18 Desember 2024
Surabaya, Indonesia
Berita Persyarikatan

DPP PKS Silaturahmi ke PP Muhammadiyah, Bahas Pentingnya Integrasi Keislaman dan Keindonesiaan

Presiden PKS Ahmad Syaikhu (dua dari kiri) saat bersilaturahmi ke kantor PP Muhammadiyah di Yogyakarta, Selasa (8/6/2021). (Instagram @Haedarnashirofficial)

KLIKMU.CO – Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Keadilan Sejahtera (PKS) bersilaturahmi ke kantor PP Muhammadiyah Yogyakarta, Selasa (8/6/2021). Hadir dalam pertemuan tersebut Presiden PKS Ahmad Syaikhu, Habib Aboe Bakar Al Habsyi Sekjen DPP PKS, Jazuli Juwaini Ketua Fraksi PKS DPR RI, serta jajaran pengurus DPP PKS lainnya. Silaturahmi itu ditemui langsung oleh Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir dan didampingi jajaran Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Silaturahim itu berlangsung sekitar 1,5 jam.

Pada kesempatan itu, mereka membahas berbagai persoalan kebangsaan dan keumatan, mendiskusikan bagaimana Indonesia ke depan, di mana bangsa ini banyak tantangan dari dalam dan luar. Di luar persatuan dan kemajuan, potensi yang dimiliki bangsa ini hebat-hebat, tetapi secara koletif dan sistem harus memacu diri agar Indonesia menjadi negara yang maju.

Haedar Nashir menyampaikan bahwa Muhammadiyah merupakan organisasi Islam yang berwawasan Islam Wasatihyah Berkemajuan. Selain itu, dalam pertemuan juga disampaikan pentingnya integrasi keislaman dan keindonesiaan. “Islam bukan ancaman bagi kebangsaan dan kebangsaan bukan ancaman bagi Islam, semuanya memerlukan persatuan dan kerjasama secara tulus,” jelas Haedar.

Haedar juga memaparkan tantangan terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara tentu selalu ada. Namun Indonesia, akan bisa menghadapi tantangan itu. “Soalnya, Indonesia punya modal politik, budaya, rohani, dan sosial. Nantinya, Indonesia bisa menjadi bangsa yang besar. Untuk mewujudkannya, butuh kekuatan yang bisa menjadi penyeimbang pemerintah,” tutur Haedar.

Haedar juga menyampaikan bahwa kondisi kehidupan kebangsaan masih ada di dalam koridor demokrasi dan konstitusi, tetapi disatu sisi juga menghadapi sejumlah masalah dalam kehidupan berdemokrasi dimana ada politik yang transaksional, politik yang cenderung oligarki, politik yang sampai batas tertentu oportunistik dan nir etika.

“Sementara dalam konteks kehidupan kebangsaan maupun politik yang menjadi arena partai politik PP Muhammadiyah meminta agar semua pihak harus berdiri tegak di atas konstitusi. PP Muhammadiyah turut menegaskan pentingnya Pancasila sebagai rujukan bangsa kita termasuk di dalam politik. Jangan sampai Pancasila berhenti pada lisan, tulisan, dan retorika,” tegas Haedar.

PP Muhammadiyah juga berpesan agar PKS dan semua elit politik menjadikan Pancasila sebagai political behaviour, menjadi pola perilaku politik yang didasarkan pada nilai ketuhanan yang maha esa, nilai kemanusiaan yang adil dan beradab, nilai persatuan Indonesia, nilai kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat, kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, dan nilai keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Sementara itu, Presiden PKS Ahmad Syaikhu mengatakan Silaturahim Kebangsaan ke PP Muhammadiyah adalah kedua kalinya setelah pada kepemimpinan Presiden PKS Mohamad Sohibul Iman juga bertemu dengan jajaran PP Muhammadiyah di Jakarta. “Dalam pertemuan hari ini, selain kami ingin takdzim dan silaturrahim kepada para guru kami, kami juga ingin memperkenalkan kepengurusan baru DPP PKS masa bakti 2020-2025. Selain kepengurusan yang baru, kami juga ingin memperkenalkan lambang, mars dan hymne PKS, sebagai ikhtiar penyegaran, agar PKS tampak lebih fresh, friendly dan inklusif,” kata Syaikhu.

Syaikhu menyebut jalan politik PKS adalah silaturahim. Semangatnya adalah mengampanyekan narasi persatuan dan persaudaraan dalam situasi masyarakat yang semakin terbelah dan sikap elit yang semakin terfragmentasi. “Para pemimpin di negeri ini harus sama-sama mengedepankan politik kebangsaan. Politik yang membawa narasi persatuan dan persaudaraan bukan malah menyulut api kemarahan dan rasa kecewa di hati masyarakat,” ujar Syaikhu.

Syaikhu menekankan, para pendiri bangsa telah memberikan contoh yang sangat baik. Mereka membangun titik temu dalam membentuk konsensus bangsa yakni Pancasila.
“Kami melihat Pancasila ini adalah common platform, kalimatun sawa, titik temu dari berbagai pemikiran dan keyakinan yang beraneka ragam. Semua terwadahi dengan kelima sila tersebut. Kami meyakini bahwa para pendiri bangsa menjadikan pancasila itu sebagai wahana pemersatu bangsa. Pancasila sebagai wahana pemersatu bangsa seharusnya bisa sama-sama kita jaga dengan sebaik-baiknya,” terang Syaikhu.

Syaikhu menyaksikan perkembangan sosial-politik kita akhir-akhir ini, Pancasila nampaknya menjadi instrumen kekuasaan untuk memecah belah persatuan dan persaudaraan sesama anak bangsa. Jika tidak dikoreksi bersama,ujar dia, dikhawatirkan kondisi keterbelahan antar warga negara dan anak bangsa akan semakin melebar.
“Oleh karena itu, DPP PKS melakukan silaturahim kebangsaan dengan berbagai pihak, untuk membangun titik temu dan kesamaan pandangan dalam melihat arah masa depan bangsa agar bisa lebih bersatu, kokoh dan kuat,” ujar Syaikhu.

Dalam pertemuan tersebut, juga dibahas tentang rancangan UU yang sedang dibahas di parlemen. Syaikhu berharap PP Muhammadiyah bisa mendapatkan lebih awal berbagai draf, rancangan, dan naskah akademik UU yang tengah dibahas agar bisa dilakukan kajian secara mendalam.

Syaikhu menilai dengan keberadaan 170 perguruan tinggi yang dimiliki oleh Muhammadiyah akan mampu menyelesaikan berbagai masalah kebangsaan.
“Keberadaan perguruan tinggi Muhammadiyah ini akan sangat bisa membantu dalam mengkritisi berbagai masalah dalam naskah akademik maupun hal-hal yang memerlukan kajian yang lebih detail,” pungkasnya. (RF)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *