Bila Pemimpin Tidak Berakidah, Masyarakat Akan Hancur

0
28
Kiai Mahsun saat memberi kajian pada Pengajian Keluarga Sakinah PCM Krembangan. (Fikri/KLIKMU.CO)

Surabaya, KLIKMU.CO – Tidak pantas seseorang menjadi pemimpin, tapi berakhlak buruk. Pernyataan itulah yang ditegaskan Dr Mahsun Jayadi MAg kepada hadirin Pengajian Keluarga Sakinah PCM Krembangan. Dalam agenda bulanan itu, dosen Pascasarjana UM Surabaya tersebut menyampaikan kajian bertema Profetik Leadership.

Pada Ahad (5/11) Mahsun menjadi penceramah di Masjid Al Mukhlis, Krembangan Baru VII/15, Surabaya. Dalam kajian itu, hal yang disampaikan kali pertama adalah tentang pemimpin-pemimpin Indonesia yang sukses.

“Memimpin bukan hal mudah. Tetapi juga bukan berarti tidak bisa berhasil,” ujar Direktur Ma’had Umar Bin Al Khattab itu.

Dalam sejarah kenabian, kata Kiai Mahsun, ayat yang diterima kali pertama oleh Rasulullah adalah Al Alaq ayat 1-5. Wahyu tersebut merupakan pertanda bahwa Muhammad diangkat sebagai nabi. Barulah ketika memperoleh wahyu kedua, yakni surah Al Mudatsir, Rasulullah diperintah Allah menyampaikan ajaran Islam.

Pada ayat kedua sampai ketujuh surah itu, terdapat ciri pemimpin yang berdasarkan kenabian. Ayat kedua surah itu memiliki arti “Bangunlah, lalu peringatan.” Maknanya adalah pemimpin harus tegak dan tegas. Jangan menjadi pemimpin yang lembek.

Ayat ketiga surah itu memiliki arti “Dan agungkanlah Tuhanmu.” Maknanya adalah kepemimpinan harus dibangun di atas dasar akidah. “Bila pemimpin tidak berakidah, masyarakat yang dipimpin akan hancur. Ketika iman disepelekan, maka masyarakat menjadi tidak aman,” tutur mantan Wakil Rektor UM Surabaya itu.

Ayat keempat surah itu memiliki arti “Dan bersihkanlah pakaianmu.” Maknanya adalah perjuangan dakwah memerlukan sarana yang diibaratkan pakaian. Muhammadiyah dan Aisyiyah merupakan sarana perjuangan. Tempatkan orang-orang yang bersih dan berintegritas dalam suatu organisasi.

Ayat kelima surah itu memiliki arti “Dan tinggalkanlah segala yang keji.” Maknanya adalah seorang pemimpin harus mampu menghindarkan nilai-nilai yang hina. Pemimpin pun harus memiliki akhlak yang baik.

Ayat keeenam surah itu memiliki arti “Dan janganlah engkau memberi dengan maksud memperoleh hasil yang banyak.” Ayat tersebut bermakna janganlah seorang pemimpin berharap sesuatu yang besar padahal usaha yang dilakukan kecil di mata Allah. Setiap amalan tentu ada catatan dan balasannya.

Ayat ketujuh surah itu memiliki arti “Dan karena Tuhanmu bersabarlah.” Mantan Ketua PDM Surabaya tersebut berkata bahwa perjuangan tentu membutuhkan kesabaran. “Karena perjuangan dilakukan sepanjang hayat,” tambahnya.

Kajian diakhiri dengan pemaparan singkat beberapa hal. Pertama, pentingnya peran seorang ibu dan istri terhadap pemimpin. Kedua, pentingnya dakwah yang bersinergi dan mengutamakan musyawarah. Ketiga, anjuran agar warga Muhammadiyah semakin melek politik. (Fikri/AS)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini