Jakarta, KLIKMU.CO – Dalam diskusi peluncuran tiga buku yang berisi pikiran-pikiran Ahmad Syafii Maarif di Bentara Budaya, Palmerah, Jakarta Pusat Kamis (27/10/2022) siang, sejumlah tokoh menyampaikan apresiasnya.
Tokoh perempuan Muslim, Musdah Mulia, misalnya, mengucapkan selamat atas terbitnya tiga buku Buya Ahmad Syafii Maarif. Menurutnya, buku ini layak dibaca tidak hanya oleh mereka yang tertarik dengan masa depan dunia Islam, tetapi juga oleh setiap orang yang peduli akan masa depan kemanusiaan.
Menurut Musdah, Buya Syafii merupakan sosok yang berani dan mengungkapkan pendapat secara kritis, obyektif, dan jernih. Sosok seperti inilah yang dibutuhkan bangsa Indonesia sekarang ini.
“Buya juga orang yang berempati pada orang-orang yang mengalami penindasan. Itu terlihat ketika Buya dengan berani tanpa rasa takut menyebut Ahok tidak menghina Al Quran, khususnya Surat Al-Maidah 51,” paparnya.
Musdah menambahkan bahwa Buya Syafii adalah juga tokoh yang sangat memberikan perhatian penuh serta penghormatan setinggi-tingginya pada kaum perempuan.
“Meskipun Buya Syafii tidak menulis hal-hal yang lebih spesifik tentang isu-isu kesetaraan dan keadilan gender, isu feminisme, bagi saya cukup dua hal. Buya tidak melakukan poligami dan tidak melakukan kekerasan terhadap perempuan, baik di ruang domestic maupun ruang publik” jelas Musda.
Narasumber berikutnya, Ade Armando, memaparkan bahwa peluncuran buku ini menjadi penting dalam rangka menysialisasikan dan melanjutkan pemikiran Buya Syafii Maarif dalam konteks keindonesiaan. Buku yang memuat isu isu keislaman, kebangsaan, kemanusiaan dan juga pengalaman bangsa Indonesia sebagai sebuah bangsa patut untuk dijadikan bahan refleksi.
“Semoga buku ini bisa menyebarkan pemikiran Islam yang inklusif, toleran, moderat serta berpihak pada kemanusiaan, kenegaraan serta keindonesiaan, utamanya di kalangan anak-anak muda millennial,” ujar Ade.
Ade juga mengapresiasi Pemerintah Kabupaten Sijunjung yang mengusulkan Buya Syafii Maarif sebagai pahlawan nasional mengingat Buya Syafii bukan hanya dikenal sebagai tokoh nasional, tapi berskala global.
”Beliau memang layak diusulkan sebagai pahlawan nasional karena semasa hìdupnya banyak memberikan sumbangsih pemikiran bagi pembangunan dan kemajuan bangsa. Banyak sekali yang Buya perbuat, apalagi beliau juga mantan ketua umum PP Muhammadiyah, anggota Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), pendiri Maarif Institute, dan President World Conference on Religion for Peace (WCRP),” bebernya.
Sementara itu, Budiman Tanuredjo dan Putut Wijanarko mengatakan bahwa dalam banyak tulisannya, Buya Syafii selalu mengumandangkan moralitas dan keadaban publik. Menurut Budiman, yang paling menyita perhatian Buya Syafii adalah tingkah pongah para elit yang “tuna visi dan misi”.
Para politisi hanya mengedepankan kepentingan pragmatis, sembari dalam waktu yang bersamaan, abai terhadap hak-hak hidup masyarakat. Apalagi yang paling membuat geram tatkala sekelompok elit itu menggunakan isu-isu SARA demi memenuhi syahwat politiknya.
Putut berharap buku karya Buya Syafii ini bisa menjadi energi baru dalam upaya melembagakan gagasan dan cita-cita sosial Buya Syafii, baik di ranah keislaman, kenegaraan, yang mengusung nilai-nilai keterbukaan, kesetaraan, dan kebhinnekaan yang dapat diwariskan kepada anak-anak bangsa. (AS)