Oleh: Ace Somantri
KLIKMU.CO
Isu nyentrik namun menggelitik peserta muktamar daring menyeruak. Selain mencoba membuat diksi tentang pimpinan Muhammadiyah berstatus muzakki atau mustahik, ternyata publik lebih menyukai persoalan akuisisi gereja di Madrid, Spanyol. Hal itu lebih menarik karena menjadi kebanggaan seorang warga persyarikatan.
Semoga menjadi motivasi dan inspirasi bagi penggerak dan pencerahan aktivis persyarikatan Muhammadiyah. Berharap juga tidak berhenti memuja dan memuji, sementara sendirinya tidak banyak berkreasi. Apa bedanya seperti penonton bersorak sorai melihat pemain yang berlaga di arena lapangan. Yang menjadi pemain hebat yang mendapat apresiasi dan reward, untuk penonton hanya puas sesaat dan juga membuat kantong semakin “saat”.
Cap jempol apresiasi jamaah Muhammadiyah membahas perbincangan hal ihwal PW Muhammadiyah Jawa Timur yang berencana akuisisi gereja terus menjadi pembicaraan hingga di pojok-pojok aktivis Muhammadiyah. Walaupun ada yang terselip pertanyaan, apakah harus ke Madrid, Spanyol, untuk berdakwah? Sementara di rumah sendiri banyak yang harus didakwahi atau diperbaiki.
Semoga pertanyaan kecil tersebut tidak menghakimi salah atas niat baik Muhammadiyah Jawa timur mengakuisisi gereja di Benua Eropa yang terkenal pusat peradaban sudah berabad-abad. Ibrah yang dapat diambil ketika sidang pleno muktamar daring tanggal 5 November 2022 menjadi momentum tepat menginspirasi muktamirin kembali semangat bermuhammadiyah.
Materi muktamar terkait isu-isu strategis sedikit menyinggung tentang dunia internasional serta titik fokusnya lebih kepada kemanusian universal berharap dalam tata dunia yang mengedepankan kedamaian dan keadilan masyarakat global. Termasuk isu perubahan iklim yang berpengaruh pada ketahanan dan keberlangsungan setiap bangsa di dunia dan juga sangat mungkin memengaruhi terjadi kesenjangan antarnegara.
Walaupun bersifat rekomendasi dan dorongan kepada pemerintah Indonesia, namun sedikit tidak abai dan berusaha peduli terhadap kondisi dan situasi di negeri-negeri yang terhampar di permukaan bumi. Harapan yang sebenarnya bukan hanya merekomendasi. Di balik pernyataan tersebut bentuk memaksa agar negara Indonesia mampu mengubah dirinya menjadi pelopor kedamaian dan keadilan yang beradab serta menjaga alam semesta dari ekoterorisme.
Kembali pada sikap yang diambil PW Muhammadiyah Jawa Timur, akuisisi gereja sebuah wujud nyata gerakan dakwah global amar maruf nahi munkar. Internasionalisasi sudah teruji dan menjadi bukti, memotivasi dan menginspirasi lintas generasi organisasi yang berdiri sejak negeri ini belum berdiri.
Gerakan dakwah global sudah saatnya Muhammadiyah bermain di majelis-majelis dunia Islam dan Barat untuk lebih sistematis, kolaborasi dengan negara muslim harus ditingkatkan lebih masif. Pun tidak boleh abai menunjukkan pada negara minoritas muslim bahwa Islam peduli dan peka terhadap kemanusiaan. Melalui diplomat resmi negara Indonesia maupun diplomat Muhammadiyah bahu-membahu bersama memasyarakatkan dakwah global untuk mewujudkan Islam sebenar-benarnya.
Kedamaian dan keadilan masyarakat global ada di tangan “manusia setengah dewa”, begitu salah satu kata lirik lagu Iwan Fals. Kekuatan organisasi “bunyanu marsus” rumus pasti membuat sebuah gelombang besar menjadi kekuatan membangun peradaban dunia. Siapa pun mereka yang bermain dalam pusaran konspirasi global dengan material power saat ini mencengkeram dunia. Tidak lama lagi berhadapan dengan gerakan dakwah global Muhammadiyah, melalui sekolah Australia, di Malaysia dan tidak lama lagi kembali memantik bangkit di darat Eropa melalui gereja yang akan disulap menjadi nasjid.
Para diplomat Muhammadiyah melalui organisasi Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah terus-menerus tidak boleh berhenti membangun opini di dunia maya, bernegosiasi secara verbal, dan berkolaborasi membangun visi dunia yang adil dan beradab.
Kurang lebih uang 45 miliar sangat berarti bagi Pimpinan Muhammadiyah di wilayah, daerah, dan cabang yang masih berstatus mustahik. Namun lebih berarti ketika dakwah global mampu memantik, memotivasi bagi pimpinan Muhammadiyah di seluruh nusantara dan belahan dunia untuk bangkit dan berdiri meneladani penggerak dan pencerah persyarikatan yang kreatif, inovatif, dan produktif.
Ketika irodah kubro bersemayam dalam dada sehingga membakar semangat, maka tidak mustahil akan terwujud apa yang dicita-citakan bersama di Muhammadiyah. Wallahu ‘alam. (*)
Bandung, November 2022