Alasan Deddy Mizwar Membuat Film Islami: Bentuk Rasa Syukur pada Allah

0
42
Deddy Mizwar mengisi Tadarus Ramadhan di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). (Humas UMM/KLIKMU.CO)

Malang, KLIKMU.CO – Berdakwah melalui seni dan budaya di masa kini jauh lebih mudah ketimbang beberapa puluh tahun yang lalu. Hal itu disampaikan Deddy Mizwar dalam Tadarus Ramadhan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) pada Jumat (14/4).

Turut hadir Muhammad Dwiki Dharmawan yang juga menjadi pemateri. Keduanya memberikan inspirasi bagaimana strategi berdakwah yang baik melalui seni dan budaya.

Kedatangan Deddy yang merupakan artis senior itu juga dimeriahkan dengan penampilan teater mahasiswa Kampus putih UMM serta angklung musisi jalanan Malang. Dilengkapi pelukis alumnus UMM yang melukis dome UMM secara live menggunakan kedua kakinya.

Lebih lanjut, menurut Deddy, saat ini membuat film ataupun konten berisi kebaikan bisa menggunakan telepon genggam saja. Kemudian ditayangkan di berbagai alternatif media yang bisa dilihat banyak orang.

Berbeda dengan zaman dulu yang hanya punya dua alternatif, televisi (TV) atau layar lebar. Ditambah biayanya yang tidak murah.

“Maka tentu jauh lebih mudah ketimbang dulu. Jadi, dakwah lewat seni dan budaya saya kita harus banyak dan harus lebih kreatif. Adapun tantangan yang harus dihadapi di masa kini adalah konten apa yang akan dibuat dan seberapa menarik konten itu,” tambahnya.

Deddy juga sempat menceritakan awal mula upayanya membuat konten dengan muatan religius Islami. Ia merasa, dulu beragam tontonan elektronik tidak menunjukkan bahwa Indonesia adalah negara dengan penduduk muslim terbanyak di dunia. Meski lebih dari 85% warga negaranya adalah muslim, tapi tayangan yang tersedia tidak mencerminkan fakta itu.

Kemudian, ia memulai gerakan membuat tontonan dengan unsur islami di dalamnya. Berawal dari mendapat kesempatan mengisi ruang di salah satu TV swasta. Yakni, membuat serial berjudul Abu Nawas. Namun, ia mengaku upaya itu sangat tidak mudah. Ia harus bisa meyakinkan bahwa konten Islami akan banyak disukai masyarakat.

“Bahkan saat itu, saya bilang ke pihak TV bahwa mereka tidak perlu membayar saya sebagai produser. Bayar saya kalau saya main di dalamnya sebagai aktor. Tapi dalam hati, saya sangat yakin bahwa keluarga Islam di Indonesia memang sangat membutuhkan tayangan dengan muatan Islami,” tegas pria yang juga menjadi Dewan Pakar LSB PP Muhammadiyah itu.

Musisi jalanan Malang memainkan angklung. (Humas UMM/KLIKMU.CO)

Deddy juga menilai bahwa film itu ibarat sihir. Bisa membuat penontonnya menangis, tertawa, maupun marah hanya lewat gambar dan video. Maka, penetrasi film tentu sangat memengaruhi penontonnya.

Ia menegaskan bahwa tanggungjawab ini memang harus diemban oleh berbagai elemen masyarakat. Bukan hanya terbatas di TV atau film, tapi juga tontonan yang ada di media sosial secara luas.

Terahir, ia juga mengatakan bahwa film juga menjadi refleksi dari realitas yang ada di masyarakat. Pun dengan keyakinan bahwa budaya yang beragam milik Indonesia mempunyai potensi yang luar biasa. Hanya, kurang optimal dan maksimal dari aspek penggarapannya.

“Jika ada yang bertanya kenapa saya berupaya membuat film dan konten religius islami, saya akan menjawab bahwa itu adalah bentuk rasa syukur. Utamanya atas karunia dan kemampuan membuat film yang telah dianugerahkan Allah kepada saya dalam hidup ini. Kalau saya bikin tontonan yang tidak jelas, untung secara finansial belum tentu didapat. Malah rugi karena memberikan hal yang tidak baik. Sebaliknya, tontonan islami mungkin belum memberikan untung secara materi, tapi saya sudah pasti untung karena bernilai ibadah,” pungkasnya. (Wildan/AS)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini