Berkhidmat Melayani Umat: Refleksi Seabad Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surabaya

0
14
Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir didampingi jajaran PWM Jatim dan PDM Surabaya di RS PKU Muhammadiyah Surabaya. (Andi/KLIKMU.CO)

Oleh: Andi Hariyadi, ketua Majelis Pustaka, Informatika, dan Digitalisasi PDM Surabaya

Muhammadiyah Cabang Surabaya, sejak awal berdirinya dipimpin oleh KH Mas Mansur yang dilantik langsung oleh KH Ahmad Dahlan sebagai pendiri Muhammadiyah pada 1 November 1921, setidaknya berkonsentrasi pada tiga bidang usaha. menggiatkan dakwah, menguatkan pendidikan, dan melayani kesehatan.

Dengan dukungan dan komitmen warga Persyarikatan Muhammadiyah Surabaya yang meski terbatas tidak menyurutkan langkah KH Mas Mansur untuk terus berkontribusi mencerahkan umat dan bangsa yang masih dalam cengkeraman kolonial penjajah. Meski dengan segala keterbatasan yang ada, baik dalam bentuk akses, diskriminasi dan layanan publik, serta keamanan. Justru dari tantangan dan permasalahan tersebut dijadikan prioritas memberikan solusi yang relevan dengan kebutuhan yang ada.

Kepiawaian KH Mas Mansur sebagai pimpinan Muhammadiyah Surabaya saat itu sungguh luar biasa, dengan dakwah yang menyentuh sekaligus memotivasi perjuangan sehingga banyak tokoh dan masyarakat bersimpati atas program dakwah Muhammadiyah. Progres dakwah Muhammadiyah semakin nyata.

Pada tahun 1921 Kiai Usman sebagai wakil ketua Muhammadiyah Cabang Surabaya membangun masjid Soleh di Kaliasin dan pada tahun 1922 diresmikan. Pada tahun 1922 dibentuklah Hizbul Wathan Pemuda Muhammadiyah Surabaya sebagai upaya kaderisasi melibatkan generasi muda untuk turut berkiprah. Dan masih di tahun tersebut berdirilah HIS Muhammadiyah setingkat Sekolah Dasar di Peneleh Surabaya.

Pada 1 Juli 1924 KH Mas Mansur mengadakan tabligh akbar di Royal Standart Park kawasan Kranggan Surabaya yang juga dihadiri dr Sutomo untuk menggali dana pendirian balai kesehatan Muhammadiyah. Alhamdulillah pada Ahad 14 September 1924 berdiri di Jalan Sidodadi Surabaya dan diresmikan Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang membidangi kesehatan KH Sudja’ dan Ki Bagus Hadikusumo juga dihadiri dr Sutomo sebagai penasihat Pimpinan Pusat Muhammadiyah bidang kesehatan, serta direktur rumah sakit Simpang dr Tamm, juga para dokter yang akan membantu kegiatan operasional. Di antaranya, dr Soetopo, dr Sardjono, dr Heerdjan, dr Soewarno, dr Soretman, dr Soehardjo, dr Soerjatin, dr Soekardi, dr Irsan, dr Muwaladi, dr Soleh, dr Djojohusodo, dr J.W. Grootings, dr Aziz, dr P.H.F. Neynhoof, dr A.J.F.Tilung, dan dr Rabain.

Pada tahun 1927 terjadi krisis ekonomi dan PHK besar besaran sehingga berpengaruh pada biaya operasional amal usaha yang ada. Karena itu,  KH Mas Mansur berusaha menggali dana dari warga Persyarikatan sekaligus berkomitmen untuk tetap berlangsungnya amal usaha yang ada, dan mereka yang berkomitmen terdapat 20 orang termasuk KH Mas Mansur sehingga disebut sebagai Wali Rongpoloh.

Dua Serangkai KH Mas Mansur dan dr Sutomo yang menginisiasi berdirinya Balai Kesehatan Muhammadiyah dengan dukungan jaringan para dokter yang profesional di bidangnya untuk memperkuat dakwah kesehatan. Mengingat tingginya angka layanan kesehatan masyarakat di Balai Kesehatan Muhammadiyah sehingga membutuhkan tempat yang lebih memadai, sehingga pada tahun 1925 berpindah ke gedung di jalan Karang  Tembok, dan sempat dikunjungi Gouvernuer Generaal Limberg V Sterium. Pada masa itu dipimpin oleh dr Soedjono (1924-1929), kemudian dipimpin oleh dr Muhammad Soewandi (1929-1930), selanjutnya dipimpin dr Soedarso (1943-1945).

Mengingat kebutuhan layanan yang terus bertambah sehingga berpindah tempat lagi di Ampel Maghfur dan berikutnya di Jalan KH Mas Mansur hingga saat ini.

Jika dua serangkai KH Mas Mansur dan dr Sutomo sebagai inisiator dan peletak dasar dakwah kesehatan, maka ada kader-kader berikutnya yang turut berjasa di Balai Kesehatan PKU  Muhammadiyah Surabaya, yaitu dr Muhammad Soewandi dan dr Muhammad Khusnuljakin, karena beliau berdua benar-benar seorang pejuang yang tangguh penerus KH Mas Mansur dan dr Sutomo.

Saat perang kemerdekaan turut berpartisipasi sebagai pejuang di bidang kesehatan yang saat itu sangat dibutuhkan, meski risiko nyawa taruhannya kedua kader Muhammadiyah begitu tinggi komitmen perjuangannya, bahkan dr Muhammad Khusnuljakin sempat ditawan tentara Belanda pada tahun 1948-1949 di Malang dan di Surabaya. selepas dari penjara berkiprah lagi di Balai Kesehatan PKU Muhammadiyah Surabaya yang sempat tutup, dan pada 1 November 1949 dibuka dan  diresmikan kembali yang dipimpin oleh dr Muhammad Khusnuljakin dari tahun 1949 hingga 1969.

Kepemimpinan Balai Kesehatan PKU Muhammadiyah dilanjut oleh dr Muhammad Suherman hingga 1987, kemudian dilanjutkan dr Muhammad Mutadi hingga 1992. Keduanya begitu besar jasanya untuk mengembangkan berdirinya beberapa Rumah Sakit di Jawa Timur hingga saat ini terus berkembang.

Kemudian dilanjutkan oleh dr Muhammad Usman hingga 2002, lalu dipimpin oleh dr Sukadiono hingga 2013 yang menaikkan status Balai Kesehatan menjadi Rumah Sakit PKU Muhammadiyah, kemudian dilanjutkan oleh dr Ahmad Azis hingga 2013, dilanjut lagi oleh dr Enik Sri Hartatik hingga 2022. Hingga saat ini  dijabat oleh drg Devita Eryani Putri dan berusaha melakukan pengembangan dengan membeli eks Hotel Walisongo yang ada tepat di belakang Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surabaya.

Seabad sudah dilalui dengan berkhidmat melayani umat sebuah perjuangan yang panjang. Maka saat memasuki abad kedua tentunya tetap mengambil pelajaran perjuangan seabad sebelumnya guna menjadi bekal pengalaman dalam melayani kesehatan masyarakat dengan berkomitmen berdakwah di bidang kesehatan dengan penuh keikhlasan dan profesional serta layanan yang optimal. 

Selamat Milad Seabad Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surabaya. Tetap istiqamah berdakwah dengan semangat berkemajuan. (*)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini