KLIKMU.CO – Pimpinan Cabang Muhammadiyah Mulyorejo Surabaya memeriahkan Milad Ke-112 Muhammadiyah dengan menggelar talk show bertajuk Kesehatan Mental dan Psikologis: Mengenali Fenomena FOMO, YOLO, JOMO, FOBO pada Generasi Z.
Acara berlangsung di Aula Umar bin Khattab, SMP Muhammadiyah 10 Surabaya, Ahad (3/11/2024). Talk show ini dihadiri oleh ranting Muhammadiyah-Aisiyiyah, para guru, dan kader Angkatan Muda Muhammadiyah Cabang Mulyorejo.
Ketua Pimpinan Cabang Muhammadiyah Mulyorejo Najib Sulhan MA dalam sambutannya menyampaikan pentingnya pemahaman akan kesehatan mental di kalangan generasi muda.
Menurut dia, fenomena FOMO (Fear of Missing Out), YOLO (You Only Live Once), JOMO (Joy of Missing Out), dan FOBO (Fear of Better Options) semakin marak di era digital dan perlu ditanggapi dengan serius.
“Dengan begitu, agar kader-kader muda Muhammdiyah tidak terkontaminasi dengan penyakit-penyakit mental tersebut,” tuturnya.
Talk show ini menghadirkan pemateri yang ahli di bidang kesehatan mental, Dr Mulyana SPd MSi. Pria yang juga dosen Psikologi UM Surabaya itu menjelaskan bahwa FOMO dan FOBO sering kali memicu kecemasan dan stres, terutama di kalangan remaja yang sangat terhubung dengan media sosial.
Dia juga memaparkan bagaimana pendekatan YOLO dapat menjadi positif jika dipahami dengan benar, yakni mendorong seseorang untuk memanfaatkan waktu dengan baik dan menjalani hidup secara lebih bermakna.
“Jika dipahami secara dangkal, YOLO bisa memicu perilaku impulsif dan kurang bertanggung jawab,” ujarnya.
Sesi tanya jawab berlangsung interaktif. Peserta aktif mengajukan pertanyaan terkait pengalaman mereka menghadapi tekanan sosial dari lingkungan digital.
Seorang bapak berbagi pengalamannya tentang kecemasannya melihat anaknya yang terlalu FOMO. Sementara itu, seorang guru menanyakan bagaimana cara terbaik mendampingi siswa yang menunjukkan gejala FOBO.
Talk show ini diharapkan mampu menjadi langkah awal dalam membangun kesadaran akan pentingnya kesehatan mental di era digital, khususnya bagi kader-kader muda Muhammadiyah yang sangat rentan terhadap pengaruh media sosial.
(Alyvia Farda Humairo/AS)