GURU WAJIB VERSUS GURU HARAM

0
1155

Guru, ustadz, atau pendidik adalah pemandu kehidupan. Mereka adalah cahaya, penerang, sekaligus penunjuk jalan. Mereka pribadi dengan selaksa amanah. Dari rahim mereka lahir kebajikan. Dari garba suci guru, lahir generasi dengan berbagai keunggulan : spiritual, intelektual, emosional, moral dan komitmen sosial. Seperti nabi dan rasul, guru adalah penerus amanat ketuhanan, misi kenabian, dan berbagai harapan kemanusiaan. Guru adalah penggagas, pencipta, dan pemelihara keadaban.

Tetapi, ternyata guru bukan pribadi tunggal. Ada guru wajib, guru sunnah, guru makruh, guru subhat, bahkan ada guru haram! Siapakah gerangan mereka?

Para guru wajib adalah mereka yang menyadari bahwa tugas mendidik adalah amanat. Amanat Tuhan, Dzat Maha Pencipta, Maha Kaya, Maha Berilmu, Maha Pengasih, lagi Maha Penyayang. Ladang pendidikan adalah ladang pengabdian tulus, sejadah panjang tempat mereka menyambung mata rantai ibadah. Para guru adalah mereka yang menyadari bahwa mendidik adalah bagian penghambaan seorang abdi kepada Al-Kholiq. Pendidikan adalah ekspresi rukuk dan sujud dengan penuh taslim. Pendidikan adalah ladang pengagungan, pujian, syukur, sabar, istiqomah, harap dan cemas, dalam nuansa penghambaan total (kaffah) kepada Alloh, Dzat Yang Maha Agung.

Selain ladang ibadah, guru wajib menyadari, tugas pendidikan adalah misi kenabian. Tugas pendidikan adalah amanat agung kitab suci, pesan wahyu, sumber nilai kebenaran dan pencerahan. Akhlaq guru adalah akhlaq kenabian. Kepribadian guru adalah cermin pribadi para nabi : uswatun hasanah. Mereka wajib digugu dan ditiru. Tulus, santun, ramah, jujur, cerdas, disiplin, peduli, dan amanah.

Para guru wajib adalah para pengemban amanat kemanusiaan. Mereka yang berobsesi dan berambisi melahirkan, menyelamatkan, mendidik, memuliakan, mengembangkan, dan memberdayakan potensi kemanusiaan. Para guru wajib adalah mereka yang menyediakan diri sebagai garba bagi lahirnya generasi terbaik, khoiru ummat, atau the best geration.

Para guru wajib memahami karakter dan kehendak alam. Mereka mempelajari alam sebagai ayat-Nya, sebagai sumber informasi, sekaligus media dan teknologi pendidikan. Mereka memanfaatkan khasanah alam sebagai alat bukan tujuan pendidikan, bukan sumber penghidupan. Sebab, sumber penghidupan itu Tuhan, bukan alam, juga bukan manusia. Mereka tahu rizki mereka dari Tuhan, bukan dari alam, bukan dari insan. Tuhanlah yang mencairkan alam menjadi rizqi, menjadi berkah kehidupan. Tuhanlah Ar-Rozzaq, Al-Wahhab, Al-Ghoni, Al-Mughni. Manusia sekedar penerima dan penyalur rizki-Nya.

Kita sungguh sedih, guru wajib itu mungkin sudah tidak ada, atau tinggal sedikit. Lebih sedikit dari guru sunnah. Yang sering kita jumpai adalah guru makruh, atau guru subhat. Tidak jarang kita jumpai pula guru haram. Mereka adalah racun, sekaligus perusak fitroh anak-anak kita. Mereka tidak mengenal miisi ketuhanan, kenabian, kemanusiaan, dan kesemestaan! Mereka tidak mengenal hati, lubuk cinta dan kasih-sayang. Hati mereka tersembunyi di bilik nafsu! Mereka adalah para guru sakit! Sungguh miris dan ironis, ternyata sudah lama mereka jadi guru bagi anak-anak kita! Duh!

Oleh: Abdul Hakim

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini