Azab Berupa Pemimpin yang Zalim

0
34
Dr Nurbani Yusuf MSi, dosen UMM, pengasuh komunitas Padhang Makhsyar. (AS/Klikmu.co)

Oleh: Dr Nurbani Yusuf MSi

KLIKMU.CO

“Dan demikianlah… Kami jadikan sebagian orang-orang yang zalim itu sebagai penguasa bagi sebagian yang lain disebabkan apa yang mereka usahakan.” Al An’am: 129.

Pemimpin adalah cermin, kata Al Mawardi dalam kitabnya yang fenomenal: Masyarakat zalim akan mendapat pemimpin zalim. Masyarakat sakit akan pilih pemimpin sakit. Kumpulan jamaah pemarah dan pengumpat juga akan pilih pemimpin yang suka marah, mengumpat, dan berkata kasar. Pemimpin korup lahir dari masyarakat culas. Pemimpin pembohong lahir dari masyarakat pendusta.

Pemimpin baik lahir dari masyarakat baik. Pemimpin adil lahir dari masyarakat yang tidak mengurangi takaran timbangan. Dan seterusnya. Masyarakat adalah cermin. Itulah yang dimaksud suara rakyat adalah suara Tuhan.

Rakyat yang terus menuntut pada pemimpinnya dan tidak pernah puas dengan apa yang sudah dilakukan pemimpinnya juga bagian dari azab. Maka akan melahirkan pemimpin yang menghalalkan semua cara untuk memuaskan tagihan rakyatnya yang bagai rente itu. Dia akan mengambil bagian dari yang bukan bagiannya demi memuaskan pendukungnya karena takut kehilangan legitimasi dan tidak dipilih tahun berikuthya.

Rasulullah saw bersabda, “Disebabkan suka mengurangi takaran dan timbangan, suatu kaum akan disiksa dengan kezaliman penguasa, kehidupan yang menyusahkan, dan paceklik yang sangat.”

Masyarakat khawarij juga lahir dari masyarakat yang merasa benar sendiri. Menggunakan ayat-ayat yang seharusnya untuk orang kafir digunakan kepada sesama muslim. Lantas lahirlah sikap saling mengafirkan meski sama-sama shalat dan bayar zakat.

Untuk membunuh Sayidina Ali bin Abi Thalib dicarikan penghalalan puluhan ayat dan hadits, lantas terbentuklah opini bahwa Sayidina Ali ra telah murtad. Abdurrahman Ibnu Muljam Al Maqri sang algojo itu menikam Sayidina Ali ra dari shaf paling depan pada pagi subuh. Ibnu Muljam membaca surah Al Baqarah: 204 kemudian menikam dengan belati yang disembunyikan dibalik gamis putihnya.

Sebelumnya, Sayidina Ali juga kerap diprotes oleh sekumpulan khawarij: “Wahai Ali kenapa pemerintahanmu tidak sebaik masa Abu Bakar dan Umar?” Sayidina Ali menjawab: “Pada masa khalifah Abu Bakar dan Umar yang dipimpin adalah para sahabat terbaik. Amanah dan paham. Termasuk aku. Sedang masa pemerintahanku, yang aku pimpin adalah orang-orang seperti kamu. Yang tidak mau mendengar selain pemimpinmu sendiri dan menggunakan ayat Al-Quran untuk menghakimi kepada sesama saudaramu yang berbeda.”

Ibnu Jauzi rahimakullah berkata: “Renungkkanlah hikmah Allah taala, pemimpin adalah cermin dari rakyatnya. Pemimpin adalah sama dengan amalan rakyatnya. Bahkan perbuatan rakyat seakan-akan adalah cerminan dari pemimpin dan penguasa mereka. Jika rakyat lurus, akan lurus juga penguasa mereka. Jika rakyat adil, akan adil pula penguasa mereka. Namun, jika rakyat berbuat zalim, penguasa mereka akan ikut berbuat zalim.

Seorang pemimpin, wali kota, gubernur, hingga presiden yang terus dizalimi rakyatnya dan ditagih melakukan sesuatu di luar kemampuannya hanya untuk memenuhi kepentingan kelompok pendukungnya, maka dia akan melakukan sesuatu kezaliman dengan cara melanggar atau mengambil sesuatu yang bukan menjadi bagiannya.

Sekelompok yang terus menzalimi pemimpinnya untuk melakukan ini-itu kemudian berbalik marah dan mencela bila keinginannya tak kunjung penuh. Sekelompok yang tidak pernah bersyukur dengan pemimpin yang sudah dimiliki terus mencela dan membuat fitnah, maka akan diberi pemimpin yang lebih buruk dari yang ada. Tunggu saja… hanya menghitung detik. Karena itu luruskan niat… luruskan niat!

Wallahu a’lam.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini