Surabaya, KLIKMU.CO – Selama ini dakwah Muhammadiyah cenderung melekat dengan dakwah yang berkarakteristik masyarakat urban, terdidik, dan menengah ke atas. Padahal, kenyataannya profil warga Muhammadiyah di lapangan tidak sesuai dengan karakterisasi tersebut. Justru sebaliknya, Muhammadiyah terdesak ke pedesaan, belum terpelajar, dan menengah ke bawah.
Hal itu disampaikan oleh Fahd Pahdepie saat menjadi narasumber pada Rapat Kerja Wilayah (Rakerwil) Majelis Pustaka, Informatika, dan Digitalisasi (MPID) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur.
Fahd berpendapat bahwa masyarakat sekarang memiliki kecenderungan beragama yang berkorelasi dengan pertumbuhan ekonomi yang dialaminya.
“Kita tidak asing dengan fakta bahwa ada kelompok-kelompok masyarakat yang kemudian datang ke acara pengajian yang disertai pula dengan acara makan-makan. Karena memang di Indonesia banyak sekali kelompok masyarakat yang berada di taraf ekonomi menengah ke bawah. Mereka masih mementingkan untuk terlebih dahulu memenuhi kebutuhan konsumsinya sebelum memikirkan kebutuhan untuk ikut pengajian,” tutur Fahd dalam acara yang berlangsung Sabtu (4/11) di Aula Mas Mansyur PWM Jatim tersebut.
Menurut anggota MPI PP Muhammadiyah itu, fakta tersebut yang jarang disentuh oleh Muhammadiyah yang cenderung mencitrakan diri sebagai masyarakat kelas menengah ke atas. Fahd memandang sebenarnya kelompok-kelompok masyarakat dari kelas ekonomi menengah ke bawah inilah yang bisa dijadikan sasaran dakwah yang efektif untuk membesarkan organisasi Muhammadiyah karena memiliki jumlah yang besar berdasar survei yang ada.
Selain itu, materi dakwah juga sangat penting dalam mengembangkan Muhammadiyah ke depannya. MPID, menurut Fahd, adalah salah satu majelis yang seharusnya mampu membaca penyesuaian tersebut. Menyajikan materi dakwah yang menyentuh problematika keseharian masyarakat, menurutnya, menjadi faktor penting dari sebuah gerak dakwah dari organisasi.
Di sisi lain, penggunaan gaya bahasa yang mampu dipahami oleh masyarakat menjadi unsur penting yang tidak bisa dilepaskan dari dakwah Muhammadiyah yang harus menemukan narasi dan pendekatan baru di tengah masyarakat yang berubah.
“Jika dilihat dari tema-tema pengajian atau jenis kegiatan, dan pendekatan yang dilakukan Muhammadiyah untuk melakukan dakwahnya, sejauh ini masih berkesan elite dan terpisah dari kebutuhan publik. Muhammadiyah perlu lebih berbenah dalam hal narasi dan keberpihakan,” ulas ayah tiga anak tersebut.
“Guna membangun relevansi dengan publik, maka Muhammadiyah harus mulai memikirkan tema-tema yang lebih relevan dengan kehidupan sehari-hari masyarakat,” imbuh CEO Inilah.com tersebut.
Di akhir materinya, Fahd juga menekankan butuhnya Muhammadiyah untuk memunculkan tokoh-tokoh baru lintas bidang yang bersentuhan langsung dengan kebutuhan masyarakat dan mampu menarik atensi masyarakat.
Bukan hanya tokoh agama, penceramah, serta intelektual, namun juga tokoh yang mampu membahas berbagai bidang lain mulai dari seni, budaya, politik, bisnis, dan lainnya.
“Muhammadiyah perlu untuk lebih terbuka dalam menyambut dan mengklaim tokoh-tokoh lintas bidang,” ujar penulis buku-buku, antara lain, Sehidup Sesurga dan Hijrah Bang Tato tersebut.
Acara rakerwil ini juga dihadiri oleh cicit Kiai Dahlan yang sekaligus menjabat sebagai wakil ketua Majelis Pustaka dan Informasi PP Muhammadiyah, Widyastuti SS MHum.
Dalam paparannya, Widya menekankan pentingnya masing-masing MPID daerah untuk bisa menyinergikan program-programnya dengan program yang dimiliki oleh Pimpinan Wilayah maupun Pimpinan Pusat Muhammadiyah.
Selain merumuskan rencana kerja dengan utusan MPID di masing-masing PDM, juga turut di-launching Tim Ekspedisi Jejak Kiai Dahlan yang akan melakukan penelitian dan penulisan sejarah panjang perjalanan Kiai Dahlan di sejumlah kota di Jawa Timur.
(Miftahul/AS)