21 November 2024
Surabaya, Indonesia
Opini

Empat Kader Muhammadiyah di Dua Kementerian yang Sama

Empat Kader Muhammadiyah di Dua Kementerian yang Sama. (Komunitas Padhang Makhsyar)

Oleh: Dr Nurbani Yusuf MSi

Ada 14 kader, empat di antaranya di kementerian yang sama, itu menariknya.

Apakah ini bukti bahwa Presiden Prabowo percaya kepada Muhammadiyah?

Terlalu jauh. Saya sebagai jamaah Muhammadiyah di ranting bawah hanya mau bilang, Matur nuwun atas kepercayaan, semoga kader-kader Muhammadiyah amanah dan tidak mengecewakan.

Qadarullah, siapa sangka menteri Abdul Mu’ti dan Wamen Fajar Riza Ul-Haq di Kemendikdasmen dan Menteri Raja Juli Antoni dan Wamen Sulaiman Umar di Kementerian Kehutanan adalah kader-kader terbaik di Persyarikatan di kementerian yang kebetulan sama. Belum lagi Fauzan yang jadi Wamendiktisaintek.

Ada kader struktural yang sedang menjabat, ada kader struktural yang sudah purna menjabat, bahkan ada jamaah Muhammadiyah yang tidak pernah menjadi pengurus, tidak pernah menjadi pimpinan bahkan mungkin tak punya nomor anggota tapi shubuhan di masjid Muhammadiyah yang tidak pakai qunut, tidak ikut tahlilan, mewakafkan tanahnya untuk Muhammadiyah, zakat infaqnya di Lazismu. Ia tak pernah disebut kader.

Teringat pesan Buya Syafii Maarif: Muhammadiyah adalah rumah besar, tugas pimpinan yang sedang menjabat adalah merawat, menggembala atau ngemong semua kader di berbagai level, bahkan dengan para sesepuh yang sudah purna atau jamaah yang tidak menjadi pimpinan atau pengurus. Tugas pimpinan Muhammadiyah bukan hanya bikin amal usaha, merawat jamaah tak kalah utama.

Salah satu tugas pimpinan Muhammadiyah yang sedang menjabat adalah: Memastikan semua jamaah nyaman dan aman bermuhammadiyah—tidak mengalami intimidasi atau persekusi, tidak meragukan kemuhammadiyahan jamaahnya dengan berbagai dalih, Muhammadiyah adalah organisasi sukarela jangan memaksakan kehendak pribadi.

Para pejabat struktural Muhammadiyah yang sudah purna karena masa jabatan yang dibatasi, tetaplah sebagai Muhammadiyah meski ada sebagian yang berdiaspora di tempat lain karena tenaga dan pikirannya tidak dibutuhkan lagi di persyarikatan, itulah makna menggembala yang sesungguhnya. Insya Allah hati dan pikirannya tetap Muhammadiyah.

Di Muhammadiyah ada ribuan seperti Pak Amien Rais yang purna sebagai pejabat struktural Muhammadiyah mengabdikan diri di partai. Ada ribuan Prof Din kader yang bermula dari IPNU atau NU. Atau ribuan seperti Pak AR Fachruddin kader Muhammadiyah handal berbasis ranting. Pak AR bukan aktivis Pemuda atau IMM atau HW atau Tapak Suci. Semuanya adalah Muhammadiyah tanpa meragukan kemurniannya. Di luar sana banyak kader terbaik tanpa kita tahu tetap membesarkan Muhammadiyah dengan caranya.

Saya sedang tidak membahas tentang berapa jabatan sudah di dapat, tapi lebih pada sikap kita terhadap para kader yang berdiaspora di bumi Allah untuk amar ma’ruf nahi munkar. Mewujudkan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya sesuai tujuan Muhammadiyah.

Muhammadiyah adalah rumah besar pastikan semua jamaah nyaman, aman dan masuk surga bareng-bareng, tanpa saling meragukan, tetap bahagia bersama jangan ragukan ke Muhammadiyah an para mantan. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *