Drama Teatrikal di Gedung Polisi Istimewa, Peringatan 78 Tahun Proklamasi Polri

0
56
Peringatan 78 Tahun Proklamasi Polri berlangsung di Gedung Polisi Istimewa, Surabaya. (Andi Hariyadi/KLIKMU.CO)

Surabaya, KLIKMU.CO – Drama teatrikal Proklamasi Polri berlangsung di depan Gedung Polisi Istimewa, Surabaya, pada Senin (21/8). Acara tersebut dihelat oleh komunitas Roodebrug Soerabaia dan Surabaya Juang untuk memperingati 78 Tahun Proklamasi Polri.

Drama teatrikal ini mengusung tema “Rekonstruksi Sejarah Polisi Istimewa Menjadi Polisi Republik Indonesia” dengan skenografi Heri Lentho, penulis naskah Ady Setiawan, sutradara Satrio, dan koreografer Farida.

Cut Amir, ketua komunitas Senopati (Sepeda Kuno Patriot Sejati), yang turut mendukung acara tersebut, mengatakan bahwa diadakannya teatrikal ini bertujuan untuk mereka ulang sejarah kepolisian agar generasi muda lebih memahami dan mengingat sejarah perjuangan bangsa. Anggota Senopati turut menjadi pemain dalam drama tersebut.

“Penampilan pemain begitu semangat meski cuaca Surabaya pagi itu mulai panas. Pengguna jalan pun bisa menyaksikan sepintas treatikal, di antaranya penurunan bendera Jepang diganti bendera Merah Putih. Dilanjut pembacaan teks Proklamasi yang waktu itu dibacakan Moehammad Jasin selaku Inspektor Polisi Kelas l,” ujarnya.

Berikut bunyi teks Proklamasi Polisi tersebut: “Untuk bersatu dengan rakyat dalam perjuangan mempertahankan Proklamasi 17 Agustus 1945, dengan ini menyatakan polisi sebagai polisi Republik Indonesia”

Anggota Majelis Pelayanan Sosial PCM Wiyung itu berharap, generasi muda harus belajar mengenal sejarah perjuangan bangsa untuk diteladani guna mengisi kemerdekaan yang sudah diraih.

Sementara itu, Andi Hariyadi menjelaskan bahwa informasi Kemerdekaan Indonesia yang diproklamasikan oleh Soekarno-Hatta atas nama bangsa Indonesia di Jakarta pada 17 Agustus 1945 membuat seluruh elemen anak bangsa bangkit berjuang dan merayakan kemerdekaan yang merupakan rahmat Allah SWT yang patut disyukuri.

Peminat sejarah itu melanjutkan, akses informasi kemerdekaan saat itu terbatas sehingga upaya mengupdate berita kemerdekaan terus dilakukan meski ancaman penguasa Jepang di Surabaya masih kuat.

“Arek-arek Suroboyo terus berjuang bagaimana bisa menyiarkan dan menyosialisasikan serta mempertahankan kemerdekaan yang diraih. Baru pada 18 Agustus 1945 pukul 19.00 disiarkan melalui  radio di Surabaya dengan bahasa Madura, sebagai upaya mengelabuhi Bala Tentara 7. Sambutan warga Surabaya luar biasa. Meski suasana masih mencekam, momen kemerdekaan terus digelorakan,” imbuh ketua Majelis Pustaka Informatika dan Digitalisasi PDM Surabaya itu yang juga turut menghadiri undangan Treatikal Proklamasi Kepolisian Republik Indonesia. (AS)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini