KLIKMU.CO
Oleh: Mushlihin*
Keluarga kecil bahagia bercengkerama. Bercakap-cakap dengan senang. Bersenda gurau. Terdiri dari ayah, ibu, anak dan nenek.
“Yah, makanan sudah siap!” seru si anak.
“Ayahmu sedang puasa! tandas si ibu.
“Puasa apalagi, bukankah sudah idul fitri?” sahut si anak.
“Puasa Syawal. Apabila engkau telah selesai berpuasa Ramadan, berpuasalah enam hari sesudah idul fitri. Lakukan berurutan atau terpisah. Dalam bulan Syawal,” kata ibu.
“Berat dong bu, masih banyak jajan lebaran. Undangan pesta makan bersliweran. Reuni, bani, halal bihalal dan pinangan,” bantah si anak.
“Di dalam riwayat Ibnu Majah dinyatakan: Barangsiapa berpuasa Ramadan dan enam hari sesudah idul fitri, maka itu sama pahalanya dengan puasa genap setahun,” sambung si ayah.
“Bagaimana bisa?” sanggah si anak.
“Nabi bersabda: Barangsiapa berpuasa Ramadan, maka pahalanya dilipatgandakan samadengan puasa sepuluh bulan. Sedang berpuasa enam hari sesudah idul fitri dilipatkan sepuluh menjadi enam puluh. Maka semuanya adalah genap setahun. Hadis riwayat Ahmad,” tambah si ayah.
“Enak betul! Kalau begitu saya akan berpuasa ah!,” tukas si anak.
Nenek yang sedari tadi mendengarkan turut berujar, “Habis makan kok puasa.”
Anak tidak kehabisan akal. “Boleh puasa walaupun sudah tengah hari, bukan?” imbuh si anak tanpa beban.
Seisi ruangan saling berpandangan. Nenek menjawab, “Kerjakanlah puasa sunnah dengan niat yang ihlas karena Allah semata. Dimulai sebelum fajar atau sesudahnya walaupun sudah tengah hari. Selama ananda belum melakukan hal-hal yang membatalkan puasa.”
Lalu ayah berkata, mengutip surat Alfurqan ayat 74: “Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa.”
*Kepala SMP Muhammadiyah 5 Karanggeneng Lamongan