Oleh: Ace Somantri
KLIKMU.CO
Pesta demokrasi sedang bergulir. Berbagai tahapan pemilu dilakukan, termasuk debat capres tadi malam bagian dari jadwal KPU untuk menyosialisasikan kepada publik sosok calon pemimpin negara ke depan. Debat capres atau cawapres penting digelar. Hal tersebut untuk memberikan informasi terkait ide dan gagasan dari kandidat presiden ke depan.
Menarik dicermati, tadi malam di saat pertunjukan debat capres berlangsung, tema dan narasi pertahanan dan keamanan menjadi isu utama yang dibahas. Pertanyaan dan pernyataan dari para kandidat presiden pada dasarnya hampir sama substansinya. Ada kepedulian terhadap keamanan dan pertahanan Indonesia ke depan.
Berbagai pendekatan dan narasi yang dilontarkan sangat dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan dan pengalaman yang dimiliki para kandidat. Ada kesan dua kandidat nomor urut 1 dan nomor urut 3 “bersatu” dengan memberondong pertanyaan seputar pertahanan yang kebetulan kandidat presiden nomor urut 2 posisi saat ini masih sebagai Menteri Pertahanan RI.
Saling serang melalui perdebatan, antara gagasan dan data terindikasi tidak sinkron dan kadang beberapa data spesifik tidak banyak dikuasai oleh para kandidat.
Secara faktual, kondisi psikologis para kandidat terlihat cukup tegang dan sesekali emosional yang disebabkan saling serang pendapat. Terlihat jelas kemampuan retorika dalam menyampaikan narasi dalam perdebatan tadi malam masih ada kesan saling memojokkan mengarah kepada pribadi –seharusnya hal itu dihindari.
Kalimat-kalimat sindiran banyak dilontarkan, entah maksud dan tujuannya sekadar memancing atau memang mempertanyakan sesuatu hal. Penting dapat dipahami, perdebatan ide dan gagasan sebaiknya mengedepankan rasionalitas berpikir dan logic thinking yang relevan dengan data-data akurat sesuai masalah hari ini dan perkiraan hal terjadi masalah yang akan datang.
Pemahaman isi yang berbeda karena perspektif yang berbeda disampaikan para oleh kandidat. Seharusnya berkaitan pertahanan dan keamanan tidak identik dengan canggihnya alutsista, melainkan lebih pada kebijakan politik pertahanan yang berorientasi pada perlindungan rakyat, bangsa, dan negara dari berbagai ancaman dari dalam maupun luar.
Suasana perdebatan malam terlihat kecenderungan kaku dan kurang rileks, ketertiban pendukung yang hadir pun terlihat tegang. Secara kasat indrawi, perdebatan capres tadi malam seperti mempertanyakan kinerja Menteri Pertahanan, sehingga kesannya sangat subjektif.
Debat ke depan sebaiknya lebih pada saling bertanya hal kebijakan publik yang bermanfaat untuk peningkatan mutu kebangsaan baik itu politik pertahanan dan keamanan, politik ekonomi, dan politik hukum. Semoga pemilu presiden pada bulan depan tidak mengalami degradasi dan turbulensi sosial yang merusak tatanan kehidupan bermasyarakat.
Perdebatan bukan adu ide dan gagasan, apalagi adu data. Perdebatan lebih pada mengungkap dan memperkuat gagasan serta mengoreksi data yang salah atau kurang tepat, baik data kualitatif maupun data-data kuantitatif. Begitu pun para pendukung tidak larut dalam suasana emosi yang mengalahkan nalar rasionalitas. Perdebatan yang terjadi seperti memberi ruang saling serang dan saling sindir kelemahan yang dimiliki. Hal itu dapat memperburuk hubungan pribadi maupun kelompok.
Menjelang pemilihan, debat capres diharapkan selain saling memperkuat sekaligus saling mengingatkan untuk menjaga kondusivitas demokrasi yang sedang berjalan hingga terpilihnya para pemimpin negeri.
Ace Somantri
Aktivis Muhammadiyah, Dosen Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Bandung