Oleh Ferry Is Mirza DM
Wartawan Utama, Sekretaris Dewan Kehormatan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jatim
KLIKMU.CO
Pasca-pandemi Covid-19 yang menelan korban ribuan nyawa dan berbagai kasus menerpa negeri kita. Mulai korupsi dana bansos dan Jiwas Raya hingga kasus Sambo dan Tedy Minahasa serta 134 korban tragedi Kanjuruhan.
Kini, selain bencana alam banjir dan tanah longsor akibat cuaca (hujan dan angin) di berbagai daerah, yang mencengangkan adalah kejadian gagal ginjal akut yang korbannya seratus lebih anak-anak kecil meninggal dunia.
Menurut data yang dihimpun, dalam sepekan ini kasus gagal ginjal akut dari 241 kasus di 22 provinsi sudah 133 anak meninggal dunia. Kesimpulan awal Kemenkes bahwa penyebab utamanya adalah parasetamol sirup dengan kandungan DEG dan ED yang tercemar sehingga Kemenkes melarang peredaran obat parasetamol sirup untuk anak.
Sementara Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menegaskan bahwa parasetamol sirup bukan penyebab utama gangguan ginjal akut misterius ini. Dan orang tua diminta tidak menggunakan parasetamol sirup untuk sementara hanya sebagai bentuk kewaspadaan.
BPOM sendiri menjelaskan bahwa dari hasil uji cemaran EG belum dapat mendukung kesimpulan bahwa penggunaan obat parasetamol sirup tersebut memiliki keterkaitan dengan kejadian gagal ginjal akut.
Sungguh pemerintah terburu-buru mengambil kesimpulan bahwa penyebab gagal ginjal akut ini dari kandungan EG dalam parasetamol sirup. Jika kandungan EG atau DEG yang ada di parasetamol sirup ini yang menjadi masalahnya, akan memunculkan pertanyaan mengapa kasus ini baru muncul sekarang?
Jika itu benar penyebabnya parasetamol, seharusnya kejadian-kejadian semacam ini sudah terjadi sejak lama. Tentu saja harus dicermati hal-hal yang mungkin terkait dengan apa yang tengah marak saat ini.
Sementara itu, kajian yang lebih dulu tentang Acute Kidney Injury (AKI) ini sudah lebih dahulu diterbitkan oleh National Library Medicine sebagai pusat informasi bioteknologi nasional di Amerika Serikat.
Melalui webnya yang memuat hasil penelitian mengenai AKI dengan mengidentifikasi 1.133 kasus yang menghasilkan kesimpulan bahwa ada korelasi antara gagal ginjal akut ini dengan vaksinasi Covid-19. Tentunya penelitian dari 1.133 kasus di AS akan lebih kuat kadar ilmiahnya dibandingkan dengan dugaan sementara dari 241 kasus yang sedang terjadi saat ini.
Pemerintah pun menghindari untuk menjadikan vaksinasi Covid-19 sebagai kemungkinan yang seharusnya ditelusuri. Ini seolah-olah ada yang ingin ditutupi agar masyarakat tidak mempermasalahkan kebijakan vaksinasi yang sudah dilakukan sejak dua tahun lalu yang menghabiskan triliunan rupiah dengan kasus gagal ginjal akut yang misterius ini.
Keterburu-buruan mengenai parasetamol sirup sebagai triger dari kasus gagal ginjal akut ini akan menjadi persoalan baru. Seperti halnya dengan kelangkaan awal vaksin Covid yang kemudian ada beberapa nama, ada Sinovac sampai AstraZeneca.
Jika sebagian vendor yang memasok obat untuk anak berupa parasetamol sirup distop, maka berpotensi menjadikan obat jenis lain menjadi mahal. Dan vendor yang dianggap bagus (tidak terdaftar produknya sebagai obat parasetamol sirup bermasalah) akan dapat keuntungan. Dan stok obat ini menjadi susah didapat sementara pasien yang membutuhkan obat ini tentunya tidak bisa menunggu.
Mungkin saja kasus gagal ginjal akut ini juga seperti halnya bisnis vaksin Covid yang provit oriented. Inilah bisnis yang menghalalkan segala cara oleh FB (Farmasi Besar) dengan menggandeng pemerintah. Dan lagi-lagi yang jadi objek penderitaan rakyat. (*)