Dinamisasi Kepemimpinan, Jangan Ditunda Lagi

0
43
Ace Somantri adalah Wakil Ketua PD Muhammadiyah Kabupaten Bandung dan dosen UM Bandung. (Ilustrasi Tim Redaksi KLIKMU.CO)

Oleh: Ace Somantri

KLIKMU.CO

Puluhan ribu organisasi berdiri di belahan negeri, baik yang sangat besar hingga tak terlihat. Berbagai kepentingan menjadi inspirasi dan motivasi untuk lahir dan berdiri, seperti Muhammadiyah organisasi tertua di Indonesia yang berdiri sebelum Indonesia lahir. Berdiri karena kepentingan, di mana kala itu masyarakat pribumi sebagai penghuni kehidupanya sangat terjajah dan jahiliyah sehingga berdirilah Muhammadiyah oleh M. Darwis yang dikenal Ahmad Dahlan.

Pun sama, Nahdlatul Ulama tidak lama kemudian belasan tahun berikutnya berdiri oleh Hasyim Asyari menjadi salah satu ormas Islam tertua organisasi besar di negeri ini. Kala itu juga ada kepentingan, yaitu selain melawan pejajahan dan kejahiliyahan umat, ada yang berpendapat menghadapi ancaman pembaharuan dalam Islam. Sebelum Nahdlatul Ulama berdiri, Persatuan Islam berdiri tidak jauh dengan Nahdlatul Ulama mengisi belantika sosial kebangsaan mengemban amanah gerakan sosial Islam yang lebih dulu menyebar dengan syiar agama.

Selebihnya juga berdiri organisasi berbasis kebangsaan dan ekonomi politik, yaitu Syarikat Dagang Islam bahkan lebih dulu lahir dari organisasi masyarakat Islam sebagai entitas yang memperkuat para tokoh sudagar muslim kala itu. Gerakannya membantu gerakan perlawanan kaum penjajah, dengan modal sebagai sudagar muslim tanpa terlihat di muka, senyap, dan tepat mereka membantu gerakan sosial islam melalui berbagai gerakan.

Sejak awal mula spirit berjuang dikobarkan hingga detik ini masih tetap menyala untuk memberi pencerahan pada masyarakat. Hal itu semua dapat berjalan dengan sungguh-sungguh menghantarkan Indonesia mampu melawan tirani penjajah dan musuh kejahiliyahan yang ada dalam diri masyarakat. Dinamika tersebut terus eksis hingga saat ini karena ada regenerasi dan dinamisasi organisasi, termasuk adanya periodisasi kepemimpinan yang sehat.

Ingat! Kala itu organisasi bukan penyembah berhala harta, melainkan penyebar ajaran agama dan penegak aturan manusia yang diambil dari ajaran agama. Sekali lagi, organisasi lahir dan berdiri sebagai entitas pemberantas dan pengentas hidup malas berwatak jahiliyah. Namun, hari ini lahir banyak organisasi sosial, politik, ekonomi, seni budaya dan lainnya ada kesan hanya untuk menjadi menghamba dikemas dengan cara dan pola berujung untuk sebuah kekuasaan dan harta.

Banyak cerita dan fakta di depan mata terlihat ada hal yang merasa hati kita iba, karena banyak dampak nyata mengikat menjadi watak yang membentuk sifat dan karakter penghamba pada sesama bukan penghamba pada penguasa alam semesta Allah ta’ala. Baiknya kekonyolan yang nyata tidak boleh dipelihara. Konsistensi kritis dan oposisi pada status quo terus diopinikan tanpa ada batas waktu.

Kita apresiasi siapapun mereka, baik atas nama individu atau kelompok konsisten menjadi oposisi yang kritis konstruktif berfungsi untuk balancing antara kebutuhan syiar agama dan tarikan keburukan perilaku syaitoniyah. Hal tersebut akan terus ada karena potensi kebaikan dan keburukan selalu ada dalam diri manusia. Itu pasti akan terjadi karena ini adalah di dunia, bukan di akhirat.

Dinamisasi kepemimpinan menjadi mutlak untuk keberlangsungan sistem kemanusiaan, yang dipahami semua orang bahwa setiap individu membutuhkan konektivitas satu dengan yang lainnya. Jika tidak terjadi, maka akan terjadi keterhambatan bahkan sangat mungkin tidak akan mencapai tujuan yang disepakati bersama.

Yang paling penting untuk dipahami bersama, bagi mereka para aktivis organisasi apapun baik itu organisasi sosial, politik, ekonomi dan seni budaya serta yang lainnya. Sesuai dengan karakter organisasi, kecepatan dinamisasi kepemimpinan harus ada perubahan cepat. Hal itu seiring dengan mulai banyak lahir generasi yang sesuai dengan abadnya. Jangan kita ngotot mempertahankan diri padahal banyak sifat, sikap, dan perilaku sudah tidak konstan dengan eranya.

Sangat yakin seyakin-yakinnya, jika sistem organisasi tidak dinamis dan regenerasi pimpinan tidak terjadi jangan bermimpi maju. Bukan tanpa alasan hal itu menjadi opini yang gencar, karena faktanya hari ini penduduk Indonesia sudah menyentuh 40 persen lebih posisi usia milenial. Menjadi hal seharusnya, pemimpin organisasi apapun harus rentang usia tidak terlalu jauh terpaut dengan jamaah atau umat lebih banyak milenial. Selain itu, waktu ke depan mereka yang harus lebih tajam untuk berperan dan berkiprah pada kehidupan sosial kemasyarakatan. Jangan tunda lagi, segera berikan kepemimpinan belia karena mereka memiliki hak dan kewajiban sama. (*)

Bandung, September 2022

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini