21 November 2024
Surabaya, Indonesia
Berita Pilihan Editor

Haedar Nashir Soroti Ancaman Liberalisasi di Dunia Pendidikan

Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir saat meresmikan Gedung UMY Student Dormitory dan Djarnawi Hadikusuma di kampus terpadu Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Kabupaten Bantul, Jumat (4/10/2024). (Medkom PP Muhammadiyah)

KLIKMU.CO – Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Haedar Nashir menyoroti liberalisasi yang terjadi di dunia pendidikan Indonesia. Terutama yang dimunculkan oleh kelompok feminis liberal.

“Kita saat ini sedang berada di lanskap perubahan sosial global yang luar biasa. Nilai-nilai liberal dalam kehidupan itu secara masif tidak terasa maupun terasa, masuk dalam kehidupan kita sebagai bangsa, bahkan kita menjadi longgar nilai,” katanya saat meresmikan Gedung UMY Student Dormitory dan Djarnawi Hadikusuma di kampus terpadu Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Kabupaten Bantul, Jumat (4/10/2024).

Menurut Haedar, jalan liberalisasi yang terbuka menganga di Indonesia banyak membawa arus perubahan sosial. Di antaranya adalah masuknya LGBT.

Dalam isu LGBT, kata dia, memang ada sisi kemanusiaan. Tapi melenceng dari sisi norma konstitusi, agama, dan budaya luhur bangsa.

“Longgar terhadapnya berarti kita dalam posisi orientasi sekuler, liberal yang hanya berorientasi pada humanisme Barat yang tidak kita seleksi,” tegasnya.

Saat ini, imbuh Haedar, kelompok feminis liberal di Indonesia masih berada pada posisi paradigma yang netral nilai. Di saat bersamaan, kelompok ini berhasil masuk di dalam policy negara.

Soal itu, Haedar mengimbau supaya tidak menganggap ini masalah ringan.

“Ini adalah proses liberalisasi yang masuk secara masif dalam lima tahun dalam lembaga pendidikan negara ini. Nyaris pada peta pendidikan nasional iman, taqwa, dan akhlak mulia juga hilang. Padahal itu ada di Pasal 31 UUD 1945,” ungkap Haedar.

Oleh karena itu, Haedar berpesan supaya institusi pendidikan Muhammadiyah tetap concern pada Islam Berkemajuan yang moderat, dengan tetap menanamkan nilai iman, takwa, dan akhlak mulia yang kokoh.

“Pandangan Islam Berkemajuan meniscayakan pandangan yang inklusif, tidak menjadikan peserta didik menjadi eksklusif, seakan hidup sendiri. Institusi pendidikan Muhammadiyah diharapkan mengokohkan keagamaan peserta didik, dengan tetap bisa menerima keragaman agama, suku, ras, dan seterusnya,” tuturnya.

Haedar juga menekankan supaya institusi pendidikan Muhammadiyah menghindari bullying, termasuk kekerasan seksual, dan ungkapan-ungkapan fisik.

(*/AS)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *