15 Desember 2024
Surabaya, Indonesia
Berita

Haedar Nashir: Tafsir at-Tanwir Jadi Landasan Gerakan Tajdid Muhammadiyah

Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir dalam Konferensi Mufasir Muhammadiyah II di Universitas Muhammadiyah Prof Dr HAMKA (UHAMKA), Jakarta, Jumat (13/12/2024). (Medkom PP Muhammadiyah)

KLIKMU.CO – Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir menegaskan pentingnya Tafsir at-Tanwir sebagai pijakan gerakan tajdid Muhammadiyah. Hal itu disampaikan dalam Konferensi Mufasir Muhammadiyah II di Universitas Muhammadiyah Prof Dr HAMKA (UHAMKA), Jakarta, Jumat (13/12/2024).

Dalam kegiatan bertema Mewujudkan Tafsir at-Tanwir Muhammadiyah sebagai Landasan Pemikiran Tajdid yang Responsif dan Dinamis untuk Memajukan Indonesia dan Mencerahkan Semesta itu, Haedar menyoroti dua agenda utama yang menjadi fokus tafsir ini.

“Setidaknya dari tema ini ada dua agenda penting yang terus perlu menjadi referensi, menjadi alam pikiran, bahkan menjadi kajian yang berkelanjutan,” ujar Haedar.

Tafsir at-Tanwir, Landasan Tajdid yang Responsif dan Dinamis

Agenda pertama yang ditekankan Haedar adalah bahwa Tafsir at-Tanwir harus menjadi landasan pemikiran tajdid Muhammadiyah yang responsif dan dinamis. Ia menyebutkan bahwa kehidupan global, nasional, dan lokal saat ini bergerak sangat dinamis, dengan banyak aspek yang mengalami proses liberalisasi dalam kehidupan, politik, ekonomi, budaya, dan keagamaan.

“Maka kehadiran Tafsir at-Tanwir harus betul-betul mampu menjadi pijakan bagi Tajdid Muhammadiyah,” jelas Haedar.

Ia juga menekankan bahwa tradisi besar Muhammadiyah sebagai gerakan tajdid yang dipelopori oleh Kiai Dahlan menghasilkan Islam berkemajuan, modern, dan reformis.

Tafsir at-Tanwir untuk Memajukan Indonesia dan Mencerahkan Semesta

Agenda kedua, menurut Haedar, adalah pentingnya Tafsir at-Tanwir untuk memiliki konteks yang mampu memajukan Indonesia dan mencerahkan semesta.

“Kehidupan bangsa Indonesia dalam keragaman agama, suku, ras, golongan, dinamika perubahan yang datang dari berbagai jurusan, serta situasi dan lokalitas di mana bangsa Indonesia lahir, tumbuh, dan berkembang di bumi Indonesia yang kaya raya, yang mesti dikelola sumber daya alamnya untuk kemakmuran sebagaimana fungsi kekhalifahan. Di situlah Tafsir at-Tanwir diharapkan akan menjadi suluh rujukan dan referensi keagamaan dalam memajukan Indonesia,” ungkapnya.

Menghadapi Tantangan dengan Tafsir yang Mencerahkan

Haedar mengakui bahwa meskipun banyak upaya keras dilakukan oleh Muhammadiyah dan berbagai komponen bangsa, tantangan besar masih ada. Ia menggarisbawahi pentingnya Tafsir at-Tanwir untuk menjadi panduan dalam menghadapi masalah bangsa dan menciptakan masa depan yang lebih baik.

“Dengan Tafsir at-Tanwir, kita tidak hanya bernahyu-munkar, tetapi juga beramar-ma’ruf, memberi konstruksi terhadap masa depan Indonesia,” tegas Haedar.

Muhammadiyah di Garda Depan Dakwah dan Tajdid

Ia menegaskan bahwa Muhammadiyah harus tetap berada di garis terdepan sebagai kekuatan pembaharu dan dakwah dengan memberikan solusi alternatif bagi umat dan bangsa.

“Jangan sampai kita merumuskan tafsir, keputusan fatwa, dan lainnya, terpengaruh oleh situasi yang membuat hasil kita tidak memberikan pencerahan atau suluh bagi umat,” jelasnya.

Haedar mengajak para mufasir untuk menjadi sosok Ulul Albab yang bijak dan berpikir mendalam dalam menghadapi berbagai perbedaan pendapat dan tantangan zaman. Muhammadiyah, katanya, harus tampil dengan pemikiran yang memberi alternatif serta solusi yang mencerdaskan dan mencerahkan umat.

(*/AS)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *