Jakarta, KLIKMU.CO – Mensyukuri dua dekade Maarif Institute dan mengenang satu tahun wafatnya Guru Bangsa Buya Syafii, Maarif Institute menyelenggarakan rangkaian kegiatan bertajuk Bineka Fest, yang meliputi kajian pemikiran Buya Syafii tentang isu-isu keislaman dan kebangsaan, panggung budaya, panggung musik, dan panggung komedi.
Acara ini berlangsung pada Rabu (30/8) di POSBLOC Jakarta, Jln Pos No 2, Ps Baru, Kecamatan Sawah Besar, Kota Jakarta Pusat, Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta.
Sejumlah narasumber dan komunitas budayawan nasional hadir dalam acara ini. Antara lain Imam Besar Masjid Istiqlal Prof Dr KH Nasaruddin Umar, penyair legendaris D. Zawawi Imron, Direktur PT Pos Faizal Rohmad Djomadi, Penerima Maarif Award Rudi Fofid, seniman nasional Panji Sakti, Sakdiyah Makruf, Inayah Wulandari Wahid, dan Yusril Fahriza.
Acara yang dihadiri tidak kurang dari 200 orang peserta. Dengan harapan bisa menjadi energi baru dalam upaya menyosialisasikan gagasan dan cita-cita sosial Buya Syafii, baik di ranah keislaman, kebangsaan yang mengusung nilai-nilai keterbukaan, kesetaraan, dan kebinekaan yang dapat diwariskan kepada anak-anak bangsa.
Deni Murdiani, Ketua Panitia Acara Bineka Fest 2023, memaparkan bahwa penyelenggaraan acara Bineka Fest 2023 ini dimaksudkan untuk mengenang setahun wafatnya Buya Syafii dan memperluas radius perjumpaan di kalangan generasi muda, tokoh lintas agama, dan lintas budaya.
Sementara itu, Muhadjir Effendy, pembina Maarif Institute yang kini menjabat Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK), dalam sambutan pembukaannya menyambut baik acara Bineka Fest ini. Anak-anak muda, kata dia, dapat menjadikan Buya Syafii sebagai teladan dan inspirasi untuk melahirkan gagasan-gagasan kebangsaan yang kritis.
“Pemikiran dan keteladanan Buya Syafii sudah mencapai derajat tertinggi bagi seseorang yang sudah selesai dengan dirinya, yaitu kemanusiaan universal. Buya memiliki komitmen kebangsaan yang sangat kuat. Pemikiran dan pandangan yang disampaikan demi masa depan bangsa. Pemikirannya melampaui sekat-sekat yang membatasi hubungan kemanusiaan. Beliau sudah tidak membedakan siapa-siapa,” jelas Muhadjir.
Senada dengan Muhadjir, Clara Juwono yang juga pembina Maarif Institute, menyampaikan tentang pentingnya generasi muda meneladani sosok Buya Syafii yang hidupnya sangat bersahaja. Juga pemikiran-pemikiran kritisnya tentang kebangsaan dan kemanusiaan.
“Pemikiran Buya Syafii tentang kebangsaan sangat relevan di tengah isu korupsi dan ketidakadilan. Karena itu tidak hanya disosialisasikan, tetapi harus diaktualisasikan,” jelas Clara.
Sementara itu, Abd. Rohim Ghazali, Direktur Eksekutif Maarif Institute, mengatakan bahwa acara Bineka Fest ini digelar untuk mengenang setahun wafatnya Buya Syafii serta menyemarakkan dua dekade Maarif Institute.
Mengapa kebinekaan harus difestivalkan? Menurut Rohim, di negeri Indonesia, kebinekaan adalah keniscayaan dan anugerah dari Tuhan yang Maha Kuasa, yang seharusnya disyukuri dan dinikmati secara baik, dan bukan untuk diperdebatkan atau dipertentangkan.
“Kebinekaan harus kita jadikan sebagai anugerah dengan cara menjaga dan merayakannya. Dalam festival ini, unsur-unsur yang menjadi bagian signifikan kebinekaan, seperti kelompok minoritas, misalnya, kita berikan ruang testimonial agar mereka bisa bebas bercerita tetang keberadaan dan peran dirinya di tengah orkestra dan taman pelangi kebangsaan. Kita tumbuhkan kesadaran, bahwa kebinekaanlah yang membuat negeri ini elok indah rupawan,” tegas Rohim. (Deni Murdiani/AS)