KLIKMU.CO – Mari kita jadikan Forum Rapat Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah 1 (Rapimwil 1) Jawa Timur ini sebagai ajang untuk bersinergi membangun kebersamaan dalam rangka memajukan diri kita, memajukan Persyarikatan, dan memajukan negara dan bangsa.
Hal itu disampaikan Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah (PPM) Sunanto dalam kegiatan Rapat Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah Jawa Timur 1 di aula BPSDM Jl Balong Sari Tama, Tandes, Surabaya, yang berlangsung Sabtu-Ahad (29-30/5/2021).
Menurut dia, forum Rapimwil ini adalah salah satu wadah untuk menelurkan semua gagasan kader-kader di daerah untuk menjadi konsep besar, satu kesatuan menjadi konsep Wilayah.
“Gagasan besar ini perlu ditampung dalam satu kesatuan aksi yang nyata karena bersatu saja, bergerak belum tentu kita menang, apalagi kita sendiri-sendiri. Oleh sebab itu tidak ada dakwah yang bisa menang dan cepat untuk melakukan perubahan kalau hanya sendiri. Oleh sebab itu butuh kekuatan dan konsolidasi,” katanya lagi.
“Kekuatan Pemuda Muhammadiyah ditopang dengan kekuatan Ansor dan kekuatan keorganisasian yang lain tentu akan menambah besar kekuatan Indonesia bergerak dan bersaing dengan negara dan dunia lainnya. Saya berharap mari kita mencari cara dakwah yang cerdik ditengah kompleksitas kita saat ini bagaimana pola perilaku ditengah wabah,” ajaknya.
Cak Nanto menjelaskan, tantangan dakwah kita ke depan sangat berat dan kompleks. Kita belum bangun atau bisa menghadapi 4.0, sekarang muncul lagi 5.1. Kita belum melakukan apa-apa sudah muncul lagi.
Oleh sebab itu, kata dia, perlu ada percepatan gerakan dan kesadaran yang tepat karena informasi dan model orang sudah banyak mengalami perubahan. Gerakan-gerakan Pemuda Muhammadiyah tidak boleh tertinggal, cepat beradaptasi sehingga kita tidak tertinggal jauh. Maka, nilai-nilai islam bisa dilaksanakan dalam perjuangan Muhammadiyah dan Pemuda Muhammadiyah.
“Akhir-akhir ini kita melakukan kebaikan saja dicela, apalagi melakukan keburukan. Membantu Palestina saja dianggap korupsi, Muhammadiyah itu kan tidak hanya sekali membantu umat dan tidak hanya Indonesia dan Islam karena kepentingan kita adalah kemanusiaan. Kalau hanya mementingkan Islam, Muhammadiyah, maka Muhammadiyah tidak akan membangun universitas di Papua, di NTT, dan lainnya. Maka tidak perlu lagi ada yang meragukan tentang nilai-nilai kebangsaan kita,” tuturnya.
“Konsolidasi seperti ini tidak perlu lagi ada gontok-gontokan. Jangan memperbesar perbedaan karena hidup itu harus berbeda. Kalau sama ya tidak seru, tidak hidup. Kita hidup dalam suasana dakwah yang cerdik, bisa mengayomi tanpa ada kritik yang berlebihan. Kalau Pemuda Muhammadiyah salah, ya dikritik saja meskipun sudah difasilitasi oleh Ibu Gebenur. Kalau tidak ada yang mengkritik, nanti kebablasan karena kekuasaan itu enak, yang memperjuangkan kekuasaan itu yang tidak enak,” tambahnya disambut tepuk tangan peserta Rapimwil.
Maka kemudian, lanjut pria berdarah Madura ini, dalam kegiatan itu juga perlu dirumuskan hal apa yang perlu dilakukan untuk Jawa Timur yang unggul. Salah satunya adalah kemantapan dan kamatangan ideologi, organisasi harus terus dilakukan, dengan menyebarkan Islam yang washatiyah menuju Islam yang rahmatan lil alamiin. “Ini yang pertama,” ujarnya.
Kedua, kemandirian. Menurutnya, kemandirian gerakan harus dilakukan sehingga kita tidak lagi banyak membuat proposal, walaupun proposal menjadi penting. Kalau tidak ada proposal, tidak ada yang bantu. Kita jual gagasan, bukan sekadar minta.
“Ketiga, mari kita keluar dari kandang. Jangan jago kandang. Karena kadang-kadang kalau kita berorganisasi bagus di dalam, tetapi di luar tidak bagus. Kita harus keluar karena persaingan yang sesungguhnya itu ada di luar,” tegasnya.
“Mari kita bersinergi dalam rangka membangun Jawa Timur yang lebih baik. Mari kita lakukan kebersamaan ini untuk kemajuan diri kita, kemajuan persyarikatan, kemajuan negara, dan bangsa,” tandasnya. (Habibie/AS)