Lika-Liku Perjalanan Politik Prabowo

0
31
Lika-Liku Perjalanan Politik Prabowo. (foto AFP)

Oleh: Ace Somantri

KLIKMU.CO

Tidak pernah menyerah, apalagi mengenal putus asa. Itulah karakter seorang patriotik sejati. Panjang perjalanan hidupnya, sekalipun anak dari seorang pengusaha besar. Sifat dan karakternya kuat sudah tampak sejak usia muda, sehingga wajar saat menjadi prajurit telah menunjukkan kapasitas seorang pemimpin pasukan yang sangat percaya diri.

Karena itu, tidak aneh saat itu tidak lama memimpin pasukan khusus sekaligus penguasa Orde Baru tertarik dan terpesona pada sosok yang memiliki jiwa patriotik berbeda dari prajurit lainnya, dan akhirnya menjadi keluarga besar Cendana.

Isu negatif hal ihwal lebih cepat karir militernya karena dekat dengan penguasa pun sempat beredar. Hanya, saat itu belum ada media sosial sehingga tidak begitu masif informasinya. Jiwa patriotik seorang prajurit pada umumnya memang tidak diragukan, nilai-nilai perjuangan kepahlawanan selalu tertanam dalam jiwa dan raganya.

Rasa korps satuan dalam dunia militer sudah teruji sejak zaman dahulu kala dalam dunia kemiliteran terbentuk. Begitu pun di Indonesia, perjuangan kemerdekaan dari penjajahan karena jiwa patriotik yang tertanam dalam jiwa pejuang kemerdekaan yang kemudian terbentuk tentara keamanan rakyat. Hal tersebut menjadi modal besar akan ketangguhan Prabowo Subianto sebagai pejuang politik kebangsaan dalam melakoni dinamika kepartaian politik di Indonesia.

Namun, selain hal tersebut banyak yang mencatat bahwa Prabowo Subianto lahir dari keluarga sejahtera dan kaya raya. Karena itu, sangat wajar memiliki ruang dan peluang yang sangat luas untuk menjadi sosok tokoh bangsa yang dilahirkan. Terlepas dari semua hal itu, sosok Prabowo sudah menjadi rahasia umum akan konsisten dan keistiqamahan untuk merebut kursi Istana negara sejak berpasangan dengan Megawati, putri sang proklamator, hingga kini berpasangan dengan putra Presiden RI ke-7 Gibran Rakabuming Raka. Proses tidak akan mengkhianati hasil, hanya waktu yang tepat pada masanya akan memberi ruang dan tempat yang tepat.

Serangan isu-isu pelanggaran hak asasi manusia sejak berpasangan dengan Magawati, namun tetap saja tidak terlalu laku dijual dalam benak dan pikiran publik. Begitu pun Prabowo tidak begitu menggubris terhadap serangan isu-isu tersebut, namun secara fakta hukum hingga kini belum menunjukkan data otentik yang menjerat sebagai pelanggar hak asasi manusia.

Justru semakin diserang malah semakin populer ketokohannya di mata masyarakat Indoensia, apalagi sejak Pemilu 2019 electoral effect dari ketokohannya mendongkrak suara partai besutannya menyalip partai-partai besar yang memiliki basis massa cukup. Serangan demi serangan untuk Prabowo tak berhenti di situ. Berbagai isu pun terus dilontarkan yang dikaitkan gaya kepemimpinan yang temperamental serta keterkaitan keluarga Cendana penguasa Orde Baru dikhawatirkan mengulang masa kelam di era tersebut.

Terakhir, serangan isu sebagai pengkhianat terhadap konstituennya saat pencalonan di tahun 2019 yang berjuang sangat heroik gegara masuk kabinet Presiden Jokowi dianggap meninggalkan para pendukung militan. Apalagi ditambah serangan pemungkas, dengan isu ada indikasi korupsi alutsista di Kemenhan RI dan pemberian nilai sangat buruk sekali oleh kandidat Capres dan Cawapres lawan politik selama jadi Menteri Pertahanan RI.

Dinamika tersebut justru semakin membuat popularitas Prabowo terus menanjak. Selain tidak menyerang balik lawannya, ada hal lain yang membuat publik terdiam seketika saat di ujung debat kampanye terakhir menyampaikan terima kasih kepada para Presiden yang terdahulu dan sekaligus meminta permohonan maaf yang tulus kepada pada kandidat calon Presiden lainnya.

Wajar sekali Rocky Gerung melabeli tiga pasangan yang membuat publik terkesan karena Prabowo telah membuat simbol dirinya dengan ketulusan dan di akhir-akhir tersebut ada investasi psikologis masa terhadap sosok Prabowo yang temperamental berbalik arah menjadi sosok yang teduh dan tulus.

Prabowo Subianto tampil selalu optimistis. Sangat jarang terlihat kondisi psikologisnya pesimistis. Bahkan pencalonan periode ini selain raut muka optimistis ditambah performa gaya yang lebih happy dengan simbol joget-joget yang terkesan bahagia. Namun, benar adanya pencalonan periode ini seolah akan menjadi puncak perjuangan politiknya yang selama ini dia jalani penuh liku. Caci dan buli seolah haus kekuasaan karena tidak mau berhenti dalam pencalonan kepemimpinan nasional, namun publik tidak memahami apa dibalik kuatnya keinginan Prabowo Subianto menjadi pemimpin negeri ini.

Semangat menggebu-gebu sangat heroik, gejolak dalam jiwanya terdorong untuk menjadikan Indonesia menjadi negara besar dan berwibawa di pentas global untuk di wilayah selatan dunia. Dan keyakinan itu bukan tanpa dasar, kemampuan bangsa Indonesia dalam benak pikirannya Prabowo bahwa sangat bisa diwujudkan. Terlebih selama menjadi prajurit TNI hingga pernah memegang tongkat kepemimpinan pada satuan khusus militer yang disegani, wawasan teritorial pertahanan dan keamanan negara sangat paham. Apalagi selama satu periode di kabinet Jokowi diberikan amanah Menteri Pertahanan, lengkap sudah data-data yang dapat dijadikan sebagai pijakan menuju bangsa untuk menjadi pemain di era global.

Berharap banyak kepada Prabowo untuk membuktikan kepada rakyat Indonesia yang telah mengamanahkan, tidak sesekali meninggalkan dan mengkhianati rakyat yang menitipkan suaranya. Kepekaan dan kepedulian yang sering tersembunyi kala melihat jeritan rakyat jelata, saat ini dengan kekuasaan politik yang diraih dapat digunakan membela rakyatmu, bangsamu, dan negaramu untuk kedigdayaan yang selama ini dicita-citakan dengan bahasa dan kalimat sering terlontar dalam obrolan ringan dengan teman-teman dekatmu jika diilustrasikan kira-kira seperti ini “menjelang diujung usia senja ini akan mengabdikan diri totalitas demi untuk bangsa yang besar dan maju”.

Saat ini, kemenangan bukan kemenangan Prabowo Subianto, melainkan kemenangan rakyat Indonesia yang dimandatkan kepadanya. Janji pragmatis maupun strategis untuk dapat dipenuhi sebagaimana dalam kampanye disampaikan, rakyat sudah menerima apapun hasil keputusan pemilu tahun ini. Mohon dengan kepatriotanmu dapat merangkul semua elemen bangsa, siapapun mereka tanpa ada sekat batas lawan politik selama untuk bersama membangun bangsa dan negara kenapa tidak untuk bergandeng tangan memghilangkan ego. Rekonsiliasi yang dinarasikan sangat tepat untuk kebesaran dan kedigjayaan bangsa Indonesia.

Selamat berjuang atas amanah yang lebih besar dan berat, bebannya tidak sekadar lingkup satu kementerian yang pernah menjadi seorang Menteri Pertahanan, melainkan menjadi nakhoda negara besar yang bernama Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kami percaya dan yakin bahwa di bawah tongkat komandomu sebagai panglima tertinggi dalam kemiliteran Indonesia, tongkatmu akan menjadi simbol kebijakan yang berorientasi kepada kepentingan bangsa dan negara. Hal penting diketahui oleh kita semua bahwa negara yang sehat ada pada rakyat yang sehat, bangsa yang cerdas ada pada negara yang cerdas.

Begitu pun negara dan bangsa yang sehat dan cerdas ada dalam tanggung jawab pemimpin negeri yang telah dimandatkan dan didaulat oleh rakyatnya sendiri. Suka tidak suka, saat ini dalam rentang lima tahun ke depan seluruh elemen bangsa bersama satu padu membahu menjadi satu kekuatan bangsa dan negara menjelmakan rakyat sehat, kuat, dan sejahtera lahir batin. Sekalipun penghitungan real count belum resmi, nampaknya hasil cuick count tidak terlalu jauh dari perkiraan karena hal itu telah menjadi pengalaman berkali-kali dari pemilu ke pemilu sejak adanya sistem penghitungan cepat.

Untuk menyikapi berbagai peristiwa yang terjadi dalam proses pemungutan suara, seperti adanya indikasi kecurangan dan pelanggaran pemilu lainnya, berikan beban tersebut sesuai aturan yang berlaku. Tetap jaga kondusivitas negeri ini dari hal-hal yang mengarah pada gesekan dan benturan horizontal pada kelompok masyarakat.

Dapat disadari bahwa kalah menang pada dasarnya hal biasa dan lumrah, toh pemimpin yang terpilih hari sudah kebal dengan kekalahan yang berkali-kali empat kali kontestasi kepemimpinan nasional. Ada catatan penting hal ihwal bangsa ini masih banyak “pekerjaan rumah” untuk mengejar ketertinggalan dari negara-negara lain. Dukung sesuai kemampuan dan kepakaran yang dimiliki anak-anak bangsa, hindari sikap mengerdilkan anak bangsa hanya like and dislike karena didasari mendukung dan tidak mendukung saat pemilihan.

Jiwa besar Prabowo sudah teruji, sikap sentimental tampaknya tidak ada dalam pribadinya. Justru keterbukaan untuk saling bertukar gagasan tampaknya perlu ditradisikan sebagai wahana menjaga kebersamaan berbangsa dan bernegara. Semoga Allah Subhanahuwata’ala memberikan kekuatan lahir dan batin kepada pemimpin dan rakyat Indonesia untuk mewujudkan bersama menjadi baldah thoyyibah warobbun ghafur. Wallahu’alam.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini