8 November 2024
Surabaya, Indonesia
MU Diggest Opini

Aliran Muktazilah dalam Perkembangan Pemikiran Islam

Gaya Aliran Muktazilah dalam Perkembangan Pemikiran Islam. (Ilustrasi dari internet)

Oleh: Ahmad Aditiya Pratama

KLIKMU.CO

Sejarah mencatat bahwa Islam telah menguasai seperempat dunia selama berabad-abad. Ini terbukti dengan berbagai macam dinasti-dinasti dan kerajaan-kerajaan. Peradaban yang maju mulai dari politik, ekonomi, sosial, dan lainnya. Dalam perkembangannya ini pula, Islam mulai berfikir majemuk. Mulailah lahir aliran-alirah yang berbeda-beda dalam memahami islam dan mengamalkannya.

Aliran Iktizal atau sering disebur muktazilah lahir pada masa dinasti Abbasiyah pada abad ke-2, tahun 105-110 H. Tepatnya pada kekhalifahan Abdul Malik bin Marwan dan Hisyam Bin Abdul Malik. Bashrah menjadi bukti kota sejarah lahirnya aliran ini.

Ciri khas pemikiran aliran muktazilah yang mencolok berbeda dengan dengan aliran ahlusunnah wal jama’ah. Salah satu tokoh paham kalam, yaitu Abu Hasan Al Asy’ari, merupakan tokoh yang keluar dari majelis halaqah muktazilah.

Ada beberapa tesis aliran muktazilah dalam pemikiran Islam. Tesis pertama, bagaimana Anda menjelaskan ayat-ayat dalam Al-Qur’an yang menyatakan bahwasanya Allah SWT itu mempunyai tangan. Padalah Tuhan itu tidak menyerupai makhluk. Dalam tesis pertama ini membahas tentang ayat- ayat mutasyabihat (kemiripan). Mari simak penjelasan berikut.

Di dalam literatur filsafat kita bisa mengenal istilah “antropomorphism” yang sama dengan pembahasan tentang ayat-ayat mutasyabihat, yaitu representation or conceptation of god. Or of a god, with the human attributes.

Sementara itu, dalam dunia Islam (Sunni) mengajarkan bahwa tentang ayat-ayat mutasyabihat itu hanya cukup untuk diimani dalam hati. Sebab, apabila digali secara mendalam, itu di luar ranah pembicaraan manusia dan pembicaraan manusia itu bisa salah.

Aliran muktazilah berpendapat bahwa ayat-ayat mutasyabihat itu disebutkan sebagai ungkapan alegoris, yaitu ungkapan dalam bentuk majazi (tidak makna secara aslinya). Dengan demikian, kata tersebut adalah kata kiasan atau ibarat.

Sebagaimana contoh dalam literatur Jerman: “Nasib rakyat Jerman berada dalam gengaman tangan Hitler”. Maksud dari kata tersebut adalah nasib rakyat Jerman berada dalam kekuasaan Hitler.

Tesis kedua, bagaimana Anda menjelaskan dan memahamkan makna esa dalam kepercayaan paling pokok. Mari kita simak penjelasan di bawah ini.

Mengutip pendapat Abu Hasan Al Asy’ari dalam kitab Maqalatul Islamiyah bahwa pada intinya aliran muktazilah menggunakan jalan filosofis dalam penjelasannya. Yakni dari tesis mencari antites digunakan untuk menenmukan sintesis. Penjelasan mereka terhadap keesaan ilahi ini dengan jalan filsafat berdasarkan agama.

Tesis ketiga, bagaimana Anda menjelaskan tentang rukyat bil abshar (melihat Allah SWT dengan pandangan mata secara langsung). Mari kita simak penjelasan di bawah ini.

Islam Sunni menyebutkan melihat Allah SWT dengan pandangan mata secara lansung tanpa ada perantara atau yang lainnya merupakan anugerah tertinggi bagi hamba yang meraih tingkat insan kamil. Sunni menilai bahwa aliran muktazilah memaknai mata itu dengan yang biasanya berlaku, padahal yang dimaksud mata dalam pembahasan ini adalah mata yang dianugerahkan oleh Allah SWT kepada hambanya sebagai pandangan yang mengarah kepada ranah yang gaib. Sehingga cukup untuk dipercayai.

Berbeda dengan aliran muktazilah yang menolak pandangan Sunni dengan dua alasan yang dikenal dengan catur akal dan catur nash. Catur akal menegaskan bahwa Allah SWT tidaklah suatu tubuh. Sehingga Allah SWT tidak berada dalam suatu arah tertentu. Dengan demikian, manusia tidak dapat menyaksikannya secara langsung. Sebab, setiap yang dapat disaksikan masnusia itu pasti dalam suatu arah dari manusia yang meyaksikan.

Pemikiran iktizal ini sangat mewarnai perkembangan pemikiran dalam Islam, sehingga umat muslim berusaha untuk menyaring mana pemikiran-pemikiran yang dianggap lurus dan sesuai dengan Al-Qur’an dan As-sunnah. Wallahu a’lam bis-shawab. (*)

Ahmad Aditiya Pratama, mahasiswa PUTM PP Muhammadiyah Yogyakarta

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *