Di Pengajian Ahad Pagi Pencerah, Ketua PWM Yogyakarta Ungkap Tiga Hakikat sebagai Pemimpin

0
35
Ketua PWM DI Yogyakarta Dr Muhammad Ikhwan Ahada MA mengisi Pengajian Ahad Pagi Pencerah di Smamda Tower. (Miftahul Muslim/KLIKMU.CO)

KLIKMU.CO – Ratusan warga Muhammadiyah memadati gedung Smamda Tower, SMA Muhammadiyah 2 Surabaya, Jalan Pucang Adi Nomor 128 Surabaya. Hal ini karena Majelis Tabligh Pimpinan Daerah Muhammadiyah Surabaya kembali mengadakan Pengajian Ahad Pagi Pencerah.

Pada pengajian kali ini, PDM Surabaya mengundang Dr Muhammad Ikhwan Ahada MA, Ketua PWM DI Yogyakarta. Tema yang diangkat “Komitmen Pemimpin dalam Perspektif Islam”.

Sebelum acara inti dimulai, ada beberapa parikan dan tembang yang membuat acara semakin meriah dan gayeng. Parikan adalah pantun Jawa yang sangat populer di daerah Surabaya khususnya dan Jawa Timur pada umumnya.

Sementara tembang adalah syair yang dilantunkan dengan berirama. Dengan dilantunkannya parikan dan tembang, hal itu mencerminkan bahwa dakwah Muhammadiyah hendaknya adalah dakwah yang menggembirakan.

Terkait tema “Komitmen Pemimpin Dalam Perspektif Islam”, Muhammad Ikhwan Ahada menyebut bahwa warga Muhammadiyah itu memiliki watak dasar penuh tanggung jawab. Menurutnya, orang-orang yang berani berkecimpung di Muhammadiyah berarti orang-orang yang mau menyisihkan waktunya untuk beramal jariyah di Muhammadiyah.

Maka, kata dia, setiap warga Muhammadiyah harus berani menjadi pemimpin. Tak hanya itu, kader juga harus memahami tiga poin penting sebagai pemimpin.

Pertama, mengokohkan iman. Kedua, meluruskan peribadatan. Ketiga, mengoptimalkan amal shaleh dalam perbuatan.

“Setiap orang yang sudah terjun di Muhammadiyah itu berarti pemimpin. Maka kalau jadi pemimpin harus bisa mengokohkan iman, meluruskan peribadatan, dan mengoptimalkan amal shaleh dalam perbuatan,” tutur sosok yang  digembleng di Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah ini.

Lebih lanjut, pria yang memperoleh suara terbanyak dalam pemilihan PWM DIY 2022-2027 ini menjelaskan terkait tiga poin penting sebagai pemimpin.

Pertama, mengokohkan iman. “Dengan memiliki aqidah yang kuat selama kita hidup, tidak akan punya kekhawatiran dalam segala hal, termasuk kurangnya rezeki. Aqidah yang lurus menjadikan kehidupan kita lebih berani dan yakin terhadap adanya bimbingan dari Allah selama hidup,” tuturnya.

Poin yang kedua adalah meluruskan ibadah. Menurut dia, menjadi pemimpin itu harus taat ibadah. Bagi warga Muhammadiyah wajib hukumnya menegakkan ibadah sama dengan tanggung jawab mengurus persyarikatan.

“Pemimpin itu dapat dilihat  amanah jika ibadahnya dijaga. Di Muhammadiyah, pemimpin itu harus penuh tanggung jawab, termasuk dalam menjaga ibadah bukan hanya urusan persyarikatan,” terang Ikhwan.

Poin terakhir, menjadi pemimpin Muhammadiyah itu harus mampu mengoptimalkan amal shaleh dalam perbuatan.

“Pengoptimalan amal shaleh bukan hanya secara individu, namun juga secara berjamaah. Itu dinamakan amal sosial. Amal shaleh ini juga dimaksudkan agar nantinya bisa dijadikan sebuah investasi akhirat,” tandas Ikhwan.

(Miftahul Muslim/AS)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini