Dakwah lewat Media Online, Efektif atau Tidak?

0
4
Dakwah lewat Media Online, Sejauh Mana Dampaknya? (Ilustrasi)

Malang, KLIKMU.CO – Di era yang semakin terkoneksi secara digital, berbagai sisi kehidupan mengalami penyesuaian. Termasuk bidang dakwah. Mudahnya koneksi secara virtual memberikan kesempatan untuk mengikuti kajian dakwah tanpa perlu hadir secara langsung.

Bagi generasi milenial dan Z yang mahir teknologi, kajian keagamaan melalui jaringan menjadi jalan dakwah yang cukup efektif. Hal ini disampaikan Dosen Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Agama Islam (FAI) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Nafik Muthohirin.

Hal tersebut dibuktikan dengan munculnya istilah “ustadz medsos” yang kerap tampil dengan gaya keren dan juga pembawaan dakwah yang mudah dipahami oleh kalangan muda.

“Secara umum, hingga hari ini, dakwah Islam berbasis dalam jaringan sangat efektif menyasar kelompok menengah muslim, yang pada dasarnya pengguna aktif internet terbesar di Indonesia. Selain kehadiran ‘ustadz medsos’, kemunculan berbagai komunitas dakwah Islam di dunia maya, seperti One Day One Juz, Shift Pemuda Hijrah, dan fenomena anak muda hijrah lainnya membuktikan bahwa media online sangat efektif sebagai ruang dakwah,” tambahnya.

Meskipun Nafik setuju akan keefektifan dakwah melalui jejaring sosial, ia menyampaikan bahwa fenomena ini bukan tanpa tantangan. Menurut Nafik, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Termasuk terkait fungsi pedagogis ustadz, kiai, ulama, atau guru agama.

“Kita bisa mendapatkan pengetahuan agama dari YouTube, Instagram, atau berbagai potongan video ceramah yang bertebaran di grup-grup WhatsApp. Tapi, sikap keteladanan dan pembentukan karakter dari seorang kiai atau ustadz di pesantren atau madrasah tidak akan kita dapatkan dari media-media tersebut,” jelasnya. 

Oleh karena itu, menurut dia, kajian Islam yang dilaksanakan secara online tidak bisa dijadikan sebagai pola pembelajaran agama yang utama karena menghilangkan aspek pedagogis tersebut. Selain itu, tidak semua konten dakwah Islam yang tersebar di media sosial memberikan pesan yang mendamaikan.

Banyak juga konten dakwah Islam yang sengaja dibuat oleh pihak-pihak tidak bertanggungjawab untuk menyebarkan permusuhan dan kebencian terhadap kelompok maupun agama lain. Bahkan juga mengampanyekan politik identitas, berisikan doktrin terorisme dan radikalisme keagamaan.

“Konten maupun dakwah Islam berbasis online merupakan ruang belajar alternatif yang baik. Namun, masyarakat masih perlu kedalaman literasi atau belajar dari seorang ahli agama yang otoritatif, misalnya dari ulama-ulama Muhammadiyah atau NU,” tegasnya.

Terakhir, Nafik berpesan meskipun seorang ustadz telah populer dan digandrungi masyarakat, isi ceramahnya harus ditelaah lebih dalam.

“Untuk memastikan hal tersebut seseorang dapat memperdalam melalui literatur keagamaan yang ada,” tandasnya.

(Wildan/AS)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini