Digitalisasi Aset Persyarikatan dan Big Data Muhammadiyah

0
35
Laboratorium software Muhammadiyah yang diberi nama LabMu. (Istimewa)

Oleh: Ace Somantri

KLIKMU.CO

Membaca situasi dan kondisi persyarikatan Muhammadiyah dengan berbagai pendekatan dengan berusaha melihat kondisi objektif, kebanggaan yang dirasakan sebagai warga persyarikatan adalah hal yang pasti. Pimpinan, pengurus, dan anggota persyarikatan menyadari betul bahwa apa yang hari ini dapat dilihat banyak tumbuh berkembang berbagai jenis amal usaha di daerah-daerah di mana Muhammdiyah berada.

Banting tulang para pimpinan, pengurus, dan anggota bahkan juga simpatisan menginisiasi melahirkan amal usaha sesuai kebutuhan dan kemampuan masing-masing level persyarikatan Muhammadiyah.

Kelebihan yang dimiliki Muhammadiyah, dengan level persyarikatan, tidak menghalangi untuk berkiprah dan berkontribusi. Sekalipun tingkat ranting, Muhammadiyah dengan jamaahnya mampu membuktikan kesungguhan menggembirakan dan memakmurkan sehingga mendatangkan aset-aset persyarikatan, baik aset bergerak maupun aset tidak bergerak. Bahkan ada salah satu ranting Muhammadiyah di Jawa Tengah sangat luar biasa memiliki pabrik kayu yang sudah di ekspor ke luar Indonesia.

Bangga dan membanggakan bangsa dan negara, juga membanggakan umat Islam di dunia dengan kehadiran persyarikatan Muhammadiyah sebagai entitas muslim yang mampu menunjukkan kiprah dan kontribusi kepada umat manusia untuk sebuah pergerakan dalam pembaharuan Islam yang benar-benar mendekati sesuai kehendak Ilahi Robbi.

Napas dan keringat Kiai Dahlan bersusah payah menjelmakan persyarikatan hingga kini tetap masih terasa, engahan napas sebagai spirit dan cucuran basah keringat menjadi motivasi telah banyak melahirkan generasi-generasi rabbani yang tetap istiqamah mengawal persyarikatan Muhammadiyah tetap berdiri kokoh, maju, dan berkembang.

Allahuakbar walillahilhamdu, atas izin, perlindungan, dan pertolongan Allah Ta’ala. Segala upaya yang dilakukan Kiai Dahlan beserta anggota dan jamaahnya, karya nyata dari ide dan gagasannya telah banyak mendatangkan aset-aset berharga yang yang tak ternilai harganya.

Bentangan luas mata memandang, di atas bumi banyak berkibar panji-panji Muhammadiyah dengan amal usahanya yang terus tumbuh di berbagai pelosok negeri menembus batas negara hingga keluar negeri. Aliran keringat para pejuang pergerakan Muhammadiyah terus mengalir tak pernah berhenti.

Perlu dicatat dan tidak boleh lengah, para pimpinan, pengurus, anggota, dan simpatisan Muhammadiyah untuk saling mengingatkan, saling memberi saran, dan bahkan sangat diperlukan saling mengkritisi yang konstruktif untuk dinamika persyarikatan terus tumbuh memberi solusi beriringan sesuai kebutuhan peradaban dunia. Era global memaksa dalam ruang masa yang berjalan dengan disrupsinya, sektor kehidupan apa pun yang berada di dunia tidak terlewati dengan derasnya disrupsi dalam wujud digitalisasi kehidupan.

Begitu pun Muhammadiyah bagian dari kehidupan dunia sebaiknya mengimbangi kecepatan tuntutan dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus mendisrupsi. Respons persyarikatan saat ini masih tergolong melambat terhadap fenomena era digital akibat dari disrupsi.

Big data sebagai sumber kekuatan era digital, persyarikatan dengan aset-asetnya belum terbentuk sistem teknologi yang dapat dijadikan kekuatan teknologi berbasis big data.

Padahal, ratusan perguruan tinggi milik Muhammadiyah  tersebar di seluruh ibu kota provinsi di Indonesia. Tidak ada alasan Muhammadiyah tidak memiliki big data sebagai sumber kekuatan, baik itu kekuatan sumber finansial maupun kekuatan lain yang tak ternilai harganya.

Sangat yakin sekali, para pakar dan ahli teknologi digital lebih dari ratusan orang yang dimiliki persyarikatan Muhammadiyah. Kita dapat bayangkan, organisasi gerakan Islam sebesar Muhammadiyah jikalau benar-benar memiliki big data yang terkoneksi dengan seluruh instrumen aset Muhammadiyah, hal itu membuktikan pada dunia bahwa persyarikatan Muhammadiyah menjadi tantangan besar para kapitalis dunia. Dan sangat mungkin, pada saat waktu tertentu Muhammadiyah menjadi ancaman serius pihak-pihak tertentu yang terganggu wilayah keserakahannya sehingga Muhammadiyah akan diserang dengan berbagai cara untuk melumpuhkannya.

Bukan tidak mungkin serangan yang dilakukan pihak-pihak yang berkepentingan akan keserakahan kekuasaan dunia, Muhammadiyah akan mengalami apa yang pernah terjadi peradaban Islam di abad pertengahan ketika mengakhiri puncak kejayaannya akibat dari lengah dan abai terhadap keberlanjutan.

Percaya atau tidak, kunci keberlangsungan peradaban zaman ada pada keberlanjutan para para filsuf dan ilmuwan yang terus berpikir dan berkarya dengan ijtihad (inovasi) yang terus menerus melahirkan generasi pemikir, menciptakan karya-karya dan mengembangkan varian disiplin ilmu sesuai tuntutan dan kebutuhan manusia setiap masanya.

Muhammadiyah dengan sederet hamparan aset-aset sangat luas, baik dalam bentuk aset tangible maupun intangible, masih berserakan tidak terkondisikan dengan baik dan benar. Tidak aneh ada banyak aset milik persyarikatan yang tidak terpelihara dan tidak terjaga dengan baik sehingga berpindah kepemilikan, ada juga ada aset yang tidak ikat dengan baik sehingga lari entah ke mana, bahkan tidak sedikit aset hanya dinikmati segelintir orang yang tak bertanggung jawab. Hal itu semua dapat dipastikan belum tertata dengan baik dalam manajemen aset terpadu.

Saat ini untuk masa depan, digitalisasi aset Muhammadiyah menjadi hal yang wajib untuk dilakukan tanpa alasan apa pun. Belum kering keringat yang bercucuran mendatangkan aset untuk Muhammadiyah kemudian hilang begitu saja dibiarkan tanpa ada merasa bersalah dan seolah tak berdosa akibat tidak diproses hak kepemilikannya menjadi milik persyarikatan dengan baik dan benar. Hal itu sangat mungkin terjadi di beberapa kasus serupa yang tidak terdeteksi secara valid di berbagai daerah baik itu di tingkat ranting, cabang, dan daerah Muhammadiyah di berbagai tempat.

Dalam kondisi apa pun, saat ini Muhammadiyah secara institusional sebagai organisasi sosial terkaya di dunia, sangat membanggakan di satu sisi. Namun, di sisi yang lain ketika dijadikan bargaining position secara global belum memiliki posisi tawar yang merepresentasikan sebagai salah satu NGO besar didunia sebagaimana layaknya sebuah negara besar.

Sekalipun bukan negara, Muhammadiyah karena memiliki infrastruktur yang lebih dari cukup. Yakin sekali organisasi sosial yang lain dalam amal usaha atas nama institusi langsung dapat dikatakan belum ada yang melampauinya, kecuali afiliasi kepada institusi organisasi.

Kenapa bargaining masih belum begitu kuat, salah satu di antaranya secara faktual persyarikatan selain karena bukan sebuah negara, kekuatan materi belum terorganisasi secara integrated dan terpadu dalam satu kebijakan yang komprehensif. Dalam operasionalnya masih berserakan yang parsial. Hal tersebut mengakibatkan proses pengaturan kebijakan pemerataan sistem mutu banyak terkendala. Akhirmya realitas yang terjadi terlihat maju masing-masing sesuai tradisi dan kultur yang dibangun oleh amal usaha Muhammadiyah yang dikelola.

Jikalau digitalisasi aset berjalan baik, kemandirian basis data dapat dimiliki dengan penuh kemerdekaan, tidak mustahil kekuatan persyarikatan bukan hanya mempunyai posisi tawar di negara, melainkan di dunia internasional. Big data Muhammadiyah tidak mustahil menjadi “new age” di dunia Islam jika benar-benar terwujud digitalisasi aset sepenuhnya. Indonesia mimpi dan bercita-cita generasi emas di tahun 2024, maka Muhammadiyah dengan kekuatan dan potensi yang dimiliki sebelum mewujudkan masyarakat sebenar-sebenarnya, ada tahapan yang akan dilewati mewujudkan masa “diamond period” dalam waktu yang bersamaan generasi emasnya Indonesia.

Dengan aset yang dimiliki, ratusan ribu pembelajar Muhammadiyah ditempa dengan berbagai disiplin bidang ilmu. Mereka benar-benar harus dijadikan aset berharga sebagai ujung tombak yang menyebar dan menebar kebaikan berpaham Islam modern yang maju dan memajukan masyarakat atau umat di mana pun berada. Sistem pembelajaran harus menggunakan konstruksi pendidikan yang mampu mengubah mindset pembelajar yang kritis, kreatif, inovatif, progresif dan akseleratif.

Digitalisasi aset bukan sekadar menampung semata seperti tabungan data yang hanya dimanfaatkan orang lain, melainkan menjadikan seluruh data dapat dihidupkan dan menghidupkan persyarikatan bukan data yang dipetieskan tak berdaya guna. Monster-monster digital era hari ini maju dan berkembang karena data yang dimiliki dihidupkan oleh pemilik big data. Mereka hanya segelintir orang, namun kualitas berpikir, usaha, dan karyanya melampaui ratusan hingga ribuan orang pada umumnya.

Dari total penduduk dunia, salah satunya negara Indonesia sebagai konsumen paling aktif yang berperan sebagai “pakan digital”, dari sekian ratus juta penduduk telah menghabiskan kuota rata-rata minimal menelan ke angka 50.000-100.000 rupiah per bulan. Jika dikalikan jumlah penduduk menyentuh 200 juta yang menggunakan handphone atau smartphone, entah berapa triliun masuk dalam perut monster digital setiap bulan.

Insya Allah Muhammadiyah bisa mewujudkan selama jalan dan caranya mengikuti ajaran Islam yang sebenar-benarnya dengan rumus dan algoritma yang lebih canggih dari Kiai Dahlan satu abad yang lalu. Masuk akal dan sangat rasional jika abad ini Muhammadiyah memiliki rumus baru menjelmakan persyarikatan menjadi simbol dunia peradaban Islam. Wallahu’alam.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini