Anak Ingusan Pun Jadi Pemenang! Refleksi Pertarungan Sengit Aryo Penangsang Vs Danang Sutowjoyo

0
38

KLIKMU CO-

Oleh: Gus Doel*

Setiap kali terjadi peperangan maka yang menjadi bahan perhitungan bagi yang terlibat adalah tentang “Peluang sebagai pemenang” dan “bagaimana mendapatkan peluang itu”. Mereka semua tahu konsekwensinya, bahwa kekalahan akan membawa kearah garis hidup yang penuh dengan penderitaan.

Demikian juga dengan Ki Ageng Pemanahan dan Ki Ageng Penjawi, yang bertanggung jawab penuh atas pasukan Pajang dalam menghadapi pasukan Jipang Panolan, representasi dari kekuasaan Demak Bintoro. Sudah barang tentu, Pajang dapat menghitung bahwa yang akan dihadapinya adalah kekuatan yang tidak sembarangan. Apalagi kedigjayaan Aryo Penangsang di balik kekuatan pasukan yang teruji di medan tempur.

Sebagai pengatur strategi pertempuran yang berpengalaman, sesepuh Panjang itu tentu sudah sangat paham segala kehebatan dan kelebihan musuh. Namun demikian, Ketika genderang perang sudah ditabuh, maka keberangkatannya ke medan laga bukan untuk menyerahkan nyawannya di hadapan lawan yang memang serba unggul segalanya.

Kalkulasi dalam persiapan yang pertama adalah mendapatkan gambaran tentang “Peluang sebagai Pemenang” dan bagaimana menciptakan situasi agar “peluang” itu benar benar terwujud, sesuai dengan harapan.

Perhitungan yang sangat penting dilakukan adalah tentang kekuatan lawan. Perlu dikalkulasi dengan cermat, apakah kekuatan dan kelebihan lawan itu dihadapi dengan “jual-beli” saling pukul di medan laga. Atau dihadapi dengan cara lain yang lebih berpeluang untuk menang dan menguntungkan. Rupanya, perhitungan yang dianggap paling masuk akal adalah pilihan kedua, mencari cara lain. Menghadapinya secara frontal, bisa berarti “bunuh diri” karena memberi kesempatan lawan untuk menggunakan kelebihannya dan kedigjayaannya. Maka dicari cara sedemikian rupa, agar Arya Penangsang tidak punya kesempatan untuk memanfaatkan kehebatannya dalam pertarungan.

Pertama, Sangat dipahami bahwa Adipati Jipang itu satria hebat dan sulit ditaklukkan. Dikisahkan dalam Babad, Ki Ageng Penjawai mencari cara agar kemampuan tempur sang adipati itu tidak bisa maksimal. Maka harus dirusak konsentrasi dan kemampuan berfikirnya. Perlu diciptaan situasu untuk memancing kemarahan yang akan merusak akal sehatnya. Terbukti, betapa tersinggungnya Arya Penangsang, Ketika yang dihadapi adalah Danag Sutowijoyo, seorang anak ingusan yang tampak lemah tak berdaya. Adipati Jipang itu merasa dipandang sebelah mata, karena harus menghadapi lawan yang tidak sepadan. Harga dirinya terasa dijungkir-balikkan ke titik yang paling rendah.

Kedua, Arya Penangsang dikenala sebagai kesatria digjaya dalam olah kanoragan dan juga penunggang kuda yang hebat. Maka bertarung di tempat yang normal akan sangat menguntungkannya. Ki Ageng penjawi berpendapat, Arya Penangsang harus dihadapi di tempat yang tidak lazim. Maka dipilihlah genangan air sungai lusi yang cukup dalam. Perhitungannya, penunggang kuda yang hebat itu tidak bisa menggunakan kemampuannya secara penuh, bahkan mengalami kesulitan dalam pertarungan. Maka harus diprofokasi agar kesatria yang sudah mendidih amarahnya itu, meladeni pertempuran di tempat yang tidak menguntungkannya. Pertnyaannya, bagaimana agar situasi dapat berpihak kepada rancangan pertempuran yang dikehendaki Pajang?, pertarungan di tengah kali yang cukup dalam.

Ketiga, bahwa kuda hitam milik Arya Penangsang, Gagak Rimang adalah kekuatan sekaligus kelemahannya. Kuda gagah perkasa itu begitu kuat dan gesit dalam melayani tuannya di tengah laga. Namun, Ki Ageng Pemanahan mempunyai cara untuk mengeksploitasi kelemahannya. Cara itu pun membuahkan hasil. Kuda gagah milik Adipati Jipang itu tiba-tiba sangat sulit dkendalikan tuannya. Seolah meronta semaunya sendiri untuk segera menyebrang sungai. Rupanya, kuda jantan itu ingin segera mengejar kuda betina yang dinaiki Danang Sutowijoyo, yang lebih dulu masuk ke ke area pertarungan, sungai Lusi. Penasehat Pajang itu sengaja mempersiapkan jenis betina, sebagai kuda perang anak asuhnya. Ternyaata berhasil memprofokasi gagak rimang yang jantan gagah perkasa. Kuda jantan yang dibakar nafsu itu, memaksa tuannya memasuki area laga yang berbahaya baginya. Kesatria hebat dari Jipang itu mengalami kesulitan dalam pertarungan, yang tak pernah diduganya. Adu kesaktian itu dimenangkan anak ingusan kesayangan Sultan Hadiwijoyo. Pajang berhasil penuh dalam medikte jalannya pertempuran. Jipang Panolan hanya dapat melayani pertempuran yang skenarionya dibikin oleh lawannya.

Dengan cermat, Pajang dapat menemukan paluang kemenangan meski sangat tipis. Yang lebih penting lagi, dapat menciptakan situasi sehingga peluang itu hadir, sesuai skenario rancangan perangnya. Kelak kemudian hari, anak ingusan yang tidak diperhitungkan itu, bertahta sebagai raja Mataram dengan gelar Senopati Ing Ngalogo Sayyidin Prnotogomo.

Wa-llahu A’lam

*Pengamat Sejarah

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini