KLIKMU.CO – Tak pernah ada yang mampu menduga rencana istimewa Allah. Siswa yatim piatu SMA Muhammadiyah 1 Taman (Smamita), Alifian Wildan Hidayatulloh, akhirnya melanjutkan studi ke Al Azhar Kairo, Mesir.
Wildan merupakan siswa kelas tahfidz XII IPA 4 penghafal 30 juz. Dia lulus pada tahun 2024.
Kisah kelam beberapa tahun lalu karena pandemi Covid-19 menjadi hal yang tidak pernah dia lupakan. Tiga tahun lalu, hidup Wildan terasa hampa. Kedua orang tuanya yang ikut merawat dan menyayanginya lebih dulu dipanggil Allah SWT. Kini dia tinggal bersama adiknya.
Kala itu hatinya sungguh terasa teriris. Dirinya tidak pernah menyangka ditinggalkan kedua orang tuanya secepat itu. Tetapi, sebagai seorang kakak dirinya harus mampu menunjukkan ketegaran kepada sang adik.
Tidak ada yang pernah menyangka nasibnya kini sangat jauh berbeda. Dia akan melanjutkan studi ke Al Azhar Kairo, Mesir. Meskipun kesuksesan yang dia raih terasa berkurang tanpa kehadiran kedua orang tua yang menyaksikannya.
Kamis (19/9/2024) siang itu, sebelum dirinya berangkat melanjutkan studi lanjut menuju Al Azhar, Wildan menyempatkan diri untuk bertemu. Pamit kepada Bapak-Ibu guru dan adik kelasnya yang ada di Smamita. Ada sepenggal kisah menarik darinya.
“Awal lulus dari SMA Muhammadiyah 1 Taman, saya sempat bingung dari beberapa universitas negeri yang menjadi pilihan saya. Semua belum mengizinkan saya untuk bergabung. Akhirnya saya memutuskan untuk mencari informasi kuliah di luar negeri,” tuturnya.
“Kebetulan ada informasi dari teman satu angkatan di pondok Ar Rohmah Tahfidz Boarding School Malang saat itu menawarkan. kalau mau ikut studi ke Mesir, ada lembaga yang membawa sponsor ke pondok pesantren. Akhirnya saya mencoba untuk mendaftar diri ke lembaga tersebut dan masih ada waktu ternyata saya diperbolehkan,” imbuh dia.
Terkait persiapan, Wildan menyebut yang paling utama dan terpenting adalah bahasa Arab. Entah itu ibaratnya seperti grammar bahasa Arabnya atau pelajaran-pelajaran bahasa Arab yang pernah di peroleh di Smamita.
“Memang kemahiran berbahasa Arab itu sangat diperlukan. Selain itu, paling tidak kita harus menghafal 3 sampai 5 juz. Alhamdulillah saya sudah selesai sampai 30 juz jadi sedikit memudahkan saya,” ujarnya.
Saat duduk di kelas X sampai XII, guru tahfidz yang ada di Smamita itu juga membantu dirinya untuk mampu berbahasa Arab dengan baik. Kemudahan itu yang menjadikannya mengembangkan keilmuan di Smamita.
“Tentu saya tidak salah memilih sekolah SMA Muhammadiyah 1 Taman. Merupakan sekolah yang mempunyai daya saing global. Sehingga bisa mengantarkan saya seperti saat ini. Terkait dari segi pembelajarannya, semua siswa dituntut mempunyai sikap disiplin. Tetapi sebenarnya kesadaran kedisiplinan itu kembali lagi bergantung pada kesadaran diri kita masing-masing,” bebernya.
“Jadi, bukan hanya seberapa banyak kita mendapat ilmu saat sekolah karena sejatinya ilmu itu bisa hilang. Jadi, yang paling utama adalah kita bergerak satu langkah ke depan dan akan tetap konsisten hingga akhir. Selain itu, sebenarnya kita itu bukan berarti tidak berbakat atau tidak punya kemampuan,” imbuhnya.
Tetapi, terkadang rasa malas menghambat diri kita untuk menuju kesuksesan. Mengenai studi lanjut ini, dia sebetulnya merasa senang dan juga sedih. Senangnya diterima kuliah di luar negeri, sementara sedihnya karena meninggalkan negara Indonesia.
“Saya juga masih teringat tentang pesan guru Smamita bahwa sejatinya kita itu sebagai makhluk tidak bisa mengatur semua. Tetapi kita bisa berusaha biarkan untuk urusan hasil cuma Allah yang lebih tahu dan mengaturnya,” tuturnya.
“Harapan saya ketika melanjutkan studi di Al Azhar Kairo Meair, saya mampu berubah menjadi pribadi yang lebih baik dan positif. Lebih baik disiplin dan lebih tertata dalam hidup. Terkait dengan studi di Al Azhar Kairo Mesir, insya Allah nanti pembelajarannya paling cepat itu 3 sampai 3,5 tahun,” ujarnya.
Selanjutnya, setelah dari Al Azhar, dia ingin melanjutkan S2. Wildan akan mencari informasi di luar negeri atau bisa juga kembali ke Indonesia. Bergantung kesempatan dan keadaan nantinya.
“Terkadang saya masih merindukan kedua orang tua. Khususnya seorang ibu. Tetapi hanya doalah saat ini yang mampu diselipkan setiap shalatku. Semoga kedua orang tuaku selalu diberikan nikmat juga dilapangkan kuburnya. Tentunya dihindarkan dari siksa kubur dan api neraka,” pungkas Wildan sambil meneteskan air mata.
(Nashiiruddin/AS)