Haedar Nashir: Ambil Jarak dari Euforia dan Kesenangan Sesaat

0
14
Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir saat memberikan Ceramah Kebangsaan di Tabligh Akbar Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Malang. (Twitter Haedar Nashir)

Malang, KLIKMU.CO – Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir berharap pergantian tahun baru Masehi dirayakan dengan mengambil jarak dari suatu yang bersifat euforia dan fatamorgana.

Haedar menegaskan, pergantian tahun seyogianya dirayakan dengan cara bermuhasabah, termasuk menjauhkan diri dari kesenangan yang sifatnya fatamorgana seperti materi, kekayaan, kekuasaan, dan jabatan.

Kepada umat Islam, Haedar berpesan supaya tahun baru dijadikan ajang untuk bermuhasabah dalam aktualisasi menyebarkan kerahmatan Islam bagi seluruh alam. Peran-peran yang diambil umat Islam harus dirasakan secara substansial.

“Bahkan mungkin juga kesenangan politik yang kehilangan makna, substansi, sesuatu yang bersifat mendasar dan mendalam yang disinari oleh jiwa ajaran Islam kita,” kata Haedar saat memberikan Ceramah Kebangsaan di Tabligh Akbar Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Malang sekaligus penandatanganan prasasti peresmian Masjid Al-Hasr Kedung Kandang, Ahad (31/12/2023).

Bahkan, dalam beragama, Haedar meminta supaya umat Islam melakukan muhasabah. Sebab, bisa terjadi beragama yang dilakukan oleh umat Islam belum secara substansi. Hanya pada kulit luar, hanya melaksanakan rukun syariat saja.

“Salat lima waktu, ditambah salat sunah dalam berbagai jenis, tetapi salatnya hanya salat syariat semata?” ungkap guru besar Sosiologi UMY tersebut.

Ibadah salat yang rutin ditunaikan umat Islam, kata Haedar, jangan hanya menjadi rutinitas mengejar setoran dan menggugurkan kewajiban, tetapi nihil pantulan kebaikan dari setiap salat yang dilakukan itu.

“Kita perlu muhasabah agar salat kita tidak hanya mengejar setoran, tapi juga khusyuk dan tahtinah,” tuturnya.

Selain perintah menjalankan ibadah salat, Haedar juga mengingatkan perintah lain yang sering terlupakan oleh umat Islam, yaitu memperkuat ekonomi dan politik. Menurut dia, antara salat dan urusan muamalah duniawiyah tersebut harus seimbang.

Akan tetapi, urusan muamalah tersebut, khususnya dalam politik, tidak semata urusan dukung-mendukung salah satu paslon. Lebih dari itu, aktualisasi muamalah umat Islam harus disertai pemaknaan dan memiliki nilai substantif.

Terakhir, Haedar juga mengajak seluruh komponen persyarikatan menyerukan nilai-nilai kebaikan dan kemajuan. Pasalnya, nilai kebaikan dan kemajuan ini sifatnya universal dan bisa diterima di semua kalangan.

“Agar itu menjadi nilai yang hidup secara kolektif, bersama-sama, sekaligus menjadi sistem kehidupan,” tandasnya.

(AS)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini