Buya Syafii Maarif Konsisten Suarakan Kesetaraan bagi Perempuan

0
9
Pemred Jurnal Maarif Moh. Shofan (di podium) memberikan sambutan dalam peluncuran Jurnal Maarif Vol 18 No 2 Desember 2023. (Maarif Institute/KLIKMU.CO)

Jakarta, KLIKMU.CO – Maarif Institute meluncurkan Jurnal Maarif Vol 18 No 2 Desember 2023 dengan tema “Jalan Kebudayaan Ahmad Syafii Maarif: Dakwah Kultural, Puisi Kebangsaan, dan Inspirasi Kemanusiaan”.

Peluncuran disertai diskusi tersebut bekerja sama dengan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Muhammadiyah Jakarta.

Acara berlangsung di Aula Kasman Singodimejo Lt 4 dan dihadiri sejumlah narasumber. Antara lain Prof Dr Syamsul Arifin (Guru Besar UMM), Abdullah Sumrahadi (dosen di President University), Ka’bati (kontributor Jurnal Maarif), dan Moh. Shofan (Pemred Jurnal Maarif).

Rektor Universitas Muhammadiyah Jakarta Prof Dr Ma’mun Murod menyambut dengan sangat baik kerja sama peluncuran dan diskusi Jurnal Maarif ini.

Menurut Ma’mun, Buya Syafii telah mewariskan keluasan ilmu pengetahuan serta sikap hidup etis, sederhana, dan teladan baik yang harus dijadikan cermin oleh anak anak bangsa hari ini. Utamanya dalam merawat isu-isu toleransi, keberagaman, dan pentingnya merekatkan persatuan. 

“Tantangan bangsa Indonesia ke depan bukan semakin ringan, tetapi justru semakin berat. Karena itu, komitmen Buya Syafii pada nilai-nilai substantif Islam yang diwujudkan dalam kepedulian dan keberpihakannya pada mereka yang terzalimi harus dilanjutkan oleh generasi berikutnya,” ujar Ma’mun.

Sementara itu, Direktur Eksekutif Maarif Institute Abd. Rohim Ghazali dalam sambutannya mengatakan, apa yang dikembangkan oleh Maarif Institute selama 20 tahun terakhir ini tidak lain merupakan ikhtiar untuk merealisasikan gagasan besar Buya Syafii yang terangkum dalam konsep keislaman, keindonesiaan, dan kemanusiaan.

“Tema yang diangkat dalam jurnal ini juga menandai satu tahun wafatnya Buya Syafii sekaligus menyambut dua dekade Maarif Institute,” jelas Rohim.

Rohim menambahkan, Buya Syafii sudah meninggalkan kita setahun yang lalu. Kita semua menjadi pewaris, bukan hanya pemikiran-pemikiran Buya Syafii yang sangat brilian dan kritis dalam menyoroti masalah-masalah bangsa, tetapi juga mewarisi keteladanan dan kesederhanaannya.

“Komitmen Buya Syafii dalam menyoroti persoalan-persoalan keislaman, kebangsaan, dan kemanusiaan harus terus dihidupkan oleh anak-anak muda agar bangsa ini tidak oleng, seperti yang dikhawatirkan Buya Syafii,” ujar Rohim.

Buya Syafii Bukan Hanya Milik Muhammadiyah

Narasumber pertama, Syamsul Arifin, memaparkan bahwa Buya Syafii selama hidupnya menaruh perhatian pada pemikiran keislaman atau intelektualisme Islam yang ingin mempertautkan secara “dialektik-etik” antara Islam dengan keindonesiaan.

Buya Syafii, menurut dia, memiliki argumen yang kuat, yang bertolak dari pembacaan terhadap Al-Qur’an, sejarah, dan konteks keindonesiaan bahwa Islam tidak perlu diletakkan secara “oposisi-biner” dengan realitas politik yang telah menjadi konsensus bangsa seperti Pancasila.

“Islam di Indonesia dalam pandangan Buya Syafii harus mewujud dalam performa sebagai “entitas etik” yang nantinya menjadi pilar bagi terwujudnya Indonesia berkeadaban,” tegas Syamsul.

Sementara narasumber kedua, Abdullah Sumrahadi, mengatakan bahwa sosok Buya Syafii bukan hanya milik Muhammadiyah, namun sudah menjadi guru bangsa yang pemikiran-pemikirannya tentang keindonesiaan, keumatan, dan kemanusiaan menjadi literatur utama dalam mengawal kemajuan bangsa.

Pengajar di President University itu menambahkan, nilai-nilai baik yang selama ini telah diwariskan oleh Buya Syafii harus menjadi cermin moral seluruh anak-anak bangsa di tengah kehidupan politik yang sangat pragmatis.

Narasumber ketiga, Ka’bati, berpendapat bahwa Buya adalah salah seorang tokoh Islam moderat yang konsisten menyuarakan hak kesetaraan bagi perempuan tampil menjadi pemimpin.

Buya, lanjut dia, juga menentang ketentuan-ketentuan fikih yang umumnya ditulis oleh laki-laki dan cenderung memainkan peran diskriminatif dan bias terhadap perempuan.

“Karena itu, pemikiran Buya Syafii masih sangat relevan untuk ditransformasikan ke dalam sistem sosial masyarakat sekarang ini,” terangnya.  

Di sisi lain, Pemred Jurnal Maarif Moh. Shofan menyatakan bahwa secara umum jurnal edisi Desember 2023 ini merefleksikan sekaligus menelaah secara kritis pemikiran Buya, terutama mengenai isu isu keumatan, kebangsaan, kemanusiaan, dan kebudayaan.

“Sejumlah artikel dalam jurnal ini tidak lain merupakan ikhtiar untuk merealisasikan gagasan besar Buya Syafii yang terangkum dalam konsep keislaman, keindonesiaan, dan kemanusiaan,” paparnya.

Peluncuran Jurnal Maarif ini diikuti tidak kurang dari seratus peserta, baik dari kalangan akademisi, mahasiswa, aktivis, maupun  masyarakat secara umum.

(Moh. Shofan/AS)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini