BRIN Danai Riset Deradikalisasi Semesta pada Mantan Napi Teroris di Tenggulun Lamongan

0
71
Dr Sholikhul Huda SHI MFilI (Ketua Tim Riset), Dr Warsidi MM (Anggota Tim Riset), dan Dr Hambal Shofwan MPdI (Anggota Tim Riset) mendapat dana riset BRIN dengan judul penelitian: Pengembangan Model Deradikalisasi Berbasis Karakter Moderasi dan Pemberdayaan Ekonomi pada Napi Mantan Teroris/Napiter (Studi Kasus di Yayasan Lingkar Perdamaian/YLP di Desa Tenggulun, Solokuro, Lamongan)". (UM Surabaya)

Surabaya, KLIKMU.CO – BRIN mengeluarkan Surat Keputusan Bidang Fasilitasi Riset dan Inovasi Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) Nomor: 37/II.7/HK/2023 tentang Penerima Program Riset dan Inovasi untuk Indonesia Maju (RIIM) Gelombang 4.

Salah satu proposal yang lolos didanai selama dua tahun oleh BRIN adalah proposal Tim Dosen Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surabaya. Judul risetnya adalah “Pengembangan Model Deradikalisasi Berbasis Karakter Moderasi dan Pemberdayaan Ekonomi pada Napi Mantan Teroris/Napiter (Studi Kasus di Yayasan Lingkar Perdamaian/YLP di Desa Tenggulun, Solokuro, Lamongan)”.

Tim riset ini terdiri atas Dr Sholikhul Huda SHI MFilI (Ketua Tim Riset), Dr Warsidi MM (Anggota Tim Riset), dan Dr Hambal Shofwan MPdI (Anggota Tim Riset).

Sholikhul Huda adalah dosen Filsafat Islam Prodi Studi Agama-Agama FAI UM Surabaya, dosen Islamic Studies Pascasarjana UM Surabaya, Sekretaris Direktur Pascasarjana UM Surabaya, anggota Pusat Asosiasi Studi Agama Indonesia (ASAI), Direktur InSID for Research and Humanity (IRH), dan peneliti utama di Pusat Pengkajian-Pengembangan Masyarakat Islam (P3MI) Pascasarjana UM Surabaya.

Sementara itu, Warsidi adalah dosen Keuangan Syariah Pascasarjana UM Surabaya, Kaprodi S-2 Hukum Ekonomi Syariah (HES), serta peneliti utama dan pakar keuangan syariah di Pusat Pengkajian-Pengembangan Masyarakat Islam (P3MI) Pascasarjana UM Surabaya.

Kemudian, Hambal Shofwan merupakan dosen Pendidikan Islam Pascasarjana UM Surabaya, Direktur Eksekutif Pusat Pengkajian-Pengembangan Masyarakat Islam (P3MI) Pascasarjana UM Surabaya, juga pakar pendidikan Islam dan pengurus di Yayasan Lingkar Perdamaian (YLP).

Menurut Dr Sholikh, Ketua Tim Riset dan Sekretaris Direktur Pascasarjana UM Surabaya, latar dari riset tersebut berangkat dari problem aksi gerakan radikalisme terorisme yang marak terjadi Indonesia. Aksi tersebut berdampak pada situasi ketakutan dan ketidakamanan yang terjadi di kalangan masyarakat dan jika dibiarkan dapat menuju disintegrasi bangsa Indonesia.

“Sehingga menjadikan pemerintah Indonesia membuat lembaga Badan Nasional Pencegahan Teroris (BNPT) yang fokus dan berfungsi untuk program pencegahan dan penangan terhadap pelaku teror di Indonesia,” ujarnya kepada KLIKMU.CO, Senin (30/10).

Selain pemerintah, kata dia, ada juga sebagian kelompok masyarakat yang ikut membantu pemerintah dalam pencegahan dan penanggulangan aksi terorisme dengan mendirikan sebuah lembaga Yayasan Lingkar Perdamaian (YLP) yang bermarkas di Desa Tenggulun, Solokuro, Lamongan.

Lembaga ini didirikan oleh Dr Ali Fauzi MPdI, mantan aktivis Jamaah Islamiyah (JI) dan adik dari trio bomber Indonesia (Amrozi, Ali Ghufron, Ali Imron).

“Lembaga ini bertujuan untuk menampung, membina, dan memberdayakan para mantan napi teroris dan keluarga yang sudah sadar dan tobat untuk hidup normal kembali di tengah masyarakat,” bebernya.

Sholikh menjelaskan, pola yang dilakukan oleh lembaga dalam kerja deradikalisasi adalah dengan penguatan ideologi moderasi dan pemberdayaan ekonomi bagi para mantan napi teroris. Pola ini ternyata mendapat respons bagus bagi para mantan teroris.

“Sehingga dari latar ini, kemudian peneliti tertarik untuk meriset lebih dalam bagaimana pola deradikalisasi kepada mantan teroris berbasis penguatan ideologi moderat dan pemberdayaan ekonomi,” paparnya.

Dengan begitu, hasil dari riset ini akan dijadikan dalam bentuk artikel dan buku. Hal ini agar dapat dijadikan sumber rujukan dan dapat dijadikan prototipe dalam program deradikalisasi berbasis masyarakat.

Sebab, selama ini ada opini negatif terkait pola-pola deradikalisasi yang dilakukan oleh pemerintah. Bahkan sering terjadi adalah adanya dendam dari keluarga yang dianggap teroris.

Maka, menjadi penting untuk melibatkan peran masyarakat yang punya kepedulian terhadap persoalan terorisme di Indonesia. Atau, dia menyebut dengan istilah “Deradikalisasi Semesta”.

“Dari sini makna penting dan posisi strategis dari riset yang akan dilakukan oleh Tim Riset Dosen Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surabaya yang didanai oleh Badan Riset Inovasi Indonesia (BRIN),” tandasnya.

(Sholikhul Huda/AS)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini