17 Desember 2024
Surabaya, Indonesia
Opini Pilihan Editor Politik, Sosial & Ekonomi

Genosida Gaza, Awal Kehancuran Dunia

Genosida Gaza, Awal Kehancuran Dunia. (AP Photo/Hatem Moussa)

Oleh: Ace Somantri
Dosen Universitas Muhammadiyah Bandung

KLIKMU.CO

Boleh apa saja dikata, pro dan kontra peperangan antara Israel versus Hamas Palestina. Di depan kasatmata pembantaian terjadi, suara manusia di berbagai belahan dunia terus tak berhenti. Ribuan jiwa dan raga anak dan wanita meregang nyawa tak berdosa. Tangis dan jeritan rasa sakit pun bersahutan dengan suara bom, artileri, bazoka, serta rudal balistik. Apalagi desingan dari rentetan peluru mesin sudah nyaris tak terdengar.

Bangunan-bangunan sudah rata dengan tanah mengubur sebagian manusia yang entah berapa ribu jiwa. Yang masih hidup berlarian mengungsi ke tempat dianggap aman, namun Zionis Israel mengejarnya tanpa ampun kesetanan membombardir kantong-kantong sipil dengan dalih elite pejuang Hamas berlindung di balik kerumunan warga sipil. Sementara pejuang Hamas membantah tudingan Zinonis Israel yang klasik.

Zionis Israel Yahudi sudah menjadi monster bagi penduduk Palestina. Negara-negara muslim terdekat seolah tak peduli kondisi tersebut. Public opinion berseliweran saling memojokkan para pihak yang terlibat dalam konflik, di antaranya Brigade Al Qosam sekelompok orang bersenjata yang dianggap teroris oleh Zionis Israel. Sementara bagi warga sipil bahwa mereka adalah yang konsisten dan istiqamah berjuang melawan penjajahan Zionis Israel untuk memerdekan Palestina.

Negara-negara wilayah jazirah Arab secara geopolitik dunia kondisinya berada dalam cengkeraman negara adidaya yang menjadi promotor Zionis Israel. Perang hari ini lebih parah perbuatan pembantaiannya, lebih tepat tindakan genosida terhadap warga Gaza. Secara faktual, tragedi di Gaza lebih tepat sebagai tindakan kejahatan berutal kategori kejahatan perang. Namun, hal itu tidak berlaku bagi negara yang di bawah promotor Amerika Serikat.

Saking merasa tidak memiliki kuasa, salah satu elite direktur PBB mengundurkan diri terkait kasus genosida di Gaza. PBB suaranya tidak didengar, justru militer Amerika Serikat membantu men-support persenjataan Zionis Israel sekaligus secara terang-terangan mendeklarasikan diri membantu militer Zionis Israel dengan mengirim kapal induknya.

Perbuatan dan sikap kebijakan USA telah menjadi pemandangan terbuka, bahwa negara USA menunjukkan dirinya sebagai negara agresor yang tak berperikemanusiaan, tidak ada bedanya dengan Zionis Israel. Satu jiwa meregang nyawa dalam genosida di Gaza, maka di situ pula ada peluru milik USA berkontribusi kematian warga Gaza.

Seluruh dunia hanya menonton, bantuan-bantuan kemanusiaan diblokade oleh Zionis Israel tanpa ada syarat, bahkan sangat memilukan sempat beredar ada sebuah kendaraan mobil besar berisi bantuan logistik untuk Palestina dihancurkan logistiknya oleh pihak Zionis Israel. Jika itu benar adanya sebuah kejahatan kemanusiaan dan kebiadaban.

Tidak Seimbang

Tidak dielakkan lagi, perang Hamas Palestina dengan Zionis Israel sangat tidak berimbang. Bombardir Gaza melalui jet-jet tempur merupakan pembantaian dan genosida yang brutal. Sangat wajar konsekuensinya ada banyak pihak yang ambil peran membantu Hamas dan warga sipil Gaza, baik bantuan militer maupun bantuan lainnya seperti logistik kemanusiaan.

Kelompok atau faksi Hizbullah Lebanon pimpinan Nasrullah memberikan balasan terhadap anggotanya yang menjadi korban dari tindakan tentara Zionis Israel pada anggota Hizbullah sekaligus memberi peringatan keras kepada pemerintah dan militer Zionis Israel untuk segera berhenti membombardir Gaza.

Namun, justru hal tersebut dianggap oleh mereka bahwa Hizbullah bagian tak terpisahkan dengan Hamas Palestina. Akhirnya, saling serang pun terjadi antara militer Zionis Israel dan Hizbullah Lebanon, terlebih saat Amerika Serikat terus-menerus memberi bantuan alutsista ke Zionis Israel, pihak Hizbullah semakin meyakinkan diri bahwa wajib membantu Hamas melakukan perlawanan yang sama terhadap militer Zionis Israel untuk keluar dari area kawasan Palestina hingga benar-benar mendapatkan kekuasaan dan kedaulatan yang hakiki dengan perdamaian yang hakiki.

Fakta yang ada, Israel tak bergeming atas saran dan masukan berbagai negara untuk penghentian genosida warga Gaza. Sekalipun diminta gencatan senjata, Zionis Israel tetap tidak mau mendengarnya, terus berlanjut melakukan penyerangan tanpa henti.

Reaksi negara-negara mulai muncul. Selain memberi bantuan logistik, namun juga membuat tindakan politik luar negeri, seperti Bahrain mengembalikan duta besar Israel. Pun tak ketinggalan negara-negara Arab lain siap bersedia berkoalisi melawan penjajahan Israel kepada Palestina, seperti Yaman Houti mengklaim mengirim drone penghancur dan melepaskan rudal balistiknya masuk wilayah pos militer Zionis Israel. Dan termasuk Iran tidak tinggal diam, selain terus mengingatkan dalam setiap press conference meminta USA dan Israel untuk segera mengakhiri perang genosida di Gaza.

Jikalau hal itu tidak diikuti, sangat memungkinkan akan meningkat eskalasinya hingga meluas ke perang kawasan yang semakin menambah runyam dan gelapnya peradaban di kawasan teluk di daratan jazirah Arab yang berada di kawasan Timur Tengah.

Sedikit menegok ke wilayah Eropa, Ukraina versus Rusia pun belum berakhir hingga kini. Sehingga jikalau negara-negara mengalami kesadaran, bahwa perang genosida Gaza yang dilakukan Zionis Israel jika tidak berhenti akan mengakibatkan peperangan meluas hingga negara-negara tetangga yang berada di kawasan tersebut akan ikut turut berbagi penderitaan atas dasar kepedulian dan kepekaan sesama manusia. Eskalasi terus meningkat, negara-negara yang berkepentingan pun tidak akan tinggal diam begitu saja. Konsekuensinya saling sambung-menyambung dalam konteks kepentingan global negara-negara adidaya yang merasa sudah besar pengaruhnya. Sangat mungkin akan terjadi perang kawasan. Pasalnya, negara Palestina secara historis memiliki nilai magnet yang sangat kuat dalam kepentingan ideologi keagamaan dan kemanusiaan yang sangat spiritualistik.

Prediksi rasional dan objektif nabiyyullah Muhammad SAW bahwa akan terjadi peristiwa saat di kemudian hari pertumpahan darah untuk saling menjaga dan menyelamatkan ideologi keyakinan hidup, bukan ramalan, melainkan rentetan fakta dari waktu ke waktu dalam akumulasi masa memberi arah jalan mencipta realitas sebuah fakta yang tidak dapat dimungkiri bahwa pasti ada. Peristiwa ke peristiwa mata rantai dari konsekuensi perbuatan manusia, baik hasil rekayasa atau sebab akibat yang tidak disadari.

Kehancuran Dunia

Kehancuran dunia semakin dekat sedekat mata melihat, tidak perlu lagi debatable dengan diskusi yang tidak mengedukasi. Hari ini dan esok hari sudah mengambil peran diri membuat rumusan hidup praktis untuk menyelamatkan diri, keluarga dan orang lain dari berbagai godaan, tantangan dan hambatan yang akan menjerumuskan pada jurang kenistaan. Fitnah akan terus merebak tanpa batas ruang dan waktu, dunia fatamorgana terus membuai pandangan mata setiap manusia dan halusinasi dunia hedonis kemewahan harta benda senantiasa menghampiri harapan dan cita-cita setiap orang hidup di dunia.

Sifat keserakahan menggiring manusia berbuat murka, kemajuan sains dan teknologi hanya untuk memenuhi hawa nafsu menumpuk harta benda, kedigdayaan ilmu pengetahuan bukan untuk kemajuan dan peningkatan keimanan atau ketauhidan beragama, melainkan hanya untuk pamer dan pamor sosial semata. Fakta dan realitas berbasis data, bahwa kemajuan dalam peradaban manusia sejak lahir hingga tumbuh besar dewasa dari generasi ke generasi secara fisik ada perubahan sangat dinamis. Ruang daratan dan lautan pun saat ini sudah terkontaminasi berbagai benda yabg merusak ekosistem macam ragam hayati.

Belum lama ada informasi lima belas ribu ilmuwan menyatakan hasil kajiannya bahwa kiamat dunia sudah di depan mata, bukan tanpa alasan apalagi ramalan “dukun”. Hasil kajian ilmiah para ilmuwan pendekatan saintifik yang rasional dan objektif, waktu hancurnya dunia kian hari semakin mendekat. Baik dan buruk hingga salah dan benar di era global sudah tidak ada batas yang jelas, kecuali kepentingan di atas kepentingan.

Umat Islam semoga dalam kesadaran, bahwa dunia ini dalam kondisi napas terengah-engah seperti akan melepaskan warna-warni kehidupan yang menderanya. Genosida Gaza hanya sebuah pertanda yang diperlihatkan pada masyarakat dunia, memberi peringatan hal sesuatu yaitu tidak akan lama lagi terjadi kiamat qubra alam semesta.

Kesombongan manusia yang dipertontonkan bangsa Zionis Yahudi dan sekutunya telah membawa arah dunia serta isinya menuju kehancuran yang sehancur-hancurnya. Ketika elite-elite sekutu Israel menyatakan diri akan supporting hingga “full power” untuk militer Zionis Israel bahkan konon kabarnya Biden berujar dengan menyatakan kata-kata bahwa “we are zewish”, kemudian mengatakan juga “we are American”. Dengan kalimat tersebut, memberi sinyal kuat USA akan menyerang bersama Zionis Israel membantai Gaza atas dalih mengejar militan Hamas Palestina.

Alasan apapun dalih mereka, yang sebenarnya mereka melakukan genosida Gaza Palestina. Konsekuensinya, sekutu-sekutu Hamas Palestina bukan lagi atas dasar kebangsaan semata, melainkan sudah masuk ranah SARA saat sekutu Zionis Israel mengatakan “we are zewish” menunjukkan sikap arogansi entitas ideologi keagamaan. Maka wajar ada balasan dilakukan oleh Erdogan dengan mengatakan hal yang sama “we are Muslim”.

Dan jika kalimat tersebut di atas menunjukkan sebuah simbol saling menantang di antara elite-elite negara-negara dunia, eskalasinya akan melebar dan menyeret pada pertempuran kawasan antarblok atau kubu aliansi negara-negara yang satu visi dan misi keumatan, kebangsaan dan kemanusiaan dunia alam semesta. Semoga sebelum kiamat alam semesat, semua umat muslim dalam posisi bertaubat nasuha.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *