Malaysia, KLIKMU.CO – Keberadaan media sosial di mana-mana menawarkan saluran yang efektif bagi ulama untuk menjangkau khalayak yang lebih luas. Ulama yang menyampaikan pesan-pesan dakwah melalui media sosial turut mengukuhkan wacana demokrasi, partisipasi politik, dan pertukaran informasi.
Dalam hal ini, generasi muda seperti mahasiswa dapat mengandalkan media sosial untuk mendapatkan informasi politik. Meskipun tidak menjadi prioritas utama sebagai tema dakwah, informasi politik yang disampaikan para ulama cenderung lebih dipahami dan dipercaya oleh khayalak.
Demikian antara lain benang merah penelitian yang dilakukan oleh dua dosen Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, Usman Jasad dan Haidir Fitra Siagian, berjudul “University Students’ Engagement with Ulama’s Political Messages in Social Media”.
Penelitian ini telah dipresentasikan dalam konferensi internasional komunikasi yang dilaksanakan oleh Pusat Kajian Media dan Komunikasi University Kebangsaan Malaysia di Kampus Bangi, Selangor Darul Ehsan, Selasa (14/11).
Penelitian ini melibatkan para mahasiswa yang berasal dari Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat yang sedang melanjutkan pendidikan di berbagai perguruan tinggi negeri dan swasta.
Survei tersebut berisi 38 pertanyaan, terdiri atas 12 pertanyaan tentang latar belakang demografi dan 26 tentang pendapat mahasiswa mengenai aspek-aspek terkait pesan-pesan politik dalam dakwah ulama di media sosial. Partisipan dalam survei ini sepenuhnya bersifat sukarela, dan rincian peserta dianonimkan untuk melindungi privasi mereka.
Pada bagian lain penelitiannya, didapati bahwa tidak ada satu pun peserta mahasiswa yang memilih politik sebagai topik pilihan pertama untuk ditonton di media sosial. Mereka lebih memilih topik tentang bagaimana menjalankan ibadah dengan baik, bagaimana cara terbaik bersosialisasi dengan orang lain, bagaimana menjadi seorang muslim yang baik, dan ibrah atau keteladanan dalam kehidupan nabi.
“Ada pula yang berpendapat bahwa politik bukanlah topik yang baik untuk didakwahkan karena merupakan topik yang sensitif dan sangat rentan menimbulkan kesalahpahaman dalam masyarakat. Namun, beberapa partisipan sangat menyarankan agar politik tetap didiskusikan dalam dakwah,” jelas Usman Jasad.
Salah satu alasan yang dikemukakan oleh partisipan terkait mengapa dakwah harus mendiskusikan politik adalah karena banyaknya pemimpin yang korupsi, bahkan menyelewengkan donasi kemanusiaan yang dikumpul dari rakyat.
“Sehingga perlu diingatkan oleh ulama karena hal itu bertentangan dengan ajaran agama dan merugikan masyarakat secara keseluruhan,” kata Haidir Fitra Siagian.
Konferensi internasional komunikasi ini diikuti ratusan peserta dari berbagai negara yang terdiri atas para mahasiswa, peneliti, dosen dan praktisi komunikasi. Selain dari UIN Alauddin Makassar, peserta dari Indonesia juga datang dari Universitas Hasanuddin, Universitas Nasional, Universitas Nasional, dan berbagai perguruan tinggi lainnya.
Acara berlangsung selama sehari dengan menyajikan berbagai hasil penelitian dan mendengarkan kuliah umum dari pakar-pakar komunikasi.
(Haidir Fitra Siagian/AS)