13 November 2024
Surabaya, Indonesia
Berita

Buka Baitul Arqam Aisyiyah, Pak Je Sampaikan 4 Pilar Pendidikan Menurut UNESCO

Wakil Ketua PDM Surabaya Muhamad Jemadi membuka Baitul Arqam Pimpinan Aisyiyah Surabaya di Asrama Haji Sukolilo, Sabtu (20/1/2024). (Yuda/KLIKMU.CO)

Surabaya, KLIKMU.CO – Wakil Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Surabaya Muhamad Jemadi hadir membuka Baitul Arqam Pimpinan Aisyiyah Surabaya di Asrama Haji Sukolilo, Sabtu (20/1/2024).

Dalam sambutannya, Pak Je –sapaan karibnya– menjelaskan tentang empat pilar pendidikan menurut UNESCO.

Menurut Pak Je, ada empat pilar pendidikan dalam UNESCO. Pertama, learning to know, yakni belajar untuk dapat pengetahuan.

“Peserta Baitul Arqam setelah mengikuti materi harus mendapatkan informasi hal baru,” ujarnya di hadapan 103 peserta Aisyiyah se-Surabaya.

Kedua, learning to do, yaitu belajar untuk melakukan. Setelah mendapatkan informasi, harus segera dikerjakan.

“Para instruktur harus membuat refleksi dan tagihan kepada peserta untuk menuliskan rencana aksi setelah mendapat informasi,” tegasnya.

Ketiga, learning to be self, yakni belajar untuk menjadi diri sendiri. Para peserta Baitul Arqam harus bisa mewujudkan pengetahuan dengan kesadaran diri tanpa diperintah siapa pun.

Terakhir, learning to live together alias belajar untuk hidup bersama.

 “Setelah mendapat pengetahuan, harus jadi bekal hidup bersama,” terangnya.

Selain empat di atas, ada tambahan dari tokoh muslim, yaitu learning to faith of God. Yaitu, belajar untuk meyakini Allah.

“Setelah Baitul Arqam, peserta diharapkan semangat untuk mewujudkan nilai tauhid,” tandasnya.

Sementara itu, Ketua PDA Surabaya Alifah Hikmawati menambahkan, ada tantangan berat bagi Aisyiyah di abad kedua ini. Antara lain, militansi kader yang bukan hanya berfungsi sebagai motor penggerak organisasi, tetapi juga sebagai fasilitator  masyarakat dan bangsa.

“Upaya perkaderan tersebut bukan hanya sebatas dalam ritual kegiatan perkaderan yang terstruktur dalam pola-pola yang baku. Akan tetapi dibutuhkan internalisasi jiwa kepemimpinan transformatif yang akan mencetak pemimpin organisasi dan masyarakat yang pionir dan menggerakkan,” terangnya.

“Fungsi dan posisi kader dalam suatu organisasi, termasuk di Persyarikatan, menjadi sangat penting. Karena kader dapat dikatakan sebagai inti pergerakan organisasi. Di samping itu, kader juga merupakan syarat penting bagi berlangsungnya regenerasi kepemimpinan,” imbuhnya.

Bagi sebuah organisasi, lanjut Alifah, regenerasi kepemimpinan yang sehat karena ditopang oleh keberadaan kader-kader yang militan. Selain akan menjadikan organisasi bergerak dinamis, juga formasi kepemimpinannya akan segar dan energik.

“Keberadaan kader bagi Muhammadiyah dengan kualifikasi dan kompetensinya seolah memanifestasikan sosok ciptaan Allah yang terbaik,” tuturnya.

(Yuda/Fitri/AS)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *