17 Desember 2024
Surabaya, Indonesia
SekolahMu

Hari Pertama MPLS, SDM 9 Surabaya Langsung Terapkan Asesmen Diagnostik

Siswa baru SD Muhammadiyah 9 Surabaya mengikuti tes asesmen diagnostik. (Istimewa/KLIKMU.CO)

KLIKMU.CO – Sekolah Islami Bernuansa Bahari, SD Muhammadiyah 9 Surabaya, mengawali MPLS tahun ajaran 2024/2025 dengan mengadakan asesmen diagnostik siswa, Senin dan Selasa (15-16/7/2024).

Asesmen atau penilaian adalah langkah penting yang dilakukan guru untuk mengetahui tingkat pemahaman, pengetahuan, maupun keterampilan siswa. Asesmen ini terdiri atas asesmen kognitif berupa literasi dan numerasi serta asesmen nonkognitif berupa tes gaya belajar dan tes kepribadian.

Tujuan asesmen ini tak lain untuk mengetahui kemampuan dasar siswa dan mengetahui kesiapan belajar siswa. Dengan begitu, saat proses kegiatan belajar mengajar, guru memiliki pedoman untuk mengetahui karakteristik siswa. Instrumen juga disusun secara sederhana, menarik, dan menyenangkan.

Latifatun Nisa SPsi selaku tim psikologi sekolah sekaligus tim asesmen penyusun menjelaskan, asesmen diagnostik siswa ini dilakukan dalam rangka penerapan pembelajaran berdiferensiasi pada Kurikulum Merdeka.

Dia menambahkan, dalam asesmen ini tidak perlu ada persiapan khusus dari siswa dan orang tua. Juga tidak memengaruhi nilai akademik siswa.

“Salah satu kegiatan asesmen psikologi untuk anak-anak adalah asesmen nonkognotif. Asesmen tersebut terdiri atas identitas diri anak  keluarga gaya belajar dan ada sekitar delapan kecerdasan majemuk. Asesmen tersebut membantu guru kelas untuk mengenal siswa-siswi baru,” tuturnya.

“Selain itu, kedekatannya dengan keluarga. Gaya belajar apa saja yang dia senangi dan kecerdasan apa saja yang menonjol. Sehingga guru mampu memahami dan tentunya akan lebih mudah mengarahkannya,” imbuhnya.

Hasilnya, dari asesmen yang dilakukan, guru akan tahu identitas anak seperti foto, nama lengkap, nama panggilan, dan kedekatan anak tersebut dengan keluarganya.

“Selain itu, guru juga mengetahui gaya belajar apa yang cocok dan kecerdasan apa yang mendominasi anak tersebut. Dari hasil gaya belajar siswa jika sudah ada hasil yang didapatkan. Guru bisa mengelompokkan sesuai gaya belajar siswa,” bebernya.

Dari hasil asesmen juga diketahui siswa tersebut termasuk gaya belajar visual audiotori atau kinestetik. Kalau lebih dari dua, bisa jadi anak tersebut menyesuaikan kondisi lingkungan belajarnya.

Dengan begitu, guru bisa mengelompokkan mana saja siswa yang tergolong gaya belajar visual audiotory dan kinestetik. Guru juga bisa memberikan pembelajaran yang menyesuaikan siswanya.

“Di dalam Kurikulum Merdeka sudah ada namanya pembelajaran diferensiasi atau pembelajaran yang menyesuaikan siswa. Sedangkan hasil delapan kecerdasan majemuk, guru juga akan mengelompokkan siswa yang memiliki kecerdasan apa saja yang mendominasi,” ujarnya.

“Jadi, ada delapan kecerdasan majemuk. Mulai bahasa, matematik-logis, visual, kinestetik, musikal, interpersonal, intrapersonal, dan naturalis. Jika ada yang memiliki lebih dari satu, siswa tersebut bisa dikembangkan kecerdasannya. Melalui ekstrakurikuler yang dimiliki oleh sekolah atau bisa dikembangkan melalui kegiatan sekolah,” pungkasnya.

(Nashiiruddin/AS)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *