. (Humas UMM/KLIKMU.CO)

KLIKMU.CO – Sejak dulu, Muhammadiyah menempatkan negara sebagai aspek muamalah duniawiyah. Disebut aspek muamalah duniawiyah karena tidak ada penjelasan konkret dalam Al-Quran tentang negara seperti apa. Namun, masih dapat ditemui dalam hadis dan perilaku nabi.

Hal ini dijelaskan oleh Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof Dr Abdul Mu’ti MEd pada sesi materi dalam Darul Arqam Top Manager Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan Aisyiyah, Sabtu (29/6/2024) lalu.

Acara yang berlokasi di Hotel Razy Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) tersebut dihadiri oleh para petinggi dari beberapa universitas dalam cakupan wilayah 5 Jawa.

Mu’ti menyatakan bahwa negara yang ada saat ini terbentuk karena adanya hubungan antarmanusia.

“Bentuk negara itu habluminannas atau hubungan antarsesama manusia. Yang mengatur dan mendefinisikan bentuk negara ya antar manusia itu sendiri,” ucapnya.

Mu’ti menambahkan, jika berbicara mengenai hubungan antarmanusia, tidak akan ada batasnya. Namun, yang perlu digarisbawahi dalam hubungan antarmanusia adalah nilai dasar muamalah dan prinsip fundamentalnya.

Tujuannya sudah dijelaskan pada prinsip dasar bermuamalah, yaitu jual beli, sewa-menyewa, utang-piutang, urusan bercocok tanam, berserikat, dan lainnya.

Pancasila Tidak Bertentangan dengan Agama

Jika berbicara mengenai negara sebagai darul ahdi, sebenarnya sudah banyak dijelaskan dalam dasar negara Indonesia, yaitu Pancasila. Dalam political statement, Muhammadiyah menjelaskan bahwa bentuk negara Pancasila tidak bertentangan dengan ajaran agama Islam.

Mulai bagaimana bentuknya, konsep dasarnya, serta bentuk paling maslahatnya. Bahkan, tokoh Muhammadiyah ikut merumuskan konsep dasar Negara kesatuan Republik Indonesia seperti yang tercantum pada piagam Jakarta.

“Karena menurut Muhammadiyah, Pancasila itu memiliki nilai islami sehingga tidak akan bertentangan dengan ajaran agama Islam,” tambahnya.

Ia juga menceritakan bahwa tokoh Muhammadiyah seperti Kasman Singodimejo, Ki Bagus Hadikusumo, dan KH Kahar Muzakir yang ikut turut merumuskan pancasila.

Pancasila, khususnya sila pertama, sudah sangat seusai dengan prinsip yang diajarkan oleh agama Islam. Ketuhanan yang Maha Esa mengisyaratkan bahwa Tuhan merupakan zat yang lebih tinggi dibandingkan dengan syariat.

Muhammadiyah dalam bernegara ingin agar negara Republik Indonesia menjadi negara yang baldatun tayyibatun warrabun ghafur. Dalam beberapa pendapat ahli tafsir, arti baldatun tayyibatun wa rabbun ghafur adalah negeri yang mengumpulkan kebaikan alam dan kebaikan perilaku penduduknya.

“Cara mewujudkan negara yang memiliki sifat seperti ini adalah dengan senantiasa beribadah kepada Tuhan, memiliki akhlak yang mulia, sifat amanah bagi petinggi negara dan penduduknya, keseimbangan antara urusan duniawiyah dan akhirat, serta memohon ampunan kepada Tuhan,” tuturnya.

AUM Turut Majukan Negara

Terakhir, Mu’ti memberikan wejangan kepada petinggi perguruan tinggi Muhammadiyah dan Aisyiyah yang ada di dalam forum. Kader Muhammadiyah harus turut andil dalam mengantarkan negara Indonesia menjadi baldatun tayyibatun wa rabbun ghafur.

Bentuk amal usaha yang dijalankan Muhammadiyah, kata Mu’ti, merupakan salah satu wujud untuk menjadikan negara Indonesia lebih baik ke depannya.

“Mari majukan AUM dan menjadi contoh untuk masyarakat. Sehingga nanti masyarakat bisa bilang ‘Jika ingin melihat perguruan tinggi terbaik, bisa melihat Muhammadiyah, jika ingin melihat rumah sakit yang baik bisa melihat Muhammadiyah’. Karena itu, melalui amal usaha ini, Muhammadiyah dapat menerapkan konsep Islam berkemajuan untuk mewujudkan Indonesia yang lebih baik.” tegasnya.

(Wildan/AS)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini