Curhat Petani Koro Sumenep: Organisasi Belum Jelas, Distribusi Juga Tidak Optimal

0
32
Petani koro Sumenep dalam sesi curhat dengan tim MF UMM. (Husamah/KLIKMU.CO)

Sumenep, KLIKMU.CO – Para dosen dan peneliti dari Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) yang tergabung dalam tim Program Matching Fund (MF) Mokorbef “Modified Koro Bean Flour” baru-baru ini memiliki gawe strategis. Didorong cita-cita mulia untuk meningkatkan status tanaman koro Sumenep dari tanaman marginal menjadi komoditas utama, misalnya tepung koro, tim MF Mokorbef mengadakan sesi focus group discussion (FGD) atau sesi curhat petani koro Sumenep.

Sesi curhat dibuka oleh Dr Elly Purwanti MP, ketua tim MF Mokorbef, ditemani oleh perwakilan mitra aKancatani Dewo Ringgih MP. Keduanya sama-sama memiliki keinginan untuk menyejahterakan petani koro Sumenep.

Setidaknya peserta dihadiri oleh puluhan petani koro dari Desa Grujugan, Kecamatan Gapura Kabupaten Sumenep, dan tim MF Mokorbef. Acara tersebut dimoderatori oleh Dr Endang Purwanti MPd, dosen senior FKIP UMM.

“Tim MF mengajak para petani koro untuk dapat menjabarkan permasalahan yang mereka hadapi. Kegiatan ini diperuntukkan memetakan permasalahan yang terjadi atau dialami para petani dan sekaligus memberikan solusi alternatif untuk menyelesaikan permasalahan tersebut,” ujar dosen yang beberapa kali dipercaya pemerintah untuk mendampingi masyarakat Madura ini.

Dr Elly Purwanti menambahkan, setidaknya beberapa permasalahan yang dihimpun. Beberapa di antaranya meliputi belum adanya struktur organisasi yang jelas terkait pengelolaan, penyimpanan biji, serta permasalahan sebelum penanaman dan pascapanen. Selain itu, terkait jalur distribusi agar menguntungkan petani juga muncul dalam curhat ini.

Lebih lanjut, diterangkan bahwa dari hasil diskusi terpumpun, setidaknya telah terbentuk struktur organisasi khusus di bawah Gapoktan Desa Grujugan yang fokus untuk menangani intensifikasi tanaman koro.

Selain itu, petani mengatakan bahwa banyak ilmu baru yang bisa diterapkan khususnya tadi cara penyimpanan biji agar lebih awet. Petani juga mendapatkan ilmu tentang penggunaan serai dan daun jeruk dapat menjadi insektisida alami agar penyimpanan lebih awet.

Di sisi lain, mitra aKancatani, Dewo Ringgih MP, juga mengatakan bahwa salah satu penyelesaian masalah distribusi adalah dengan membeli biji koro ke petani langsung dengan bantuan monitoring dan pembelian langsung oleh aKancatani grup.

“Hal ini kami lakukan agar dapat memangkas biaya distribusi yang tidak menguntungkan petani. Besar harapan kegiatan matching fund oleh UMM dan aKancatani ke depannya dapat dilanjutkan untuk mewujudkan peningkatan perekonomian petani koro di Sumenep, khususnya di Desa Grujudan, Gapura, Sumenep,” ujar Dewo Ringgih menambahkan. (Husamah/AS)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini