Eks Jurnalis Jawa Pos: Menulis Berita Feature pun Harus Setia pada Fakta

0
434
M. Ilham saat mengisi materi acara pelatihan menulis di Mudipat. (mul/Klikmu.co)

KLIKMU.CO – “Menulis feature adalah bercerita. Mirip cerpen, tapi berdasarkan fakta. Menulis feature tidak boleh berasumsi, harus berdasarkan fakta.”

Demikian disampaikan M. Ilham Butsiyanto, eks wartawan Jawa Pos, saat memberi gambaran tentang menulis feature kepada para peserta pelatihan menulis kru majalah Arba’a Mudipat. Acara bertema “Menulis dengan Rasa” tersebut berlangsung di Auditorium Prof Din Syamsuddin SD Muhammadiyah 4 Pucang Surabaya Sabtu (30/1/2021).

Pelatihan tersebut digelar tim majalah Arba’a dengan menerapkan protokol kesehatan, yaitu memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak. Acara berlangsung selama kurang lebih lima jam. Ilham memaparkan secara panjang lebar tentang tulisan feature.

Sedikitnya 33 peserta yang terdiri atas kru Arba’a dan sebagian guru menyimak pemaparan tersebut dengan saksama. Menurut Ilham, menulis feature harus bisa menggambarkan suasana dan perasaan. “Setia pada fakta, tinggal bagaimana mendeskripsikan,” kata Ilham.

Feature berbeda dengan hard news. Tidak harus berpatokan piramida terbalik. Feature ini akan memberikan pengalaman kepada pembaca. Makanya, sebelum menulis feature, perlu persiapan, perencanaan, dan riset,” ujar pria asal Kupang, NTT, itu.

Dia menambahkan, penulis tidak boleh berasumsi. “Jika ingin menyampaikan bahwa pesta itu meriah, tuliskan saja suasana yang terjadi. Seperti anak-anak yang sedang berlarian,” lanjut alumnus Universitas Muhammadiyah Malang tersebut.

“Gambarannya seperti ini, saat saya liputan bola di Brasil, yang saya tuliskan adalah bagaimana cara saya mencapai stadion bola, naik apa, apa yang saya lihat dan lewati, dan seterusnya. Sehingga, pembaca pun merasa berada di tempat yang sama dengan penulisnya,” ujar mantan wartawan olahraga di Jawa Pos itu.

Lantas, apa beda feature dengan hard news. “Penulisan feature tidak akan pernah basi, tak seperti hard news,” jelasnya.

Sementara itu, Ustadz M. Syaikhul Islam, kepala SD Muhammadiyah 4 Pucang Surabaya, mengatakan bahwa para guru Mudipat sejatinya sudah banyak yang bisa menulis, tapi belum ada yang diterbitkan. Karena itu, pihaknya mendatangkan eks redaktur Jawa Pos agar lebih terarah.

“Setelah acara ini, harus ada produk berupa suatu karya. Entah buku atau tulisan lain yang dapat dipublikasikan dan dinikmati banyak orang,” ungkap pria yang juga menjabat pemimpin redaksi Klikmu.co itu.

Setelah penjelasan dan sharing tulisan selama 90 menit, kru majalah Arba’a pun diajak praktik menulis langsung. Tulisan tersebut kemudian dikoreksi bersama untuk memoles hasil tulisan lebih menarik dan dinikmati pembaca. (anang/erfin/mul/AS)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini