Gaya Komunis Melakukan Ancaman Pembunuhan

0
565
Andi Hariyadi. (Dok pribadi/KLIKMU.CO)

Oleh: Andi Hariyadi

KLIKMU.CO

Muhammadiyah kembali menjadi sasaran arogan dari Andi Pangerang Hasanuddin, salah seorang peneliti BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional) yang ingin membunuh warga Muhammadiyah yang dianggap selalu bikin masalah, khususnya terkait penetapan Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1444 H yang berbeda dengan penetapan dari pemerintah. Sebagai peneliti profesional, namun tindakan sangat arogan yang tidak tanggung-tanggung ingin membunuh warga Muhammadiyah.

Pernyataan yang sudah viral di media sosial tentang upaya membunuh terhadap sesama muslim dari warga Muhammadiyah yang juga sama-sama anak bangsa, meski akhirnya menyatakan permintaan maaf, itu sudah menjadi bukti dari skenario besar ide-ide komunis gaya baru yang selalu menebar permusuhan, teror, hingga pembunuhan secara massal. Dalam catatan sejarah bangsa Indonesia, kehadiran PKI selalu menjadi sumber masalah dan memproduksi masalah dengan lakon-lakon yang berbeda sesuai kebutuhannya.

Kasus AP Hasanudin sebagai peneliti BRIN langsung diblokir sebagai persoalan pribadi bukan terkait kelembagaannya. Itu narasi yang biasa dilakukan dan sudah sering kita dengarkan, sehingga saat dalam proses hukum  diharapkan tidak membawa kelembagaannya, sehingga ada yang dijadikan korban dan ada yang diamankan.

Proses hukum jangan sampai tajam ke bawah tumpul keatas, sehingga rasa keadilan benar-benar terwujudkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Jika ada diskriminasi di muka hukum dan ada intervensi dari pihak-pihak yang berkepentingan akan semakin parah terwujudnya keadilan justru menjadi kezaliman, sehingga akan dibawa ke mana bangsa ini?

Marilah kita selalu belajar sejarah bangsa agar tidak mudah diadu domba, dikambinghitamkan, dan ujung-ujungnya akan melakukan pembunuhan massal yang jauh dari nilai-nilai Pancasila dan semangat religius warga bangsa.

Dalam buku Kaum Merah Menjarah Aksi Sepihak PKI/BTI di Jawa Timur yang ditulis Prof Dr Aminudin Kasdi, kita menemukan cara sepihak PKI/BTI dengan menggugat tanah wakaf Pondok Modern Gontor, dan dalam kasus AP Hasanuddin seakan ada kemiripan meski beda keadaan untuk melakukan aksi sepihak ingin membunuh warga Muhammadiyah. Bisa saja saat di persidangan nanti aksi sepihak tersebut tidak terungkap, tetapi kita bisa menarik benang merahnya bahwa aksi aksi sepihak dari komunisme menjadi nyata.

Begitu juga saat di Banyuwangi, orang-orang PKI mengundang pengajian dan disediakan jamuan makan untuk jamaah pengajian yang menghadiri. Ternyata jamuan makan beracun dan menewaskan jamaah yang mengonsumsinya,. Arogansi PKI seperti itu bisa jadi terulang, bukan racun makanan yang mematikan, tetapi racun permusuhan yang mematikan ditengah upaya membangun kerukunan.

Taufik Ismail, seorang sastrawan, dalam goresan penanya menyebutkan, komunisme adalah ideologi penindas dan menggali kuburan massal terbesar di dunia. Sepertinya dalam pikiran AP Hasanuddin ada kesesuaian yang berencana membunuh warga Muhammadiyah. Tentunya dipersiapkan kuburan terbesar di dunia. Mari kita bangun ukhuwah, bahwa berbeda bukanlah musuh yang harus dibunuh. (*)

Sejarawan Muhammadiyah, pegiat toleransi dan kerukunan

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini