Oleh Ferry Is Mirza DM
Wartawan Utama, Sekretaris Dewan Kehormatan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jatim
KLIKMU.CO
Silih berganti kegaduhan di NKRI ini. Diawali bulan Juli peristiwa Duren Tiga pembunuhan Brigadir Yosua yang ditembak oleh Irjen Pol Ferdy Sambo dan Bharada Eliezer. Disusul 1 Oktober, tragedi stadion Kanjuruhan 131 Aremania-Aremanita nyawanya terenggut akibat gas air mata yang ditembakkan aparat Brimob Polri.
Lalu, mencuat gugatan ijazah milik Jokowi yang menurut pelapornya Bambang Tri diduga kuat aspal. Karuan saja beritanya membuat gonjang ganjing kendati masih dalam proses di meja hijau.
Dan kegaduhan yang seru terjadi Jumat kemarin. Beberapa media online mainstream menurunkan berita tanda tanya berjudul Irjen Tedi Minahasa Ditangkap? Diduga terkait Narkoba.
Karuan saja heboh… Pasalnya pada waktu bersamaan –Jumat siang itu– semua pejabat jajaran Polri dari Mabes, Mapolda, hingga Mapolres dipanggil Presiden ke Istana Negara.
Kasus Duren Tiga yang populer dengan istilah Sambo itu berujung pemecatan Ferdy Sambo dan dicopot dari jabatan prestisius Kadivpropam Mabes Polri. Selain Sambo, ikut dipecat dengan tidak hormat dari Polri dua Brigjen dan beberapa Pamen ikut terseret dalam kasus pembunuhan berencana terhadap Brigadir Yosua.
Sedangkan dalam tragedi stadion Kanjuruhan pascalaga Liga 1 Arema vs Persebaya yang mana korbannya masuk dalam rekor dunia karena 131 orang pria wanita tua muda yang tewas.
Yang tak kalah heboh dan bikin gaduh, soal gugatan Bambang Tri atas keabsahan ijazah Jokowi yang sedang diproses meja hijau di PN Jakarta Pusat. Jika terbukti ijazahnya palsu, tentu ini bukan sekedar heboh, tapi gempa dahsyat negeri ini.
Negeri ini memang banyak tetuanya. Tidak bisa sembrono berbuat nista sebab para pepunden negeri ini tidak akan mengijinkan bagi mereka yang berbuat menimbulkan aib.
Kasus di tubuh Polri yang tidak ada jedahnya, mulai kasus Sambo sampai terungkap adanya Satgas Merah Putih. Disusul ada polisi melakukan perbutan tidak senonoh. Kemudian kasus Kanjuruhan yang memakan korban ratusan manusia.
Semua tidak kunjung terang seakan mbulet mencari selamat. Teranyar disusul dengan kasus Irjen Pol Tedy Minahasa yang pada tanggal 10 Oktober lalu atas Skep Kapolri ditetapkan jadi Kapolda Jatim, diduga menjadi bandar narkoba.Tentu ini bukan bikin gaduh tapi mengerikan. Beruntung Tedy batal menjabat Kapolda Jatim, kini menghuni tempat khusus di Jln Trunojoyo Jaksel, Mabes Polri.
Pejabat yang diberi amanah bangsa ini kebanyakan memang tidak pernah jujur dan tidak mau bertanggungjawab terhdap apa yang diperbuatnya.
Kegaduhan mulai Duren Tiga yang drakor itu, semula Sambo ngotot istrinya diperkosa oleh alm Bigadir Yosua. Ternyata semua yang diucapkan Sambo hoax.
Begitupun soal tragedi Sstadion Kanjuruhan, meski masih berjalan investigasi siapa yang menjadi sebab akibat, tampaknya berliku.
Juga soal dugaan ijazah palsu Jokowi menjadi perhatian yang sangat luas di negeri ini. Tentu kita tidak ingin hal ini benar terjadi. Jika benar aspal tentu akan menjadi tsunami bagi negeri ini. Akan merembet kesegala aspek kehidupan berbangsa dan bernegara .
Pelajaran yang sangat mahal bagi bangsa ini jika pemalsuan ijazah itu terbukti .
Digantinya UUD 1945 dengan UUD 2002 ternyata berakibat “kerusakan” yang dialami NKRI begitu dasyat. Sistem liberal dan kapitalis mampu merusak moral bangsa ini.
Kekuasaan di perebutkan dengan menghalalkan segala cara. Merusak sistem negara yang berdasar Pancasila.
Pemilihan presiden dengan banyak-banyakan suara, kalah menang. Pertarungan kuat-kuatan jelas bertentangan dengan UUD’45, Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika. (AS)