8 November 2024
Surabaya, Indonesia
Opini

Bonek Muda Muhammadiyah Menjawab Tantangan Dakwah

Penulis M. Alfian Hidayatullah SPd (kiri) saat menonton Persebaya Surabaya. (Dok pribadi/KLIKMU.CO)

Oleh M. Alfian Hidayatullah SPd

KLIKMU.CO

Sebagai gerakan Islam dan dakwah amar ma’ruf nahi munkar, Muhammadiyah sudah saatnya melebarkan sayap dakwahnya dengan lebih luas lagi dan menyentuh. Salah satu sasaran dakwahnya adalah para pencinta sepak bola yang dikenal dengan suporter. Sebab, istilah suporter sepak bola ketika terdengar di kalangan rata-rata orang tua masih banyak yang menilai negatif.

Tentu penilaian itu bukan tidak beralasan. Dari sudut pandang sejarah sepak bola Indonesia salah satu faktor terjadinya kerusuhan, anarkisme, disebabkan oleh sebagian kelompok oknum suporter. Fanatisme yang berlebih dan tidak terarah membuat mereka para suporter melakukan hal yang merugikan, baik kepada dirinya, orang lain, maupun klub yang dicintainya.

Namun, pandangan negatif perihal kelompok suporter sepak bola tersebut mulai berkurang saat ini. Para kelompok suporter sekarang lebih terkoordinir atau tertata dengan terbentuknya komunitas-komunitas di masing-masing tribun.

Muhammadiyah sebagai salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia melalui wadah komunitas BMM singkatan dari Bonek Muda Muhammadiyah. Salah satu komunitas yang lahir di Kota Surabaya ini berasal dari keinginan para kader Muhammadiyah Surabaya yang mencintai klub sepak bola Surabaya, yaitu Persebaya. Dan pendukung atau suporternya mempunyai nama Bonek Mania. Bahkan Bonek ini bukan hanya ada di Surabaya, namun di berbagai kota/kabupaten se-Indonesia. Bahkan ada juga di luar negeri. Kalau kata anak Surabaya “Gak bahaya ta?” Hehe.

BMM singkatan komunitasnya. Lahir bukan hanya untuk euforia atau meramaikan dunia komunitas suporter. Namun, kehadirannya ingin membawa spirit kebermanfaatan dan perubahan untuk suporter yang lebih baik lagi. Bonek Muda Muhammadiyah saat ini bagian dari firm tribun utara yang dikenal dengan Green Nord.

Surabaya sebagai Kota Pahlawan dan metropolitan kedua setelah Jakarta dengan komunitas BMM mencoba untuk melakukan dakwah ke kalangan suporter. Tentu nilai dakwah yang dijunjung harus mencerahkan dan menggembirakan, bagaimana caranya kita mengemas dakwah itu harus dengan cara dan strategi yang membahagiakan. Bukan hanya dengan menakut-nakuti. Seolah-olah agama itu menakutkan dan menyeramkan. Sehingga muncul persepsi jangan bawa-bawa agama dalam sepak bola dan suporter.

Sebagian Angkatan Muda Muhammadiyah Surabaya dengan wadah BMM mencoba untuk melakukan dakwah kultural, yaitu dakwah yang langsung bersentuhan dengan kelompok tersebut. Dalam hal ini adalah suporter sepak bola Surabaya Bonek.

Ini merupakan wujud dakwah nyata teman-teman BMM ke masyarakat. Sudah waktunya Muhammadiyah melebarkan sayap dakwahnya. Bukan hanya di masjid yang sudah tentu di dalamnya adalah orang-orang baik, namun kita harus terjun langsung di masyarakat kiranya apa yang dibutuhkan oleh mereka. Sehingga ke depan Muhammadiyah dapat dirasakan kehadirannya oleh masyarakat, khususnya mereka yang membutuhkan sentuhan dakwah.

Saat ini BMM mempunyai sekitar 200 anggota atau volunter bukan hanya di Surabaya, namun di beberapa kota dan kabupaten di Surabaya. Ada yang dari Jombang, Sidoarjo, Tuban, dan beberapa daerah yang lain. Di antara kegiatan yang telah dilakukan saat ini adalah kopdar “kopi darat” setiap sebelum match pertandingan sepak bola. Di sela-sela kopdar pengurus BMM melakukan sharing seputar Islam dan Muhammadiyah untuk mengenalkan Muhammadiyah kepada mereka yang baru mengenal Muhammadiyah melalui komunitas BMM.

Ada pula kegiatan baksos dan bagi takjil yang menjadi kegiatan rutin di bulan Ramadhan. Dan yang menarik lagi adalah sebelum pertandingan teman-teman BMM ini sebelum masuk stadion melakukan kumpul dan koordinasi di masjid sekitar stadion untuk melakukan shalat berjamaah dan bersama-sama berangkat menuju pintu masuk stadion dan kegiatan-kegiatan yang lain.

Muhammadiyah adalah organisasi besar yang bukan hanya ada di Indonesia, bahkan di luar negeri. Maka seharusnya yang menjadi fokus dakwahnya bukan hanya kepada amal usaha seperti sekolah, masjid, panti asuhan, dan kampus. Namun harus memperhatikan kondisi masyarakat yang lebih luas. Sebab, tantangan dakwah kedepan semakin banyak. Adanya majelis, lembaga, dan ortom di Muhammadiyah dibentuk bukan hanya sebagai formalitas keberadaannya. Namun bisa dirasakan oleh masyarakat dan bisa membawa perubahan ke arah yang lebih baik. (*)

Sekretaris Majelis Pustaka Informatika dan Digitalisasi PDM Surabaya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *