Oleh: Ace Somantri

KLIKMU.CO
Fenomena alam adalah suatu keniscayaan dalam dinamika kehidupan sunnatullah, sejak alam semesta antara langit dan bumi dicipta. Seluruh makhluk hidup mengalami dinamika yang alami atau natural, baik benda-benda yang ada di permukaan dan di dalam perut bumi, juga benda-benda yang berada di sekitar langit.
Dalam khazanah ilmu pengetahun alam, benda langit dikenal dengan planet. Ternyata kehidupan di angkasa pun ada dinamika yang tak kalah hebat dan dahsyat. Mulai dari gesekan atau benturan antar planet satu dengan planet lainnya sehingga dampaknya ada peristiwa alam yang mengagetkan penduduk bumi.
Peristiwa tersebut di atas sering terjadi selama perjalanan dunia alam semesta di cipta oleh Maha Kuasa Allah Subahanuwata’ala. Menurut para ahli, di antara dampak fenomena alam yang mampu membumihanguskan ekosistem di bumi, konon kabarnya terjadi ribuan tahun yang lalu makhluk sejenis Dinosaurus punah akibat benturan planet yang dahsyat mengakibatkan seluruh ekosistem dan habitat mahluk hidup. Kecuali sedikit makhluk hewan melata tetap bertahan hingga terus turun temurun berkembang biak sesuai kondisi alam yang ada.


Bisa jadi cerita dan kisah di atas dapat dibenarkan secara saintifik, namun dalam kacamata mitos dan klenik lain cerita, kadang dikaitkan dengan kelahiran dan kematian sesuatu yang menjadi nilai mistik. Sehingga diterima masyarakat awam langsung diyakini dan dibenarkan, inilah salah kaprah yang menjadi perbuatan syirik. Sudahlah saat ini kita umat Islam sudah memiliki peradaban 14 abad yang lalu, peristiwa dan fenomena alam pun sering terjadi sehingga kala masa Rasulullah pun mengalami adanya fenomena Gerhana baik Matahari maupun Bulan.
Peradaban Islam yang ditanamkan Rasulullah menghadapi fenomena alam gerhana baik Matahari atau bulan sebaiknya masyarakat Islam mengikuti As Sunnah Maqbullah. Gerhana Bulan di yakini dalam nash salah satu kebesaran dan kekuasaan Allah SWT untuk disikapi dengan sikap akidah dan ketauhidan yang rasional dan cerdik, selain menyambut dengan takbir, melaksanakan shalat gerhana, pun tidak ketinggalan beramal sholeh sodaqoh terhadap sesama. Fenomena alam gerhana diyakini menjadi tanda dan petunjuk pada manusia untuk di ambil hikmah menguatkan Iman yang berbasis keilmuan yang rasional dan nyata.
Perlu diketahui bahwa gerhana tidak direkayasa manusia melainkan hukum alam yang sudah terencana dengan baik oleh Sang Pencipta alam semesta sesuai perhitungan tepat dan akurat. Manusia diminta mengambil hikmah untuk meningkatkan kualitas keilmuan yang dapat di implementasikan untuk kepentingan peradaban dunia lebih bernilai manfaat dan berkah. Tanda kebesaran dan kekuasaan Allah SWT dalam fenomena gerhana memberi peringatan bahwa manusia jangan bertindak angkuh dan sombong.
Gerhana dalam keteladanan nabiyullah Muhammad SAW, memberikan ajaran kepada umat Islam bertaqorub melalui bacaan takbir, bersedakah dan shalat khusuf di antara waktu awal hingga akhir terjadi gerhana. Bertakbir tidak berhenti dalam dalam suara verbal, melainkan menanamkan keagungan Pencipta Allah Ta’ala pada jiwa-raga sebagai penguat dan pendorong tetap berbuat kebajikan yang benar-benar sesuai syariat agama yang diyakini benar, tidak bertentangan dengan kaidah Al Qur’an dan As Sunnah.
Selain bertakbir, selanjutnya bershalatlah untuk mengagungkan, memohon ampunan dari dosa, dan meminta pertolongan dalam mengahadapi tantangan dan hambatan dalam berjuang di jalan Allah SWT, konsekuensi dari shalat diharapkan membuahkan sikap umat Islam simultan dengan yang dilakukan berikutnya, yaitu bersedekah amal sholeh kepada sesama tanpa pamrih dan balas jasa.
Selain simbolis amal sholeh, tetap berbuat dan bergerak untuk kebaikan dalam meningkatkan kualitas karya dan cipta apa saja yang dirasa manfaat bagi sesama. Pendekatan saintifik, fenomena gerhana mengingatkan akan penyimpangan keagamaan, sehingga pikiran dan perbuatan tetap sehat lahir dan bathin. Wallahu’alam.
Bandung, November 2022