Emil Dardak Dorong Mahasiswa Baru Umsida Berpikir Out of the Box

0
83
Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak mengisi secara daring Fortama Umsida. (Humas Umsida)

KLIKMU.CO – Pembukaan Forum Ta’aruf Mahasiswa (Fortama) Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) Tahun Akademik 2022-2023 dihadiri secara daring oleh Wakil Gubernur (Wagub) Jawa Timur Emil Elestianto Dardak, Kamis (22/9/2022). Dalam acara yang berlangsung di Auditorium Ahmad Dahlan Kampus I Umsida itu, Emil Dardak menyampaikan materi transformasi mahasiswa berkemajuan menuju Indonesia Emas 2045.

Dalam pemaparannya, Wagub mengatakan bahwa mahasiswa memiliki peran penting dalam transformasi menuju Indonesia emas 2045.

Menurut Emil, tolok ukur kemajuan Indonesia diukur dari kemajuan penguasaan iptek dan juga reputasi kita di hadapan intelektualitas mahasiswa ini, direpesentasikan dalam setiap elemen kehidupan bermasyarakat.

“Mahasiswa diharapkan berperan dalam berbagai aspek kehidupan, baik itu di bidang pembangunan, sosial, dan budaya,” kata mantan bupati Trenggalek ini.

Menurutnya, kata transformasi dalam tema ini mengandung makna perubahan. Yakni, bagaimana kita berubah dari kondisi yang lama ke kondisi yang baru.

“Tentunya kita harus menengok ke belakang apa yang masih belum optimal dalam kehidupan mahasiswa sekarang ini. Tantangan yang luar biasa kita dapatkan dari perkembangan teknologi digital. Kita tidak lagi hanya bisa menghafal apa yang ada di buku, tetapi dituntut berpikir out of the box. Maka karakter menjadi sangat penting. Selain itu, mindset dan pola pikir seorang mahasiswa menentukan sejauh apa ia melihat peluang dan tantangan yang ada di depannya,” jelasnya.

Untuk itu, Emil mengajak para mahasiswa bergeser dari seorang yang ingin dikasih tahu tentang apa jawaban dari sebuah pertanyaan ke mahasiswa yang mau berpikir kritis. Karena yang mendorong kreativitas dalam menjawab masalah di sekitar adalah pola pikir kritis.

Tips Berpikir Kritis

Emil juga membagikan tips berpikir kritis bagi mahasiswa. Menurutnya, kemampuan berpikir dan kerangka berpikir harus diasah. Bagi pihak kampus bisa berlomba-lomba untuk terus meningkatkan kualitas pengajarannya dan  membangun ekosistem dengan mahasiswa lebih banyak terekspos ke berpikir kritis. Bukan sekadar mencari jawaban yang ada di text book, tapi juga bisa membangun sebuah konteks di sekitarnya.

“Mahasiswa bisa mencari peluang dan mengasah diri melalui membaca,” ujarnya.

Era digital menyuguhkan berbagai kemudahan untuk mengakses informasi. Kebutuhan dan kemudahan membaca bisa dilakukan melalui gadget. Kontennya juga sangat mudah dipahami melalui video singkat bahkan meme.

“Tetapi, jangan lupa membaca tulisan argumentatif melalui tulisan atau jurnal ilmiah karena itu melatih kita untuk berpikir lebih kritis dan memahami konsep yang lebih kompleks. Literasi tersebut harus dibangun, jangan sampai terputus. Kita tidak hanya membaca, tapi juga harus pintar menulis. Untuk menuangkan ide secara terstruktur dan logis,” imbuhnya.

Di akhir paparan, Emil berharap mahasiswa bisa menjadi elemen perubahan ketika mereka menyelesaikan pendidikan dan kembali kepada masyarakat.

“Yang tidak kalah penting adalah jangan menjadi mahasiswa kupu-kupu (kuliah pulang kuliah pulang), tapi harus aktif di ekstrakulikuler kampus atau pengabdian masyarakat,” ujarnya.

“Kalau ada yang mendaftarkanbeasiswa tidak hanya mengandalkan IPK. Mereka harus memiliki hal-hal ekstra untuk meningkatkan kemampuan dalam organisasi dan menunjukkan kepedulian di dalam masyarakat. Inilah yang akan membangun karakter dan jaringan,” tandasnya. (Humas/AS)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini