Surabaya KLIKMU.CO – Sejarah Muhammadiyah Surabaya tidak lepas dari dinamika perjuangan bangsa. Pertemuan dan diskusi yang intensif antara HOS Cokroaminoto dengan KH Ahmad Dahlan yang diikuti kader muda bangsa, di antaranya Mas Mansur, Soekarno, dan lainnya di Kampung Peneleh, merupakan embrio pergerakan bangsa. Diskusi yang intensif penuh kesederhanaan namun dapat membuahkan keberhasilan.
Meski terdapat keterbatasan fasilitas, tidak mengurangi diskusi kebangsaan sehingga dapat menumbuhkan jiwa patriotik arek-arek Suroboyo. Sehingga Kota Surabaya sebagai Kota Pahlawan begitu kuat tertanam untuk melanjutkan perjuangan.
Demikian disampaikan Ketua Majelis Pustaka Informatika dan Digitalisasi Pimpinan Daerah Muhammadiyah Surabaya Andi Hariyadi saat memantik diskusi Focus Group Discution (FGD) Riset Sejarah Muhammadiyah Surabaya pada Ahad (3/3/2024) di kantor PDM Surabaya.
Maka, melalui FGD ini, dia mengajak peserta berusaha menggali data-data sejarah dan peran tokoh Muhammadiyah yang terlibat di dalamnya. Seperti KH Mas Mansur, Soekarno, dr Sutomo, dan dr Muhammad Soewandi yang sudah diabadikan sebagai nama rumah sakit.
Namun, belum ada nama jalan dr Muhammad Soewandi di Surabaya. Sehingga di sinilah pentingnya data sejarah untuk menjadi pelajaran kita semua.
“Melalui FGD Riset sejarah Muhammadiyah Surabaya ini, titik tekannya pada peran tokoh lokal yang turut berjuang dan berdakwah melalui Persyarikatan Muhammadiyah. Baik di Cabang maupun Ranting, termasuk Aisyiyah dan Angkatan Muda Muhammadiyah beserta Amal Usaha Muhammadiyah seperti masjid, sekolah, panti asuhan, dan Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Mas Mansur Surabaya yang sudah memasuki usia seabadnya,” ujarnya.
Kolaborasi FGD antara penulis, pegiat sejarah, dan akademisi begitu menarik. Apalagi saat dipaparkan tentang metode riset sejarah oleh Dio Yulian Sofansyah MPd. Ia kader muda yang mengajar di SMA Muhammadiyah 2 Surabaya, pengurus Surabaya Heritage Society seksi bank data, pengurus Asosiasi Guru Sejarah seksi pusat pengumpulan data sejarah, dan anggota Masyarakat Sejarawan Indonesia.
Dio membuat peserta FGD terbuka wawasannya sekaligus menambah semangat menggali data sejarah untuk ditulis maupun dibuat karya kreatif berupa video atau film dokumenter serta teatrikal dan city tour.
Antusiasme peserta FGD tampak dengan begitu aktif bertanya. Mereka memberikan masukan dan mengembangkan ide-ide segar untuk mendesain kisah sejarah lebih kreatif dan diminati generasi muda.
“Maka, dari FGD Riset Sejarah Muhammadiyah ini akan dibuat Rencana Tindak Lanjut (RTL) oleh tim teknis dan diharapkan Cabang dan Ranting untuk bisa berkontribusi,” kata Miftahul Muslim selaku moderator FGD sekaligus anggota MPID Surabaya yang juga Tim Ekspedisi KH Ahmad Dahlan di Jawa Timur (program MPID PWM Jawa Timur).
Miftah menjelaskan, peserta FGD Riset Sejarah Muhammadiyah Surabaya merasa nyaman dan bertukar pikiran.
Acara ditutup dan dilanjut makan siang bersama produk UMKM Aisyiyah Tegalsari beserta polo pendem yang tersedia. Suasana keakraban semakin gayeng sehingga ada yang usul agar acara Muhammadiyah dibuat model seperti FGD ini karena diskusinya mendalam dan konsumsi memuaskan.
(Andi Hariyadi/AS)