Beda, Hari Besar dan Hari yang Dibesarkan Umat Islam

0
84

KLIKMU.CO – Hari besar Islam dan hari yang dibesarkan umat Islam itu berbeda. Demikian disampaikan Ketua Korps Mubaligh Muhammadiyah (KMM) Kota Surabaya Dr. K. H. Imam Syaukani, MA.

Di hadapan peserta Baitul Arqam Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) Kalibokor Ngagel Surabaya, dai kondang tersebut mengungkap beberapa fenomena kesalahpahaman di kalangan umat Islam, salah satunya tentang perayaan hari besar Islam.

“Hari raya atau hari besar umat Islam itu hanya 3, yakni hari raya Idul Fitri, Idul Adha, dan hari tasyrik,” ujar Syaukani di My Dormy Hostel UMM Malang, Ahad (18/9/2022).

Menurut Syaukani, salah satu contoh bukan hari besar tapi dibesarkan umat Islam adalah peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW.

“Di kalangan umat Islam, peringatan Maulid Nabi atau dalam bahasa Jawa Muludan adalah hal yang bisa dilakukan. Di Muhammadiyah maupun di NU sama-sama diadakan,” ujarnya.

Peringatan Maulid Nabi, lanjut Syaukani, tidak ditemukan dasar atau dalil untuk melakukannya. Peringatan Maulid Nabi mulai dilakukan pada masa panglima perang umat Islam Shalahuddin Al-Ayyubi yang diniatkan untuk memompa semangat umat Islam.

Dalam kesempatan yang sama, Syaukani juga mengajak peserta bermuhasabah dengan memahami firman Allah dalam al-Qur’an.

“Tidak ada satu pun yang tidak bermakna dalam al-Qur’an. Semua kata dalam kitab suci umat Islam ini memiliki makna yang luar biasa untuk menjadi pelajaran berharga bagi umatnya,” katanya.

Syaukani lantas memberi contoh penyebutan semut dalam al-Qur’an. Pada seekor semut, Allah memberikan pelajaran bagi manusia.

“Semut itu, kalau kita belajar biologi, dia hanya hidup 3 minggu. Jadi, kalau ada semut sudah berusia 20 hari dia itu termasuk sudah tua sekali. Tapi, dengan usianya yang pendek itu, semut mampu mencari dan menyimpan makanan untuk kebutuhan setahun,” ungkapnya.

Ibrah lain yang dapat diambil pelajaran adalah binatang laba-laba. Menurutnya, laba-laba adalah contoh makhluk yang tidak berakhlak baik.

“Laba-laba itu membuat rumahnya berupa jaring-jaring itu adalah kotoran yang keluar dari duburnya. Jaring-jaring tersebut berfungsi ganda, selain sebagai rumah tinggal juga sebagai jebakan untuk mencari makanan,” imbuhnya.

Sementara, ada ibrah yang dapat dijadikan pelajaran dari seekor binatang lebah. Lebah adalah binatang yang hidupnya penuh kebaikan dan manfaat.

“Lebah hanya hinggap di tempat-tempat yang baik, misalnya di bunga. Dan tidak pernah merusak tempat yang pernah dihinggapinya. Kemudian sang lebah mengeluarkan madu yang sangat bermanfaat bagi kesehatan tubuh manusia,” ujarnya.

Lebah, lanjut Syaukani, tidak pernah menyengat siapapun asal ia tidak diganggu. Itu bermakna, umat Islam juga tidak pernah diajarkan untuk mengganggu manusia lainnya. Tetapi, jika diganggu maka ia bisa saja memberikan perlawanan.

“Berlawanan dengan lebah adalah lalat. Kesukaannya hinggap di tempat-tempat yang kotor dan menebarkan penyakit,” pungkasnya.[AIKaffa]

Keterangan gambar: Ketua KMM Kota Surabaya Dr. K.H. Imam Syaukani, MA saat menyampaikan materi di acara Baitul Arqam PRM Kalibokor, Ngagel, Kota Surabaya, Ahad (18/9/2022). (Foto: AIKaffa)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini