21 November 2024
Surabaya, Indonesia
Kabar

Dinkes Jatim dan RS dr Soetomo Berharap Bantuan Aisyiyah Surabaya untuk Penanganan Kasus TB/HIV

PD Aisyiyah Kota Surabaya bersama mitra setelah acara workshop peer educator di ruang sidang lantai 2 SMF Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi (SMF Paru) Rumah Sakit dr Soetomo Surabaya Senin (21/8/2019).

KLIKMU.CO – Persoalan tuberkulosis (TB) dan HIV (human immunodeficiency virus) memang sangat mengkhawatirkan. Tak terkecuali di ibu kota Jawa Timur, Surabaya.

Membaca akan hal itu, Aisyiyah Kota Surabaya dalam beberapa tahun terakhir di usia seabad lebihnya terus mengembangkan sayap dakwah di masyarakat untuk pendampingan pasien TB/HIV.

Itulah poin penting yang disampaikan Ketua Pimpinan Daerah Aisyiyah Kota Surabaya Hj Alifah dalam sambutan pembukaan workshop peer educator di ruang sidang lantai 2 SMF Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi (SMF Paru) Rumah Sakit dr Soetomo Surabaya yang dimulai Senin hingga Selasa (20-21/8/2019).

Kegiatan ini melibatkan Bidang P2MK Dinas Kesehatan Provinsi Jatim, TAK TB MDR RS dr Soetomo sebagai narasumber, PDA Surabaya, koordinator SSR Surabaya, dan MK Surabaya dan Sidoarjo. “Ada juga SR Jatim, Dinas Kesehatan Kota Surabaya, perawat Poli TB MDR, Rekat, Komunitas Masyarakat Peduli (KMP) TB “Semanggi” Surabaya, dan Peer Edukator untuk melakukan evaluasi dan koordinasi penanganan TB HIV,” papar Siti Maslamah yang selama ini diberi tanggung jawab menangani Komunitas TB HIV Care Aisyiyah Surabaya.

Sementara itu, Dr Adar dari Dinkes Jatim memaparkan data kasus TB di dunia. Tiongkok ada di urutan pertama. Disusul India posisi kedua dan Indonesia di posisi ketiga. Dengan 430.000 kasus TB yang terlaporkan baru 52 persen.

“Berarti masih banyak yang belum terlaporkan dan terus melakukan penularan di sekitarnya,” kata dr Adar. “Maka, kerja sama dengan Aisyiyah ini sangat membantu percepatan penanganan TB karena pemerintah berharap di tahun 2050 Indonesia bebas kasus TB baru,” tegasnya.

Dr Tutik dari Tim Ahli Kesehatan (TAK) RS dr Soetomo memaparkan persoalan medis pada pasien TB RO (resistan obat) akibat obat yang harus diminum dan injeksi yang diberikan dengan efek samping obat tersebut. Dengan begitu, penyembuhan bisa sesuai dengan waktu yang ditentukan.

“Kalau TB reguler selama 6 bulan, TB RO bisa 9 hingga 11 bulan atau 24 bulan,” ujarnya.

Lebih lanjut, dr Tutik berharap peran Aisyiyah terus meningkat, baik saat pendampingan maupun pemberian nutrisi bagi pasien.

Di sisi lain, dr Soedarsono dari TAK RS dr Soetomo menguraikan pentingnya keberadaan peer educator dari Aisyiyah Surabaya. Peer Educator merupakan satu tim terpadu dengan yang lainnya pada pasien

Yakni, sebagai pendamping nonmedis untuk memberikan motivasi, komunikasi, home visit, perhatian, mengingatkan jadwal minum obat, dan efek sampingnya. “Usaha ini begitu mulia dalam memberikan keyakinan bahwa persoalan TB RO bisa disembuhkan,” katanya.

Lebih lanjut, pria yang galib disapa dr Dar itu mengemukakan adanya pasien yang tidak mau berobat karena alasan efek samping obat dan sudah merasa sembuh. Karena itu, dia ingin berhenti dulu minum obatnya.

“Dia ingin bekerja lagi mencari nafkah bagi anak dan istrinya, tetapi setelah dijelaskan akibat berhenti minum obat, kuman tersebut akan berkembang dan pasien akan masuk ke level yang lebih berat karena resistan obat,” jelasnya.

Pasien tersebut pun mengurungkan niatnya untuk berhenti minum obat dan segera menuntaskan proses kesembuhannya. “Saya berharap Aisyiyah mampu memberikan penguatan spiritual dan sosial ekonomi bagi pasien yang seperti ini,” urainya.

Menurut dia, persoalan TB di Surabaya begitu mengkhawatirkan. Sebab, pasien tidak tahu tertular dari siapa dan di mana kontak interaksinya sehingga dapat menyebar ke mana-mana. “Maka, perlunya edukasi dari semua dan dukungan regulasi dari Pemerintah Kota Surabaya,” lanjutnya.

Ketua KMP TB Semanggi Surabaya Andi Hariyadi pun berharap kegiatan evaluasi dan koordinasi workshop peer educator ini bisa ditindaklanjuti dengan aksi sinergi dengan steakholder yang lainnya. (Andi H./Achmadsan)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *